Mohon tunggu...
angelkim
angelkim Mohon Tunggu... Freelancer - seorang pelajar yang menuangkan ekspresi melalui tulisan.

selamat menikmati membaca..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kesultanan Aceh, Kesultanan yang Tidak Terkalahkan?

5 September 2019   16:38 Diperbarui: 5 September 2019   17:26 1942
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hai semuanya, jadi kali ini kita akan membahas mengenai kesultanan Aceh, seperti yang kita tahu Provinsi Aceh dikenal dengan sebutan serambi Mekkah dan lekat dengan syariat Islamnya. Sejarah mencatat bahwa Aceh merupakan salah satu pintu masuk penyebaran agama Islam di Indonesia. Masuknya Islam ke Aceh berpengaruh terhadap berdirinya beberapa Kerajaan Islam salah satunya Kerajaan Aceh Darusalam.

Kerajaan Aceh Darussalam juga disebut dengan Kerajaan Aceh dan Kesultanan Aceh. Berdirinya Kerajaan ini adalah pada saat menjelang keruntuhan dari Kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan ini mengalami puncak masa kejayaan saat berada di bawah kekuasaan Sultan Iskandar Muda.

Jadi mari kita mulai dengan mengetahui lokasi kesultanan aceh yaitu terletak di Aceh Rayeuk (sekarang Aceh besar), kesultanan Aceh (1507-1903) didirikan oleh Ali Mughayat Syah pada tahun 1496, di atas bekas wilayah Kesultanan Lamuri yang ditaklukkan Mughayat Syah. Meski demikian, awalnya Aceh merupakan bagian atau semacam kerajan bawahan dari kesultanan Pedir. Karena itu penentuan awal Aceh sebuah kesultanan ketika Mughayat Syah dilantik menjadi sultan pada 1507.

Aceh merupakan salah satu dari kerajaan Islam yang besar, terutama karena kemampuannya mengembangkan pola dan sistem pendidikan militer, komitmennya menentang hegemoni bangsa Eropa, sistem pemerintahan yang teratur dan sistem mewujudkan pusat-pusat pengkajian ilmu pengetahuan, hingga kemampuan menjalin hubungan diplomatik dengan negara lain.

Pernakah kalian berfikir ada sumber sejarah apa sumber sejarah yang terkubur dalam aceh? Ada kitab Bustanussalatin karya Nurudidin ar-Raniri tahun 1637, berisi tentang silsilah sultan-sultan Aceh dan Batu nisan makam Sultan Ali MMughayat Syah. DI batu nisan ini disebutkan Sultan Ali Mughayat Syah wafat pada 12 Zulhijah tahun 936 H atau 7 Agustus 1530M.  

Di aceh juga ada peninggalan-peninggalan unik seperti Masjid Raya Baiturrahman. Merupakan peninggalan Kerajaan Aceh yang pertama serta yang paling terkenal yaitu Masjid Raya Baiturrahman. Masjid yang dibangun Sultan Iskandar Muda pada sekitar tahun 1612 Masehi ini terletak di pusat Kota Banda Aceh. 

Ketika agresi militer Belanda II, masjid ini pernah dibakar. Yang kedua ada Taman Sari Gunongan yaitu salah satu peninggalan Kerajaan Aceh, setelah keraton (dalam) tak dapat terselamatkan karena pasukan Belanda yang menyerbu Aceh. Taman ini dibangun pada saat pemerintahan Sultan Iskandar Muda yang memerintah tahun 1607-1636. Sultan Iskandar Muda berhasil menaklukkan Kerajaan Pahang serta Kerajaan Johor di Semenanjung Malaka.

Sultan Iskandar Muda jatuh cinta pada Putri Boyongan dari Pahang karena akhlakhnya yang sangat mempesona serta cantik parasnya, sampai pada akhirnya menjadikannya sebagai permaisuri. Karena cintanya yang sangat besar, Sultan Iskandar Muda bersedia untuk memenuhi keinginan Putri Boyongan untuk membangun sebuah taman sari yang indah yang dilengkapi dengan Gunongan. 

Yang ketiga ada Masjid tua indrapuri adalah bangunan tua berbentuk segi empat sama sisi. Mempunyai bentuk yang khas seperti candi, karena di masa lalu bangunan ini bekas benteng sekaligus candi Kerajaan Hindu yang lebih dulu menguasai Aceh.

Pada tahun 1300 Masehi, diperkirakan pengaruh Islam di Aceh mulai menyebar dan perlahan-lahan penduduknya telah mengenal Islam. Pada akhirnya bangunan yang awalnya candi ini berubah fungsi menjadi masjid. Bangunan bekas candi ini dirubah jadi masjid pada masa Sultan Iskandar Muda yang berkuasa dari tahun 1607-1637 Masehi.

Bagaimana dengan kondisi politik di Aceh? Aceh berkembang pesat ketika Pasai berada di ambang keruntuhan karena serangan Majapahit sekitar tahun 1360. Pasai akhirnya menjadi bagian dari kesultanan Aceh pada tahun1524.  Selain itu, faktor penyebab berkembangnya Aceh menjadi kesultanan maritim yang besar adalah kejatuhan Malaka ke tangan Portugis, banyak pedagang muslim yang kemudian mengalihkan kegiatan perdagangan mereka ke pelabuhan Aceh. Hal tersebut membuat aceh menjadi kerajaan besar yang ditunjang oleh kemampuan militer dan ekonomi yang kuat.

Tapi dibalik kesuksesan terdapat hal buruk yaitu Aceh sering dilanda konflik di antara penguasa kesultanan itu sendiri. Sekitar tahun 1571M hingga 1607, Kesultanan Aceh diperintah oleh delapan orang sultan dan dua di antaranya bukan keturunan Aceh, melainkan keturunan raja Perak di semenanjung Malaya. 

Tahukah kalian sultan yang memerintah 15 tahun lamanya adalah Sultan Alauddin Riayat Syah al-Mukamil (1589-1604M). Baik kerajaan Aceh maupun di hampir semua kerajaan besar Nusantara, menunjukkan Bahwa keberhasilan penyelenggaran kekuasaan militer sangat bergantung pada seorang penguasa kerajaan yang kuat dan dapat mempertahanjan serta membangun kesepakatan di kalangan elite kerajaan, jadi mereka tentu harus berhati-hati.

sumber: pinterest.com
sumber: pinterest.com

Siapakah Sultan Iskandar Mada? Adakah yang tahu? mari kita bahas sama-sama.
Pada masa pemerintah Sultan Iskandar Mada, (bertakhta 1607-1636) Aceh mencapai puncak kejayaannya dengan wilayah kekuasaan meluas dari Deli sampai ke Semenanjung Malaya. Keberhasilannya dalam pemerintahan dilandasi oleh kekuatan militer, terutama angkatan laut. 

Pada masa pemerintahannya, hidup seorang laksamana perempuan yang bernama Kemalahayati. Pada masa itu, Kerajaan Aceh telah memiliki armada kapal-kapal besar yang dapat menangkat hingga 600-700 prajurit. 

Di darat, Aceh telah memiliki pasukan kavaleri dan di anatarnya telah menggunakan kuda-kuda yang didatangkan dari Persia, satuan gajah, artileri, dan pasukan milisi infanteri. Dengan seluruh kekuatannya mereka memulai gerakan ekspansi dengan mengalahkan Deli (1612M), Aru (1613 M), dan pada tahun yang sama berhasil mengalahkan armada Portugis di Bintan. 

Pada 1617 M, Aceh pun berhasil merebut Pahang, mengalahkan Kedah pada tahun 1620, dan berhasil menguasai NIas pada 1624-1625 M. Akan tetapi, gerakan ekspansi dihentikan oleh Portugis pada tahun 1529M.

Pada masa pemerintahan nya, disusun sebuah undang-undang tentang tata pemerintahan yang diberi nama adat Makuta Alam yang ditulis dengan huruf Arab dan berbentuk syair Melayu. Iskandar Muda juga sangat memperhatikan kestabilan dan ketahanan kerajaannya. 

Oleh karena itu ia membentuk militer yang kuat sehingga secara militer Aceh dianggap kesultanan terkuat pada masa itu. Iskandar muda juga terkenal piawai dalam urusan diplomasi, tidak saja dengan kerajaan-kerajaan lain di Nusantara, tetapi juga dengan negara-negara di Eropa, seperti Inggris, Belanda, Turki Usmani, dan Prancis.

Meskipun Aceh berhasil dibawa ke zaman keemasan, tetapi kerajaan ini pun tidak lepas dari landasan yang rapuh, karena hal-hal berikut :
Yang pertama masyarakat Aceh bukan merupakan rakyat agraris, sedangkan hasil pertanian sangat diperlukan bagi keberhasilan perang dan perdagangan. Yang kedua Adalah wilayah pedalaman tidak mampu mendukung kebutuhan dasar (pangan) masyarakat kota. 

Lalu terakhir persatuan penduduk Aceh sangat longgar, Bahasa Melayu sebagai Bahasa penghantar hanya dikenal oleh masyarakat perkotaan, sedangkan masyarakat Aceh yang terdiri dari berbagai suku masih menggunakan bahasa daerah masing-masing. Kemudian perkembangan kota berlangsung cepat dibandingkan kemampuan masyarakat pedalaman dalam menunjang kebutuhan masyrakat kota, juga peran kelompok-kelompok elite kerajaan tidak selalu mudah dikendalikan.

Iskandar Muda digantikan Iskandar Tsani (1636-1641). Pada masa pemerintahannya, hidup sastrawan besar bernama Nurrudin ar-Raniri yang dikenal dengan karyanya berjudul Bustanussalatin yang berarti taman raja-raja. Isinya tentang adat istiadat Aceh dan ajarang islam.

Sepeninggalnya Iskandar Tsani, Aceh mengalami kemunduran. Faktor utamanya adalah makin menguatnya kekuasaan Belanda di Pulau Sumatra dan Selat Malaka (ditandai jatuhnya Minangkabau, Siak, Tapanuli, dan Mandailing, Deli, serta Bengkulu ke tangan Belanda.) Faktor lainnya juga ada yaitu ada perebutan kekuasaan, terutama antara golongan bangsawan dan golongan ulama. Dia antara para ulama terjadi pertikaian karena perbedaan aliran dalam agama Islam.

Sesudah membahas kondisi politik, bagaimana dengan kondisi sosialnya Kesultanan Aceh?. Jadi meskipun Aceh merupakan negara Islam, kehidupan masyarakat dan bahan tambang )lada dan timah) sangat melimpah di Semenanjung Malaya. Jenis barang dagangan adalah beras, emas, perak. tekstil. minyak wangi, poselen.

Jangan menganggap remeh kondisi ekonomi Aceh juga karena dalam hal perekonomian komoditas Kesultanan Aceh adalah rempat-rempah dan bahan tambang (lada, timah) .
Kalau kondisi kebudayaannya di bidang kesusastraan dan agama, Aceh melahirkan beberapa ulama ternama yang hasil karyanya menjadi rujukan utama dalam bidang masing-maisng. 

Mereka adalah Hamzah Fansuri (hidup pada masa Iskandar Muda) dengan karya Tabyan Fi Marifati al-adyan, Syamsuddin Nuruddin ar Raniri dengan karya Sirat al-Mustaqim, dan Syekh Abdul Rauf Singkili dengan karya Mi'raj al-Tulabb Fi Fashil. Mereka sangat berpengaruh tidak hanya di Aceh,tetapi juga sampai ke Jawa.

Jadi hebat ya kesultanan Aceh dapat mengatasi permasalahannya dan kesultanan Aceh juga memiliki kualitas militer tinggi. Walau akhirnya runtuh namun perjuangan dan kisah Aceh dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua :) 


References :

 1
2

Hapsari, Ratna. 2016. SEJARAH UNTUK SMA/MA KELAS XI PEMINATAN. Erlangga, Jl. H. Baping Raya No 100, Ciracas, Jakarta 13740

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun