Minggu lalu ia menyimpulkan pada artikelnya dengan pernyataan bahwa blok oposisi Turki beserta media Barat akan kembali kalah dalam pemilu kali ini.
"Para pemilih, yang keinginannya diremehkan dan tidak dihargai, akan mengubur mereka semua di kotak suara. Jadi tunggu dan lihat di artikel saya berikutnya setelah pemilu, selamat tinggal." ujar Melih Altinok yang dikutip pada media Dailysabah.
Turki telah meninggalkan 14 Mei, yang digambarkan oleh pers internasional sebagai pemilihan terpenting tahun 2023.
Aliansi Rakyat yang dipimpin Presiden Recep Tayyip Erdogan memperoleh suara mayoritas di Parlemen dengan 323 wakil. Disisi lain, Aliansi Bangsa yang dipimpin oleh Ketua Partai Rakyat Republik (CHP), Kemal Klcdaroglu , diwakili Parlemen dengan 211 wakil. Dalam pemilihan presiden, meski Erdogan mencapai 49,5%, kandidat gabungan dari blok oposisi, Klcdaroglu, tetap berada pada angka 44,8% disusul oleh kandidat ketiga, Sinan Ogan, yang menerima sekitar 5% suara.
Hasil pasti pemilihan presiden akan ditentukan pada putaran kedua pada 28 Mei, dimana dua kandidat dengan suara tertinggi akan bersaing, siapa yang mampu melampaui 50%+1 akan menang.
Pemilu, dengan tingkat partisipasi melebihi 85%, juga diperkirakan akan menyaksikan jumlah pemilih tinggi dalam putaran kedua. Erdogan yang di anggap juara favorit, nyaris melewati ambang 50% dengan selisih kecil 0,5% pada putaran pertama.
Erdogan telah berkuasa selama 21 tahun memiliki peluang besar untuk tetap berkuasa selama lima tahun ke depan, pencapaian ini akan dikenang dalam literatur politik dunia.
Wajar jika terdapat kekecewaan besar pada kalangan pemilih oposisi. Mereka disesatkan oleh kalangan oposisi, media, politisi serta lembaga survei. Mereka dimanipulasi dengan mengklaim bahwa Klcdaroglu akan menang dengan 60% suara. Mereka dibuat percaya bahwa mereka akan menang kali ini.
Namun, mereka menyadari melalui hasil jajak pendapat yang sebenarnya, bahwa semua perhitungan kotak suara salah. Klcdaroglu, yang membanggakan diri sebagai ahli perhitungan, membagikan saham melalui daftar calon parlemen melalui aliansi dengan empat partai. Tidak satu pun dari partai tersebut yang memperoleh suara di kotak suara. Sebaliknya, CHP menerima suara yang sama seperti pada pemilihan sebelumnya. Sebagai imbalannya, CHP menghadiahkan 38 anggota Parlemen kepada empat partai pinggiran yang juluki oleh para pemilihnya sebagai agamawan politik.Â
Manuver tajam dan pengunduran diri terjadi pada kalangan media oposisi. Skema dan konsesi cepat juga terjadi dalam proses yang condong ke oposisi. Beberapa dari mereka mengkritik diri sendiri karena menyesatkan pembaca serta jurnalis mereka yang kecewa, kesal, hingga berhenti menulis.
Pendukung oposisi, yang kelelahan dengan mentolerir tindakan tercela seperti pemerasan rekaman terhadap Ketua Partai Tanah Air (MP) Muharrem Ince, yang mencalonkan diri sebagai kandidat sebelum pengunduran dirinya dan dituduh membagi suara Klcdaroglu, merasa sudah muak.
Meskipun telah mencoba untuk setiap metode di bawah ikat pinggang, para pemilih yang kecewa merasa sulit untuk mendapatkan kembali motivasi guna kembali ke kotak suara putaran kedua tanpa meraih kemenangan.
Ogan yang berpandangan nasionalis radikal seakan mengisi bus dengan semua pengungsi di negara tersebut dan mendeportasi mereka, dengan menyatakan dukungan untuk Klcdaroglu, tidak akan mengubah hasilnya.
Hal ini karena tidak diketahui bagaimana basis nasionalis radikal Ogan akan menanggapi seruan untuk bersatu melawan Erdogan, bersama separatis Kurdi. Kemungkinan besar, suara Ogan akan didistribusikan dalam proporsi yang sama antara Erdogan dan Klcdaroglu.
Karena itu, tidak akan mengejutkan siapa pun jika para pemilih yang telah lelah dengan agenda pemilihan serta mencari stabilitas mendorong suara kepada Erdogan ke rekor tertinggi pada putaran kedua nantinya.
Sumber : Melih Altinok
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H