Mohon tunggu...
Angeldeo Staynislav Tatipatta
Angeldeo Staynislav Tatipatta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Senang membaca dan berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Peran Ketahanan Masyarakat dalam Mengurangi Dampak Bencana Alam di Indonesia

22 Juni 2024   17:39 Diperbarui: 22 Juni 2024   17:43 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Lokasi negara Indonesia yang berada di atas pertemuan antar banyak lempeng tektonik, menyebabkan Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki ancaman terjadinya bencana alam yang amat tinggi. Bencana alam merupakan suatu ancaman yang tak terduga yang dapat mengakibatkan kerugian besar masyarakat. Maka dari itu, untuk mengurangi dampaknya, penting bagi masyarakat untuk memiliki kesadaran dalam melakukan penanggulangan bencana. Penanggulangan bencana merupakan serangkaian langkah upaya pencegahan bencana, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, pemulihan, rekonstruksi dan pembangunan. Sedangkan bencana alam merujuk pada suatu kejadian yang disebabkan oleh faktor alam, seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, dan lain sebagainya.

Dalam menghadapi ancaman bencana alam tersebut, diperlukan peran masyarakat untuk membentuk suatu ketahanan masyarakat. Ketahanan masyarakat dalam konteks bencana alam, merujuk pada kemampuan sebuah komunitas untuk bertahan dan pulih setelah terjadinya bencana (Mayunga, 2007). Menurut Twigg dalam Shalih (2020), faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat ketahanan masyarakat mencakup :

  • Dimensi sosial-budaya dan ekonomi. 

Kurangnya, pemahaman masyarakat terhadap lingkungan, yang merupakan bagian dari pengetahuan, dapat mengurangi kemandirian dan ketahanan masyarakat dalam menanggulangi bencana. Selain itu, individu yang menerima bantuan pemulihan dari sesama cenderung memiliki jejaring sosial yang lebih kuat dan tingkat modal sosial yang lebih tinggi, sehingga dapat menunjang proses pemulihan masyarakat pasca bencana alam. Kemampuan masyarakat hingga dapat kembali pada mata pencaharian, kesejahteraan individu, dan ketahanan sosial-fisik juga turut mempengaruhi tingkat ketahanan masyarakat terhadap bencana

  • Dimensi pendidikan

Edukasi dan kesadaran masyarakat dalam manajemen bencana sangat penting. Hal ini harus disebarluaskan kepada seluruh masyarakat Indonesia melalui berbagai macam media. Kampanye penyuluhan dan pelatihan tanggap bencana harus digalakkan di sekolah, lingkungan desa, dan media sosial. Edukasi yang diberikan haruslah dapat dipahami semua kalangan, dari anak-anak usia sekolah, remaja, dewasa, hingga lansia.

  • Dimensi FisIk-lingkungan

Kesiapan dan ketersediaan wilayah setempat dimulai dari rambu dan tanda peringatan, tempat evakuasi sementara (Shelter) hingga jalur evakuasi, juga menjadi suatu perhatian khusus bagi masyarakat untuk meningkatkan ketahanan terhadap bencana alam. Masyarakat harus terlibat dalam perencanaan tata ruang yang meminimalkan risiko bencana. Keterlibatan masyarakat dapat berupa menghindari membangun pemukiman di daerah rawan bencana. Pemerintah berkewajiban untuk memastikan infrastruktur yang ada sudahlah teruji terhadap bencana.

  • Dimensi Institusi dan pemerintahan

Dalam dimensi ini, dapat berupa analisis mengenai pihak-pihak pemerintahan setempat yang terlibat selama periode tanggap darurat dan setelah bencana, kebijakan bantuan yang diterapkan selama fase tanggap darurat dan pasca bencana, serta ketimpangan institusi dalam memberikan bantuan. Setelah terjadinya bencana, langkah-langkah penanggulangan bencana harus diarahkan pada faktor-faktor yang mampu memulihkan kondisi masyarakat serta lingkungan yang terdampak. Proses ini disebut juga sebagai manajemen pemulihan. Dalam rangkaian proses pemulihan terdapat dua fase yang akan dilalui, yaitu fase: rehabilitasi dan rekonstruksi.

