Mohon tunggu...
Angela Sunaryo
Angela Sunaryo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fighting~

Mahasiswa Institut Teknologi Bandung

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seandainya Aku Dulu tidak Cantik: Cerpen Sejarah

6 November 2018   05:27 Diperbarui: 6 November 2018   05:33 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

http://theglobal-review.com/wp-content/uploads/2017/09/woment-comfort-the-new-york-tmes-648x336.jpg

Tahun 1942

"Arghhhh!!! Lepaskan aku, pergi kau dasar nipon!" seruku dengan keras. Aku berusaha melepaskan diriku dari cengkraman tangan orang jepang di leherku. Tapi tanpa kusadari, nafasku semakin sesak dan mataku mulai tertutup. Namaku Risa dan inilah akhir riwayatku.

Detik-detik kematianku ...

Hidup bagaikan sebuah bunga yang baru kemarin mekar namun keesokkannya mati. Itulah yang dikatakan kakekku saat aku masih kecil, namun sekarang bagiku hidup itu seperti hidup di neraka bahkan bisa dibilang lebih baik mati.

Aku tak tahan lagi dengan pekerjaan seperti ini! seruku dalam hati. Air mata mulai menetes dari kedua pipiku. Aku sudah tak tahan lagi. Bagaimana aku bisa membiarkan diriku menjadi pekerja seks bagi orang Jepang. Sungguh aku menyesal menerima tawaran menjadi pekerja "pusat rekreasi". Tak kusangka teman karibku Asri menipuku. Aku datang seperti orang bodoh yang tidak mengetahui apa-apa dan pada akhirnya terjebak di rumah bordil, tempat pemuas hawa nafsu laki-laki.

Aku sudah bekerja di tempat ini selama dua tahun, dan aku sudah dikategorikan sebagai pekerja seks kelas bawah karena sudah begitu banyak laki-laki yang memasuki diriku. Tapi meski sudah bertahun-tahun aku bekerja, aku masih mengingat jelas kedatanganku pertama kali ke tempat ini.

Aku ingat saat itu aku berharap akan mendapatkan pekerjaan sebagai pelayan restoran jepang seperti kata Asri. Tapi aku merasa janggal karena tempatnya penuh dengan pintu-pintu yang tertera nomor kamar tersebut. Aku juga melihat gadis-gadis yang berusia sekitar 11 tahun dan yang sudah 40 tahun. Hatiku gundah, entahlah ada yang aneh pikirku saat itu.

Kulihat seorang perempuan jepang yang elok parasnya melangkah kemari dan mulai mengategorikan kami menggunakan label. Saat perempuan jepang tersebut berdiri didepanku, terlihat sekali matanya melebar dan bibirnya tersenyum.

Ia berkata,"Selamat kamu termasuk golongan kelas atas! Nama kamu sekarang adalah Hanako karena kamu cantik seperti bunga. Aku berharap kamu dapat bekerja dengan baik ya."

Perempuan itu kemudian memberikan aku sebuah kunci kamar dan sebuah plastik. Kemudian tak lama setiap perempuan diberikan suatu minuman seperti jamu pikirku. Awalnya aku pikir minuman ini sebagai welcoming drink tapi ada yang aneh.

Tiba-tiba suara bel berbunyi dan gadis-gadis lainnya sudah beranjak ke kamarnya masing-masing. Hatiku berdegup kencang dan diriku yang linglung hanya dapat mengikuti yang lain beranjak  ke kamar masing-masing. Kamarku saat itu adalah kamar nomor 1.

Aku ingat sekali betapa polosnya diriku hingga berfikir aku tetap akan menjadi pelayan di sebuah restoran dan diberi satu ruang gratis untuk istirahat. Bodoh sekali diriku saat mengingat hal tersebut. Saat memasuki kamar itu, kulihat kamar tersebut sudah tertata rapih dan terlihat terlalu exclusive bagi seorang pelayan restoran.

Tak berapa lama kudengar suara radio yang terletak diatas sebuah meja di kamar itu.

Pengumuman... sekarang kalian diberi waktu untuk membersihkan badan kalian dan pastikan kalian memakai minyak-minyak bunga yang sudah disediakan di plastik. Mulai saat ini, badan kalian bukanlah badan milik kalian tetapi menjadi milik "Pusat Rekreasi" ini. Ingatlah kalau kalian sekarang adalah seorang comfort woman yang sangat berguna dalam menjaga tata tertib dan mental para tentara militer Jepang. Ingatlah tugas kalian dan apabila ada yang memberontak, maka akan dibunuh ditempat. Sekian terimakasih.

