Kain Gringsing dapat menunjukkan suatu identitas lainnya. Identitas tersebut adalah identitas komunal. Identitas komunal "biasanya dikaitkan dengan komunitas [sosial] skala besar, seperti kebangsaan, etnis, jenis kelamin, atau afiliasi agama atau politik" (Samovar, Porter, McDaniel, & Roy, 2017, p. 246).Â
Identitas komunal yang dimaksud adalah identitas sebagai masyarakat Bali. Tidak hanya digambarkan sebagai "orang Bali" saja. Tetapi bagian dari masyarakat Bali yang masih melestarikan budaya dan masih menggunakan kain khas Bali.  Identitas juga dapat diklasifikasikan sebagai warisan  atau diakui, berdasarkan bagaimana mereka diperoleh, perbedaan yang mengacu pada apakah suatu identitas diperoleh secara tidak sengaja atau sukarela (Samovar, Porter, McDaniel, & Roy, 2017, p. 259).Â
Orang Bali yang menggunakan Kain Grinsing diklasifikasikan sebagai dua. Ia lahir dan besar di Bali sehingga identitas etnis Bali. Tetapi, terdapat kemungkinan lain orang lain yang secara sukarela tinggal atau menikah dengan orang Bali dan mengikuti upacara adat. Dalam upacara adat tersebut ia menggunakan Kain Gringsing.
Kain Grinsing yang mungkin dianggap hanyalah sebuah kain ternyata memiliki makna yang lebih dari itu. Kain Grinsing bukanlah sebuah kain tanpa makna hanya digunakan sehari-hari saja.Â
Kain Grinsing dapat menggambarkan suatu identitas budaya bagi yang memakainya. Selain itu, Kain Grinsing dibuat dengan rangkaian yang rumit dan hati-hati.Â
Agar, dapat digunakan dalam suatu upacara dengan tujuan sangat baik yaitu terhindar dari penyakit. Kain Grinsing merupakan kain yang unik dan langka hingga menarik hati banyak wisatawan yang datang ke Bali.Â
Tentunya Kain Grinsing tidak hanya menarik wisatawan lokal. Wisatawan mancanegara banyak yang tertarik. Apalagi setalah mengetahui makna dari Kain Grinsing. Harganya yang tergolong tidak murah dan pembuatannya yang cukup memakan waktu tidak membuat Kain Grinsing tidak menarik perhatian lagi. Sayangnya karena pandemi covid perajin Kain Grinsing terkena dampaknya karena kurangnya turis yang datang (Widianto, 2020)
Daftar Pustaka
Sambas, D. H. (2016). Antropologi Komunikasi. Bandung: CV Pustaka Setia.
Samovar, L. A., Porter, R. E., McDaniel, E. R., & Roy, C. S. (2017). Communication Between Cultures. Boston: Cengage Learning.
Widianto, W. (2020, November 14). Tribun Lifestyle. Retrieved from Tribunnews.com