Mohon tunggu...
Angelia Yulita
Angelia Yulita Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru

Penikmat matematika, buku, dan kopi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sekuntum Tulip untuk Mereka yang Sudah Tiada

28 Mei 2020   02:10 Diperbarui: 28 Mei 2020   02:19 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Senyuman di Hari Kelabu - karya Angelia Yulita (dokumentasi pribadi)

Berat bagi yang sakit untuk selalu optimis, namun sebenarnya tidak kalah berat mereka yang harus menyemangatinya. Jangan sampai kata-kata motivasi berubah menjadi seperti naskah yang dihapal. Tidak ada lagi dorongan di dalamnya. Hanya pita suara yang mengeluarkan kata-kata yang sama berkali-kali, "pasti sembuh. Pasti sembuh". Aku berharap kau juga memperhatikan kesehatanmu, terutama batinmu.

Seorang dokter pernah berkata padaku bahwa yang ia rawat bukan hanya ibuku, pasiennya, tetapi juga keluarganya. Tidak banyak memang tenaga medis yang bisa dan berkenan meluangkan waktunya untuk mendengar ketakutan kita. 

Mungkin karena itu banyak bermunculan forum-forum untuk penyakit tertentu dimana para caregiver saling memberi dukungan satu sama lain. Keadaan ini adalah keadaan yang sulit dan bisa jadi kau akan menghadapi orang yang akan berusaha mengerti keadaanmu untuk sesaat, lalu ia mengharapkan kau untuk melupakannya. 

Aku berharap kau mengambil waktu sebanyak mungkin yang kau butuhkan untuk bisa menerima kenyataan yang baru ini. Kepada kalian yang kehilangan orang-orang terdekat, yang rela mengorbankan apa saja untuk mengembalikan mereka, yang menyesal dan yang dipaksa untuk melupakan... 

Kepada yang sinis karena orang-orang meributkan kapan pusat perbelanjaan kembali dibuka, kapan bisa kembali bertamasya dan belajar di sekolah, sementara kalian sudah merasa hambar pada segala jenis hiburan... Kepada kalian yang marah dan akhirnya menutup telinga kepada para sahabat... Tulisan ini untuk kalian.

Tentu saja tulisan ini tidak berarti apapun selain caraku untuk berteriak, "aku mengerti! Ya, sakit, sedih, aku mengerti". Terbatas diriku dalam membantu, namun jika tulisan ini menjangkaumu, aku harap kau bisa beradaptasi di hari yang baru ini. 

Langkah-langkah pertama tidak perlu menunggu hati yang yakin. Tetaplah berjalan meskipun kadang kau harus berhenti untuk menangis. Tidak perlu kau paksakan dirimu berpikir bahwa kehilanganmu ini hal biasa sehingga kau menilai kau sudah bersikap berlebihan. Tidak. Di saat seperti ini berbaik-hatilah tidak hanya kepada orang lain yang tidak ingin kau susahkan. Berbaik-hatilah kepada dirimu sendiri.

Hari ini adalah hari baru bagi mereka yang telah kehilangan ayah, ibu, anak, saudara, dan orang-orang terkasih lainnya... Jika orang lain harus beradaptasi dengan pekerjaan atau nominal penghasilan yang baru, kau lebih lagi. 

Jika orang lain masih memperdebatkan kebijakan new normal  itu baik atau tidak, kau sudah terlanjur basah dalam kenyataan yang baru tanpa sempat bersiap. 

Berjalan lah pelan-pelan, kawan. Ketahuilah, tulisan ini pun doa dari seseorang yang tidak mengenalmu, namun tersenyum kepadamu dari kejauhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun