Sesekali anak kecil dalam diriku terbangun, terutama saat malam hari sebelum tidur, dan bayangan gadis Prancis itu pun kembali.
Lagi-lagi kenyataan menang dan aku sudah melupakannya saat pagi datang. Hidup berjalan normal hingga kepanikan global terjadi karena pandemi corona.Â
Sekolah tempatku bekerja ditutup dan semua guru dirumahkan. Aku beruntung kamar kost-ku nyaman namun berhari-hari diam memandang dinding kamar bukanlah kenyamanan yang aku inginkan.Â
Penjelajahanku di media sosial instagram mengantarkan aku pada informasi kelas online belajar bahasa Prancis yang diusung oleh Institut Francais d'Indonesie (IFI).
Aku berpikir sejenak sengaja memberikan ruang bagi kenyataan untuk lagi-lagi mencari dalih untuk tidak belajar. Tetapi kenyataan di hari itu berbeda. Kewajiban mengisolasi diri akhirnya menjadi jalan buntu bagi semua alasanku untuk melakukan sesuatu jikalau aku punya waktu.Â
Kini waktulah yang aku punya. Setelah menimbang sebentar bahwa mengikuti kelas itu adalah solusi yang lebih baik dari pada berselancar di media sosial, maka aku mencoba kelas gratis yang ditawarkan institusi tersebut.
Kelas pengenalan gratis diadakan melalui media zoom dan aku kecewa. Aku merasakan rendahnya interaksi antara murid dan guru sehingga materi yang diajarkan menjadi kurang melekat. Apa iya bisa maju diriku dengan kondisi kelas online begini.
Saat itu aku menganalisa terlalu banyak. Akhirnya sebagai seorang guru, kemaklumanku pun muncul. Dalam situasi begini, tidak ada yang siap.Â
Tidak satu guru pun, tidak satu sekolah pun. Lagipula aku sendiri mengajar kelas online, masa iya aku berat sekali menilai kelas lain. Bisa jadi anak kecil dalam diriku itu juga yang membuatku yakin bahwa kelas sungguhannya nanti berbeda. Toh seorang guru selalu mampu mengubah kelasnya menjadi lebih baik. Aku pun mendaftar.
Menjelang kelas pertama, aku antusias sekali. Bayangan gadis Prancis yang manis itu kembali menari-nari di kepalaku. Seharian itu dinding kamar kost-ku melihatku sumringah layaknya murid yang semangat kembali ke sekolah.Â
Pemberitahuan yang datang dari whatsapp tentang grup belajar khusus untuk kelasku pun membuatku tambah girang. Kulihat hanya 10 saja total muridnya dan aku mulai optimis. Kelas online memang baiknya tidak terlalu banyak muridnya supaya berjalan optimal.