Mohon tunggu...
Angga
Angga Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Seorang penulis yang suka dengan dunia teknologi

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Menghadapi Ironi Upah Kecil Pekerja Indonesia dengan Mendobrak "Kewajaran"

31 Juli 2023   12:00 Diperbarui: 31 Juli 2023   14:38 848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang pekerja (Unsplash.com)

Dalam beberapa situasi, terkadang kita harus berkompromi dengan kondisi dan memilih opsi yang kurang ideal. Misalnya saja terkait makanan. Demi berhemat, opsi menurunkan standar makanan ke makanan yang kurang sehat mungkin terlihat masih lebih baik dibanding tidak makan sama sekali. Tapi tetap saja, manusia tidak bisa terus-terusan hidup seperti ini.

Logika "orang waras" tidak akan mampu mengeluarkan seseorang dari kondisi hidup serba mepet seperti ini. Kecederungan logika ini adalah hidup dengan apa yang ada. Kalau penghasilannya kecil, berarti harus hidup irit. Sesimpel itu.

Jika ingin hidup lebih sejahtera, logika seperti ini tidak bisa lagi dipakai. Butuh logika "orang gila" yang menggebrak untuk menghancurkan penjara hidup serba mepet.

Logika "orang waras" biasanya cenderung bermain aman dan mengikuti apa yang sewajarnya. Hal ini wajar, karena orang-orang ingin menghindari risiko.

Saat berbicara tentang kewajaran, coba ingat ini. Bagi pekerja dengan upah rendah, hidup super irit itu wajar. Hidup bergantung pada penghasilan yang sudah dimiliki itu juga wajar. Jika menggunakan cara berpikir seperti ini, bagaimana keluar dari "upah rendah" dan hidup lebih sejahtera secara materi?

Tidak Ada Kompromi, Punya Penghasilan Tambahan Itu Wajib

Pekerja berpenghasilan rendah tidak mungkin bisa hidup sejahtera secara materi hanya dengan mengandalkan gaji UMP atau UMK saja. Kalau ingin standar hidup yang lebih baik, punya penghasilan tambahan itu wajib.

Masalahnya, pekerja dengan upah rendah umumnya tidak tahu bagaimana cara mendapatkan penghasilan tambahan, apalagi membangun sebuah bisnis. Rasa takut karena tidak tahu apa yang harus dilakukan terlampau besar. Karena pola pendidikan, lingkungan pergaulan, hingga kondisi finansial, banyak orang sangat takut akan kegagalan.

Takut gagal itu wajar, apalagi untuk orang yang hidup serba mepet. Faktanya, "jatah" gagal orang-orang berpenghasilan rendah itu memang sangat sedikit. Kalau sampai gagal sekali saja, konsekuensinya bisa berpengaruh besar pada kondisi finansial.

Untuk keluar dari situasi serba mepet, salah satu caranya adalah sadar bahwa posisinya memang sedang "kepepet". Saat sadar bahwa dirinya sedang "kepepet", orang cenderung bisa melakukan hal di luar kebiasaan.

Yakini bahwa punya penghasilan tambahan itu wajib. Kalau ingin hidup lebih sejahtera secara materi, inilah satu-satunya cara. Tidak ada kompromi lagi.

Ada banyak jalan untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Beberapa diantaranya bahkan bisa mulai dijalankan dengan modal yang relatif kecil. Misalnya saja dengan menjadi seorang freelancer dan menawarkan jasa sesuai skill yang dimiliki. Selain itu bisa juga jualan kecil-kecilan, atau menjadi reseller produk yang sekiranya dibutuhkan atau dicari banyak orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun