Mohon tunggu...
Angga Joy
Angga Joy Mohon Tunggu... -

Senang bikin cerita\r\nwww.joyhomework.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel Superhero Indonesia: Experiment No 36 (Part 3)

11 Januari 2015   00:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:24 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Rani oh Rani, engkau bagai bidadari yang jatuh dari surga. Engkau sungguh indah sekali. Hihihihi” suara yang muncul dalam pikiran Bagas saat melihat Rani dari belakang bangku ketika pelajaran sedang belangsung.

“Heh Gas, ngapain lw senyum-senyum sendiri ? Lagi mikir jorok ya ?” Tuduh Abon sambil menyikut pundak Bagas

“Sstt…. Diem ! Gw lagi nyobain kekuatan pandangan tembus pandang gw” bisik Bagas

“Hah… tai ! Mana-mana ? Gw pengen liat ! Pinjem !” Abon berusaha menggapai mata Bagas dengan kedua tangannya, namun dilerai oleh tangannya Bagas

“Bego ! Mana bisa gw pinjemin mata gw” omel Bagas

“Ah… bodo amat, pokoknya gw pengen liat tok*tnya si Rani” rengek Abon

“Stttt…. Diem goblok ! Ntar kedengeran sama yang laen” omel Bagas sambil mendorong Abon agar menjauh.

“Lu pelit banget sih Gas ! Gw teriak nih ke si Raninya” ancam Abon

“Heh bangsat ! Awas lw kalo sampe teriak” ancam Bagas yang mulai ketakutan

“Ya, makanya liat” tegas Abon

“Yeh, orang gw bercanda Bon. Gw ga punya kekuatan penglihatan tembus pandang.” Jelas Bagas

“Ah, boong lw” ketus Abon tidak percaya

“Yeh… beneran. Kalo gw bisa mah gw ngeliat yang laen juga” tegas Bagas

“…….” Abon ngambek sambil memalingkan wajahnya yang manyun

Lalu kedua sahabat ini tidak saling berbicara hingga akhir pelajaran dan berakhinya kuliah hari itu.

“Bon, balik bareng yak” ajak Bagas

“Males ah” jawab Abon tanpa menatap Bagas sambil mengemasi barang-barangnya ke dalam tas.

“Hmmm… ni bocah masih aja ngambek. Bodo ah, mending gw ngejaga Rani dari segala bentuk kejahatan yang mungkin akan menimpanya” pikir Bagas sambil nyelonong pergi mencari Rani

Bagas memang menyukai Rani, tapi ia begitu malu untuk mengungkapkan perasaannya. Bahkan untuk ngobrol biasa saja dia takut. Maka ia diam-diam mengikuti Rani dari belakang, Bagas menggunakan masker ala rumah sakit supaya tidak ketahuan Rani kalau sedang dibuntuti. Bagas mengikuti Rani mulai dari gerbang kampus, naik bus umum, hingga jalan ke komplek rumahnya. Ia mengikutinya sambil memandang sekitar dengan waspada dan siap bertempur jika Rani dalam bahaya.

Saat berjalan di komplek rumah Rani, tiba-tiba BUUUUMMMM ! Sebuah meteor mendarat di depan mereka, sesosok monster berwarna hijau, berbadan besar seperti beruang namun tetap tegap berdiri, bermata satu, gigi taring semua, dan mengeluarkan suara erangan monster muncul dari meteor itu. Mata monster yang seperti mata kucing itu menatap ke arah Rani yang mematung seolah tak percaya ada sosok menyeramkan di depannya, spontan Rani berteriak meminta tolong

“Tolong !” teriak Rani sambil mencoba melarikan diri

Bagas yang kaget segera mencari tempat sepi untuk berubah menjadi “The White Shadow”. The White Shadow pun akhirnya muncul

“Tenang cantik, The White Shadow datang menolong” jawab The White Shadow dengan suara ngebass

“Ah, White Shadow. engkau gagah sekali” puji Rani dengan mata berkaca-kaca

“Hehehehe, Ah bisa aja kamu” balas The White Shadow sambil menunduk malu dan mengusap-usap kepalanya sendiri

“Heh… monster. Menjauhlah engkau dari dia. Lawanmu adalah aku” tantang The White Shadow sambil menunjuk monster tersebut

Monster itu tak mempedulikan keberadaan The White Shadow, ia hanya terpaku ke arah Rani. Monster itu pun berjalan menuju ke arah Rani

The White Shadow berlari menyerang monster tersebut. Pertarungan sengit pun terjadi, tenyata monster itu memiliki kemampuan bertarung yang kuat. Berkali-kali ia dapat menangkis pukulan dan tendangan keras dari The White Shadow.

“Sial, dia dapat membaca seranganku !” pikir The White Shadow ketika melancarkan serangan

Tiba-tiba monster berhasil menendang The White Shadow dengan kecepatan tinggi. Dengan gerak reflek yang bagus The White Shadow berhasil menahan tendangan tersebut dengan kedua tangannya, namun karena besarnya kekuatan tendangan itu ia pun terpental hingga menghantam tembok rumah tetangga Rani.

“Brakkk !” suara tembok yang hancur terkena hantaman tubuh The White Shadow

“Sial, tendangannya kuat sekali !” ujar The White Shadow sambil bangkit dari puing-puing tembok yang hancur

Saat hendak bangkit, The White Shadow melihat monster itu berlari menuju Rani.

“Rani, lari !” teriak The White Shadow

Rani yang ketakutan kembali hanya bisa terpaku melihat monster itu hendak menyerangnya

“Sial ! Rasakan ini !” teriak The White Shadow sambil melempar puing besar tembok ke arah monster dengan sekuat tenaga menggunakan kedua tangannya

“Buggghhh !” serangan itu telak mengenai bahu kanan monster itu.

Serangan tersebut membuat monster terpental dan bahu kanannya putus. Darah monster yang berwarna ungu kebiru-biruan mengucur deras kemana-mana.

“Ahhhhhh !” teriak Rani ketika ia terkena cipratan darah monster itu

“Rani, cepat kamu menyingkir dari sini ! Disini terlalu berbahaya !” teriak The White Shadow sambil berlari menuju monster yang terkapar itu

Monster itu mencoba bangkit menggunakan tangan kirinya. The White Shadow pun melompat untuk mempercepat lajunya menuju monster itu.

“Hiat !” teriak The White Shadow saat akan melancarkan pukulan kuatnya di udara

Pukulan keras The White Shadow berhasil mendarat di wajah monster itu dan seketika wajah monster itu hancur berantakan bak terkena tembakan shotgun di wajahnya. Ia pun mati seketika. Yakin bahwa monster itu telah mati, The White Shadow pun menghampiri Rani

“Kamu tidak apa-apa ?” ujar The White Shadow

Segera Rani bangkit berdiri dan langsung memeluk The White Shadow sambil mengucapkan terima kasih. The White Shadow hanya dapat terdiam, ia meleleh saat itu.

Hehehehe” Bagas pun tertawa dalam hatinya, ia berharap kejadian adegan melawan monster itu terjadi di dunia nyata sekarang.

Namun angan-angan tersebut tidak terjadi seperti yang diharapkan. Rani pulang dengan selamat hingga ia sampai di rumahnya tanpa mengalami tindak kejahatan ataupun hal-hal yang mengancam lainnya. Setelah melihat Rani masuk rumahnya dari jauh dan memastikan keadaan sekitar aman, Bagas pun pulang ke rumahnya yang berlawanan arah dari rumahnya Rani. Sungguh pengorbanan yang tulus dari seorang Bagas

Bersambung…

Cerita sebelumnya Part 2

Cerita sebelumnya Part 1

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun