"Saya mewakili Keuskupan Ruteng merasa bangga dengan paroki ini, selama dua tahun terakhir, nama paroki ini, menjadi tren setter, di Keuskupan, oleh karena kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan, termasuk kegiatan festival ini. Berbicara tentang pariwisata holistik, tentu gereja memiliki mimpi besar untuk mewujudkan masyarakat yang berbudaya serta pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Dan kita sudah memulai langkah ini.Â
Perarakan Arca Bunda Maria yang dipungkas oleh festival budaya merupakan sebuah karya yang mulia demi menghidupkan tahun pariwisata holistik ini." Ungkap Rm. Simon dalam sambutannya pada acara penutupan festival, Rabu (06/07/2022).
Salah satu peserta yang ikut dalam pentas budaya ini, Robertus Sumardi mengungkapkan kebanggaanya karena berhasil menampilkan musik tradisional manggarai bernama " Tinding". Robertus yang menampilkan kolaborasi musik etnik ini, mengungkapkan tema pastoral Pariwisata Holistik telah membuka ruang bagi masyarakat untuk kembali menunjukan alat-alat musik lokal yang hampir hilang karena perkembangan zaman.
"Hari ini kami menampilkan kembali alat musik tradisional Manggarai bernama "Tinding", dikolaborasikan dengan permainan suling bambu, gendang, dan rencak. Kami ingin menunjukan kembali alat musik yang dulu sering dimainkan oleh orang tua-orang tua kala menjaga kebun.Â
Kami senang gereja melalui tahun pariwisata Holistik ini, ingin menghidupkan kembali budaya manggarai sekaligus memperkenalkan budaya kita melalui sektor pariwisata yang saat ini tengah menjadi primadona di Indonesia." Ungkap Robertus.
Penutupan Festival Budaya ini dilaksanakan dengan Misa Inkulturasi yang dipimpin langsung oleh Rm. Simon Nama, Pr, dan dihadiri oleh umat Paroki St. Hubertus Sok, pada Rabu sore (06/07/2022).*
Oleh : Yohanes A. Menggot
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H