Setelah terjadinya bencana, langkah-langkah penanggulangan bencana harus diarahkan pada faktor-faktor yang mampu memulihkan kondisi masyarakat serta lingkungan yang terdampak. Proses ini disebut juga sebagai manajemen pemulihan. Dalam rangkaian proses pemulihan terdapat dua fase yang akan dilalui, yaitu fase: rehabilitasi dan rekonstruksi.

  • Rehabilitasi

Rehabilitasi merujuk pada upaya perbaikan dan pemulihan semua aspek layanan publik di tingkat yang sesuai di wilayah pasca bencana, dengan fokus utama pada normalisasi

  • Rekonstruksi

Fase rekonstruksi mengacu pada pengembalian semua lembaga dan infrastruktur di wilayah pasca bencana ke kondisi semula, dengan tujuan utama untuk mendorong dan mengembangkan kegiatan ekonomi, sosial, dan budaya, serta memelihara ketertiban dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam semua aspek kehidupan sosial.

Dalam konteks penanggulangan bencana, penting bagi masyarakat untuk mendapatkan kepastian dan perlindungan sosial, terutama bagi kelompok yang rentan terhadap bencana. Selain itu, masyarakat juga perlu mendapatkan akses terhadap pendidikan, pelatihan, dan pengembangan keterampilan yang memadai untuk melaksanakan tindakan penanggulangan bencana. Peran masyarakat dalam menanggulangi bencana dimulai dari pembentukan strategi untuk beradaptasi dengan kejadian yang dialami, sebagai contoh dengan melakukan modifikasi dan renovasi rumah, mengamankan perabotan rumah tangga, memperbaiki jalan lingkungan, dan memperbaiki saluran drainase lingkungan.

Pandangan terbaru mengenai ketahanan masyarakat dapat dirangkum menjadi tiga perspektif utama yang mencakup aspek umum dalam semua pandangan tersebut, yaitu kemampuan utnuk bertahan dan merespons secara positif terhadap stress atau perubahan pasca bencana. (Adger 2000; Folke 2006; Maguire and Hagan 2007): Ketahanan masyarakat merujuk pada ketahanan dalam tiga aspek, yaitu stabilitas, pemulihan dan transformasi. Komunitas masyarakat yang tangguh memiliki kapasitas untuk menggunakan pengalaman bencana sebagai evaluasi untuk dapat mengadopsi pola hidup yang baru, yang mampu secara kreatif dan adaptif menanggapi setiap perubahan eksternal. Sehingga dengan terbentuknya komunitas yang tangguh terhadap bencana tersebut, membuahkan hasil suatu lingkungan yang dapat menanggulangi suatu bencana dengan lebih sigap, meminimalisir dampak bencana yang terjadi, dan pulih lebih cepat

Sehingga dapat disimpulkan bahwa, kesiapsiagaan dan peran ketahanan masyarakat menjadi pondasi utama dalam menghadapi dan memulihkan kondisi masyarakat dari segala jenis bencana. Ketahanan masyarakat merujuk kepada stabilitas, pemulihan, dan transformasi. Ketahanan masyarakat dalam konteks bencana merujuk pada kemampuan masyarakat untuk bertahan dan pulih setelah terjadinya bencana. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat ketahanan masyarakat meliputi dimensi sosial-budaya, pendidikan, fisik-lingkungan, dan pemerintahan. Proses pemulihan pasca-bencana melibatkan rehabilitasi dan rekonstruksi. Dalam proses pemulihan ini, peran ketahanan masyarakat untuk menghadapi keadaan dan situasi pasca-bencana sangat dibutuhkan. Pengenalan terhadap bencana secara general harus disosialisasikan kepada masyarakat sejak usia sekolah hingga lansia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun