Siapa sih yang tidak jenuh dalam melangsungkan pembelajaran di rumah? Sepertinya sangat wajar bagi kita semua sebagai seorang yang sedang menempuh pendidikan merasa jenuh, dimulai dari tahun 2020 akhir kita harus di rumah kan bagai tahanan, tidak boleh melakukan ini dan itu dan menjaga kesehatan serta tidak memperluas jangkauan Corona virus. Tapi pertanyaannya adalah sampai kapan kita tetap harus belajar secara daring?
Kini omicron datang sebagai varian baru dari virus Corona, seolah tak ada habisnya Corona dengan semangat menempati Indonesia tanpa mau menghilang. Seolah rumah, dia menganggap Indonesia sebagai tempatnya berdiam diri tapi nyatanya Corona hanya sebatas kesialan karena merugikan banyak orang.
Segala macam usaha kita lakukan dengan mengikuti seruan dari pemerintah dimulai dari pakai masker, jaga jarak, sering mencuci tangan, lock down dan masih banyak lagi tetapi apa? Corona tetap tidak tahu diri dan terus menjadi penyebab keresahan seluruh warga Indonesia.
Masih jernih di pikiran awal Corona masuk ke Indonesia dan menggemparkan seluruh warga Indonesia, anak didik yang belajar di rumah kan, para pedagang yang digusur karena takut terpapar Corona dan menyebarluaskan virus tersebut jika melakukan aktivitas di luar dan hampir seluruh kegiatan baik pekerja kantoran ataupun guru melakukan kegiatan yang sehari-hari di luar rumah menjadi di dalam rumah.Â
Awalnya terasa menyenangkan belajar dari rumah, karena sesuatu yang baru dengan inovasi yang bagus kita semua merasa senang karena berpikir belajar dari rumah akan lebih santai daripada sekolah, tidak perlu bangun pagi, tidak perlu mandi, dan jika lapar kita bebas makan di jam berapa pun karena berada di rumah sendiri.
Tetapi nyatanya, dengan melakukan dering membuat pekerjaan rumah terus datang sehingga menggunung karena sangking menumpuknya. memang bagus, dengan adanya pekerjaan rumah tentu akan membuat waktu bermain anak menjadi berkurang, tapi kenyataannya banyak anak-anak sekolah dasar yang mengerjakan tugas mereka adalah orang tua atau kakaknya.
Belajar dengan dering nyatanya jauh dari kata efektif, banyak orang tua yang mengeluh karena anaknya semakin malas dalam belajar. apalagi bagi orang tua yang tidak mempunyai latar pendidikan yang bagus mereka merasa tidak mampu mengajarkan anak-anak mereka dikarenakan kekurangan wawasan. memang benar belajar di rumah terasa lebih menyenangkan jika konteksnya dalam keadaan jika konteksnya adalah perolehan ilmu maka belajar di rumah tidak dirasa begitu baik.
Ada pula tipe orang tua yang sehari-harinya bekerja sehingga proses belajar anak menjadi terbengkalai, hal seperti ini sering kita jumpai di lingkungan kita dan banyak lagi ragam bermasalah belajar di rumah begitupun keluhan-keluhan dari orang tua yang merasa belajar anaknya kurang efisien jika belajar secara daring.
Mungkin karena mereka masih sekolah dasar jadi hanya bermain yang ada dalam pikiran mereka, lalu bagaimana dengan mahasiswa? Sebagai mahasiswa, belajar di rumah merupakan sebuah kendala besar bagi saya.Â
Seperti rasanya kurang puas jika hanya melakukan secara virtual, dalam proses pembelajaran ada begitu banyak yang mau dipertanyakan tetapi pertanyaan tersebut tidak bisa dilontarkan karena ada hal-hal yang menjadi gangguan dalam proses pembelajaran dilakukan secara dering. Mungkin bagi sebagian mahasiswa menganggap bahwa belajar di rumah hanya akan menghabiskan kuota saja tetapi ilmu tidak nyangkut sama sekali.
Kenapa begitu, karena banyak materi yang tidak bisa terserap dengan baik dengan melangsungkan pertemuan secara daring, apalagi jika ada gangguan-gangguan jaringan seperti mati lampu, hujan atau jaringan yang tidak stabil menjadi sebuah kendala besar bagi kita yang melangsungkan pembelajaran secara daring. Karena dengan gangguan seperti itu akan membuat suara dosen menjadi putus-putus sehingga ilmu atau materi yang didengar pun tidak tidak lengkap.
Selama ini saya selalu berfikiran tentang "kenapa di saat sekolah dasar, SMP, dan SMA sudah sekolah tatap muka tapi mahasiswa masih terus di rumah kan?"
Dan jawaban yang terpikirkan oleh saya adalah mungkin karena mahasiswa sudah besar jadi bisa mengontrol diri sendiri, sudah bisa mencari referensi-referensi dari bahan ajar yang diberikan oleh dosen dan mungkin anak SD, SMP maupun SMA masih memerlukan bimbingan secara optimal.
Tapi saya rasa mahasiswa pun masih memerlukan bimbingan-bimbingan dari dosen tentang ilmu pengetahuan karena daya serap dan kemampuan intelektual orang berbeda-beda.Â
Kejenuhan-kejenuhan pasti akan terus mengiringi langkah kita tetapi hal tersebut tidak akan pernah membuat kita berhenti untuk mencari ilmu. Saya sebagai mahasiswa pun terus mengusahakan yang terbaik untuk diri saya, mencoba melampaui diri sendiri dan berjuang untuk mendapatkan ilmu, selalu menanamkan dalam diri saya bahwa saya tidak akan kalah dengan Corona dan terus berjuang agar kuliah saya dapat berlangsung dengan baik walaupun keadaan seperti ini.Â
Mungkin kejenuhan-kejenuhan itu disebabkan oleh suasana belajar yang itu-itu saja ditambah dengan pikiran yang selalu mengarah ke tugas yang sangat banyak yang terkadang sedikit banyaknya dapat membuat stress. sebagai mahasiswa saya tentu saja berharap di mana hari perkuliahan secara tatap muka diberlakukan, selalu menanti dengan sabar kapan hari itu akan tiba.
Jika itu tadi dalam pandangan mahasiswa lalu bagaimana dengan orang tua dari mahasiswa?
Sebagian dari orang tua pasti ada yang berpikir bahwa dengan belajar di rumah akan menghemat biaya, karena uang yang dikeluarkan hanya untuk membeli paket data berbeda dengan tatap muka yang memerlukan banyak biaya apalagi jika mahasiswa tersebut merantau atau jauh dari rumah. banyaknya biaya yang dikeluarkan karena harus membayar sewa kost serta harus memberi uang saku untuk anaknya, bagi sebagian orang yang berada di kondisi sulit ekonomi mungkin akan berpikir seperti itu tetapi, namanya orang tua mereka pasti selalu ingin yang terbaik untuk anaknya.
Dengan melihat kondisi Indonesia yang sedang sakit untuk kita tidak boleh egois. walaupun kita bersorak-sorak menyampaikan bahwa letihnya kita belajar dari rumah tidak akan membuat keputusan telah dibuat pemerintah dibatalkan. jadi jika tahun ini kita sebagai mahasiswa tetap belajar di rumah maka yang bisa kita lakukan adalah berdiam diri dan membenahi cara belajar agar materi yang disampaikan oleh guru maupun dosen dapat terserap, istilah lainnya adalah temukan cara belajar mu sendiri.Â
Tentu prioritas utama kita saat ini adalah menurunkan angka terjangkit virus Corona ini.
jadi dengan adanya kasus terbaru akibat omicron ini harapan dulu yang muncul kembali terpendam di lubuk dasar hati dan hanya bisa berdoa semoga tetap muka bagi mahasiswa segera direalisasikan dan dengan pasti kita semua harus menjaga kesehatan agar semua itu terwujud.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H