Harry Aveling mengkritisi bahwa ada perpindahan dari kesadaran psikologis ke analisis sosial tentatif konflik antar kelas, berdasarkan uang sebagai alat dominasi seksual.Â
"Morality was less important than social harmony and personal satisfaction. A notable feature of all the plays was a concern with sexual behavior, particularly in situations of family incest. Throughout the period Sontani's disgust with society increased. The corruption of society was not, however, seen as attributable to any external forces; it was a personal problem, involving a lack of full awareness, false role playing, and a mechanical attitude to life and love" (Harry Aveling, 1979).
Sebagai salah satu penggemar karya novel Tere Liye, saya (dan kita) mungkin baru menyadari bahwa karya Tere Liye adalah salah satu produk sastra modern yang dikemas secara apik dan memuat unsur diaspora politik dan ekokritik.Â
Novel Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah adalah kisah yang dibayangi akan beban masa lalu yang menjadi misteri. Novel dengan halaman 500-an terasa bagaikan membaca novel tipis dan penuh makna, tentang kisah cinta Mei yang berketurunan Tionghoa dan Borno, lelaki berketurunan Pontianak. Baca selengkapnya dengan pemikiran kritis dan kita akan menemukan ruang pemahaman yang baru!Â
Daftar Pustaka:
Allen, Pamela. (2003). Sastra Diasporik?: Suara-Suara Tionghoa Baru di Indonesia. Antropologi Indonesia, 71, 64-74.
Aveling, Harry. (1979). Man and Society In The Works of The Indonesian Playwright Utuy Tatang Sontani. Southeast Asian Studies Program, 13, 1-82.Â
Storey, John. (1996a). Cultural Studies and The Study of Popular Culture : Theories and Methods. Edinburgh : Edinburgh University Press.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H