Mohon tunggu...
Angelica Ivone Putri Lestari
Angelica Ivone Putri Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hai! Aku mahasiswa tingkat akhir, yang lagi sibuk-sibuknya. Aku suka baca novel, dengerin musik, nonton drakor, dan haluin bias. Moto hidupku teruslah mencoba, sampai mendapat hasil akhir yang kamu inginkan.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Keharmonisan Orangtua Mempengaruhi Mental Anak

4 Agustus 2023   16:31 Diperbarui: 4 Agustus 2023   16:37 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Harian Memo Kepri

Keluarga merupakan tempat pertama anak tumbuh dan berkembang, tidak hanya sekedar memberikan makan dan memenuhi kebutuhan finansial, tetapi juga memegang fungsi penting bagi perkembangan mental anak. Ayoe Sutomo selaku Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga mengatakan bahwa orangtua memiliki peran besar dalam pembentukan karakter anak, karena 20% karakter anak terbawa secara alamiah sejak lahir, dan sebanyak 80% dipengaruhi oleh pola asuh orangtua. Keharmonisan keluarga turut mempengaruhi kondisi psikologis anak. Anak yang tumbuh dan besar di dalam keluarga yang harmonis akan lebih bahagia dan tenang, karena selalu merasa di sayang dan mendapatkan perhatian dari kedua orangtuanya.

Namun demikian, beberapa orangtua masih belum tahu bagaimana membangun keluarga yang harmonis, dan membentuk keluarga yang sehat jiwa dan mentalnya. Tidak heran, karena menyatukan dua pikiran yang berbeda bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Perbedaan cara pandang, pola pikir, dan tingkat egoisme seseorang, terkadang membuat seseorang sulit untuk menerima pendapat dari orang lain, membuat pertengkaran tidak bisa dicegah. Padahal pertengkaran orangtua dan disharmonisasi keluarga memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan psikologis anak. Berikut beberapa pengaruh ketidakharmonisan orangtua terhadap mental anak.

Keluarga yang Tidak Harmonis Membuat Anak Mudah Stress

Anak yang terlalu sering menyaksikan perdebatan atau pertengkaran orangtuanya akan tumbuh menjadi pribadi yang mudah stress dan tidak bahagia. Anak akan cenderung menjadi lebih tertutup kepada orang lain, karena merasa kurangnya kasih sayang dan perhatian dari kedua orangtuanya.

Anak Menjadi Anti-Sosial

Berada di dalam kondisi keluarga yang disharmonisasi menjadi beban tersendiri bagi anak. Anak akan lebih menutup diri dari dunia luar (anti-sosial) karena tidak ingin orang lain mengetahui kondisi keluarganya.

Anak akan Kehilangan Kepercayaan Dirinya

Kepercayaan diri seseorang timbul karena adanya dukungan dari orang sekitar, terutama keluarganya. Anak yang berasal dari keluarga disharmonisasi akan tumbuh menjadi pribadi yang pasif dan tidak percaya diri, karena tidak mendapat motivasi dan dukungan dari kedua orangtuanya.

Anak menjadi Pribadi yang Tertutup

Disharmonisasi keluarga membuat anak merasa tidak mempunyai tempat untuk berkeluh kesah. Anak menjadi sulit untuk mengungkapkan perasaannya kepada orangtua karena tidak ingin menambah masalah atau beban pikiran kedua orangtuanya.

Kehilangan Figur Teladan

Setiap anak pasti menjadikan orangtuanya sebagai panutan mereka. Disharmonisasi keluarga membuat anak merasa tidak memiliki teladan atau panutan saat mereka beranjak dewasa, ia akan berpikir bahwa tidak ada orang yang bisa dipercaya dan dicontoh. Hal ini dapat menyebabkan anak merasa kesepian dan rentan depresi.

Anak menjadi Agresif dan Pembangkang

Sudah menjadi sifat alamiah anak untuk meniru tingkah laku orangtuanya. Kondisi keluarga yang tidak baik akan membuat anak cenderung bersifat agresif dan kasar kepada orang lain. Anak akan mudah emosi dalam menghadapi sesuatu, dan tidak mau mendengarkan perkataan orang lain.

Pendidikan Anak menjadi Terganggu

Pertengkaran orangtua yang tidak tahu waktu dan kondisi membuat anak mengalami stress, sehingga tidak bertumbuh dan berkembang dengan baik. Anak akan kehilangan semangat, menjadi malas untuk beraktivitas dan bertingkah semaunya. Ia merasa pendidikan sudah tidak penting lagi.

Menyebabkan Anak Trauma

Suara gaduh, bentakan, cacian, dan makian yang dilemparkan orangtua saat bertengkar tidak menutup kemungkinan menjadi penyebab anak trauma terhadap sesuatu. Secara tidak sadar memori tersebut akan terus berulang hingga anak tumbuh dewasa. Setelah tumbuh dewasa, anak akan sulit membuka diri terhadap lawan jenis, dan mungkin merasa takut untuk berkeluarga.

Ingin Mengakhiri Hidup

The University of Sussex menyatakan bahwa anak yang melihat pertengkaran kedua orangtuanya berisiko memiliki masalah mental ketika dewasa. Pertengkaran dan perceraian orangtua berisiko membuat anak memilih untuk mengakhiri hidup lebih cepat. Anak akan merasa bingung, cemas, dan berpikir tidak punya siapa-siapa di dunia ini.

Demikian beberapa pengaruh ketidakharmonisan orangtua terhadap mental anak. Perbedaan pendapat memang tidak bisa terhindari, karena manusia memiliki emosi yang berbeda. Namun demikian, akan lebih baik jika perbedaan tersebut diselesaikan dengan kepala dingin. Hindari perdebatan di depan anak. Jika mom dan dad tidak menemukan solusi untuk permasalahan yang dihadapi, alangkah lebih baik meminta bantuan ahli, berkonsultasi dengan psikolog. Kesehatan mental anak bukan hal yang sepele, jika salah mengambil langkah nyawa anak bisa menjadi taruhannya. Keluarga yang sehat adalah keluarga yang membuat anak merasa nyaman, tenang, dan memiliki tempat untuk pulang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun