Mohon tunggu...
Angga Putra Fidrian
Angga Putra Fidrian Mohon Tunggu... -

Tulisan lainnya bisa dilihat di \r\n\r\nhttp://anggaputrafidrian.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Belajar Politik dari Anies Baswedan

26 September 2016   09:16 Diperbarui: 26 September 2016   09:35 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anies Baswedan sebenarnya menunggu keputusan dua poros sejak kemarin. Poros Cikeas adalah prioritas utama yang diinginkan, hanya saja keputusan menaikkan putra mahkota membuat orang sekaliber Anies Baswedan tidak dimajukan dari nominasi pencalonan Demokrat.

Sampai kabar itu datang di Jumat subuh.

Undangan dari Prabowo kepada Anies Baswedan pagi itu jadi pintu masuk utama dari majunya beliau di Pilgub DKI Jakarta. Anies diunggulkan dan diberikan kepercayaan untuk maju sebagai kandidat utama. Padahal,  Anies hanya punya 60 hari sejak di reshuffle sampai batas waktu pendaftaran. Anies mengalahkan Sandiaga Uno, pria yang sudah bersiap sejak setahun lalu, menghabiskan uang yang tidak sedikit. Uno memberikan kursi No. 1 ke Anies Baswedan.

Ini karena kepercayaan terhadap orang bersih dan berkompeten.

Dulu Gerindra berikan kesempatan itu pada Jokowi – Ahok untuk berkompetisi di Jakarta. Tanpa Gerindra yang memberikan kursi kepada mantan kader golkar, maka Ahok tidak akan jadi petahana hari ini. Bandung punya pemimpin yang baik,  juga karena kejelian Gerindra melihat potensi anak muda yang ingin perbaiki Bandung. Hasilnya? Bandung jadi lebih baik, partisipasi masyarakat tinggi. Lalu? Apakah hal yang sama mungkin terjadi juga dengan Anies Baswedan?

Anies maju sebagai Calon Gubernur DKI kali ini adalah sebuah bentuk kemenangan kecil. Orang baik masuk politik, sebuah gagasan yang didorong sejak awal masuk ke perpolitikan nasional di Indonesia. Anies Baswedan bukan kader parpol manapun, beliau diminta bukan meminta. Anies dibukakan jalan bukan mencari jalan.

Tantangan berikutnya adalah bagaimana Anies menghalau transaksi politik setelah kemenangan diraih. Ingat bahwa Gerindra punya kader dengan rekam jejak buruk di DPRD, M Taufik. Belum lagi rekam jejak PKS yang intoleran, apakah akan membuat Anies mengorbankan gagasan Indonesia untuk Semua, Indonesia yang diciptakan bukan untuk melindungi minoritas tidak dibangun untuk melindungi mayoritas, Indonesia hadir untuk setiap rakyat Indonesia tanpa syarat. Anies harus berikan bukti bahwa dia tidak dikontrol parpol, dia adalah individu yang independen, parpol hanya kendaraan.

Saat Temu Nasional Relawan TurunTangan pada 2015 lalu, Anies sampaikan tentang visi. Bahwa jangan sampai kita semua kehilangan kepercayaan terhadap visi seseorang saat satu atau dua kali keputusan yang diambil berbeda dengan apa yang kita inginkan. Tentunya selama tidak menggadaikan integritas seseorang.

"jangan sampai  kita semua kehilangan kepercayaan terhadap visi seseorang saat satu atau dua kali keputusan yang diambil berbeda dengan apa yang kita inginkan"

Lawan Badminton adalah teman berolahraga, Lawan debat adalah teman berpikir. Kita bisa jadi kawan bisa jadi lawan tapi akan selalu tetap jadi teman.

Ini adalah sebuah media pembelajaran politik yang sangat baik. Pembelajaran bahwa politik itu tentang bagaimana berkompromi dengan kepentingan masing-masing untuk cita-cita yang lebih besar. Anies bisa saja memilih bersih tidak ikut dalam kubangan lumpur besar. Tapi dengan memilih bersih Anies tidak akan pernah belajar berkompromi dengan lawan tidak bisa punya pengalaman berkawan dengan orang yang punya beban masa lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun