3. Tahap Adolesen (Adolenscence, 14-23 tahun)
Ini adalah periode yang paling menyulitkan dan menekan. Kejadian
kelainan mental, neurosis, dan dilinkuensi banyak muncul pada periode ini; begitu pula konflik disekitar dorongan kemandirian, keyakinan diri, dan seks.
4. Tahap Kemasakan (Maturity, 23-50 tahun)
Secara umum, awal tahap ini ditandai dengan kesibukan, kebahagian, dan produktivitas. Pada umumnya orang pada usia itu menyiapkan karir, perkawinan, dan
keluarga.
5. Tahap Usia Pertengahan (Middle age, 50-60/70 tahun)
Ada perubahan penyesuaian dalam kepribadian sebagai respon terhadap perubahan fisik, sosial, dan psikologikal. Kesehatan dan kekuatan semakin redup pada tahap ini, begitu pula dengan daya tarik pribadi.
6. Tahap Tua (Senility, 60/70-mati)
Tahap final, melibatkan penyesuaian sejumlah kehilangan- kematian keluarga dan sahabat, pension, kehilangan status di masyarakat- mengikuti perasaan sendiri dan tidak aman.
2.2. Keturunan dan Lingkungan
Metode meneliti pentingnya faktor keturunan dan lingkungan Cattel, dikenal dengan analisis varian abstrak jamak ”MAVA” (multiple abstract variance analysis)
Teknik: Membandingkan persamaan antara orang kembar diasuh dalam satu keluarga, kembar yang diasuh keluarga yang berbeda, saudara kandung tidak kembar yang diasuh satu keluarga, dan saudara kandung tidak kembar yang diasuh keluarga berlainan.
Tujuan: Menunjukkkan adanya pengaruh keturunan terhadap trait kecerdasan yang sangat tinggi.
Hal ini membuat Cattell berpihak kuat terhadap teori kelahiran selektif, yang akan menciptakan masyarakat cerdas
Pranata – pranata itu mempengaruhi kepribadian melalui salah satu dari tiga cara berikut :
Pembentukan karakter yang disengaja : Masyarakat mempunyai harapan sosial bagaimana anggotanya harus bertingkah laku, bersikap, dan mengembangkan konsep diri
Factor situasi atau teknologi yang terdampak terkembangnya sifat tertentu dalam diri individu yang bukan menjadi kemauan sadar Masyarakat atau institusi
Akibat pola tingkah laku yang terbentuk dari cara pertama dan kedua, indibidu mengalami perubahan kepribadian lebih lanjut dalam rangka mengekspresikan atau memuaskan motif-motif yang penting.