Apa?! badanku sudah bukan milikku lagi? Dan comfort woman?! Apakah aku sudah dijadikan pelacur? Pertanyaan demi pertanyaan terus mengisi kepalaku dan tanpa ragu lagi aku mulai membuka pintu keluar ruangan itu, aku tak sudi dijadikan pekerja seks. Baru saja kutekan gagang pintu, tiba-tiba kudengar suara lembut perempuan yang tadi pagi kulihat. Ya, perempuan jepang itu.

"Hanako." katanya dengan suara mungilnya. "Hanako, bisakah kau buka pintunya? Aku ingin berbicara denganmu."

Entah mengapa, kurasakan kehangatan dari suaranya yang membuatku ingin menangis tapi kutahan. Dengan ragu-ragu, aku mulai membukakan pintu kamar tersebut kepada perempuan jepang itu.

"Namaku adalah Fumiko dan aku pernah berada di posisimu. Aku tahu kau pasti sedang kebingungan. Tapi ada satu hal yang perlu kau ingat, sekali kamu masuk kesini kau takkan bisa keluar. Maafkan aku, tapi inilah dirimu sekarang Hanako. Bersikaplah baik dan kami akan merawatmu. Bersihkanlah dirimu sekarang karena tamu sebentar lagi datang."

Ucapannya membuatku mematung. Aku yang dulu adalah seorang petani sekarang menjadi pekerja seks. Betapa sedihnya diriku. Kurasakan usapan tangannya yang hangat membuatku mulai menerima kehidupan baruku ini. Semenjak percakapan aku dengan Fumiko, aku tidak pernah melihatnya lagi.

Setelah membersihkan badanku, aku bingung akan bagaimana menjadi pekerja seks karena aku tidak pernah mengalaminya. Perasaanku sudah campur aduk dan hatiku sudah sangat hampa rasanya.  Usiaku 16 tahun dan mukaku terus saja bersedih. Ketika kulihat sebuah kaca aku berkata pada diriku, Semangat! mungkin ini tidak seburuk yang kamu kira. Setelah perang berakhir, kamu bisa bertemu dengan kedua orang tuamu jadi bertahanlah ya Risa! Perkataan tersebut cukup membuatku semangat.

Aku kemudian mulai memakai baju yang rapih dan memakai sedikit lipstick agar mukaku tidak terlihat pucat. Mungkin aku bisa keluar dari sini kalau aku bekerja dengan baik pikirku. Tak lama, kudengar suara ketukan pintu dari luar kamar. Aku pun segera membukakan pintu kamarku dan kulihat seorang pejabat jepang dengan badan yang gagah. Aku mempersilahkan orang tersebut untuk masuk.

Suasana diruangan itu sangat canggung dan aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Kulihat orang jepang tersebut kemudian melepas topinya dan meletakkan barang-barangnya di meja.

"Kau kelas atas bukan?" tanyanya memecah keheningan. "I..iya" kataku dengan suara yang pelan.

"Buka bajumu." katanya tanpa menunjukkan ekspresi apapun.

"Apa?"

"Aku sudah bayar mahal untuk menidurimu. Waktuku cuman satu jam, jadi jangan buang-buang waktuku."

Aku terdiam sejenak dan memandanginya dengan muka bingung.

"Apakah kau bodoh?! Bukankah sudah kubilang buka bajumu?" teriaknya yang membuatku terkejut. Perlahan air mata mulai mengalir di kedua belah pipiku. "Tidak! Aku tidak mau!" teriakku sambil menangis.

Orang itu menatapku dengan wajah tanpa ekspresi yang membuatku takut. Ia berjalan perlahan mendekatiku dan aku mulai melangkah kebelakang menjauhi dirinya. Tidak, aku tidak mau kataku dalam hati. Mataku terpejam dan kurasakan badanku terlempar keatas kasur. Aku berusaha bangkit tapi kedua tanganku ditekan dan aku tidak bisa bergerak. Aku berusaha teriak sekencang-kencangnya untuk mendapatkan pertolongan tapi yang ada aku malah ditampar. Sakit! Saat kubuka mataku, kulihat wajah yang berubah menjadi sangat menyeramkan. Percuma aku berusaha melepaskan diri, dia terlalu kuat.

Bajuku kemudian dirobek dan celana dalamku ditariknya hingga tubuhku sudah tidak ditutupi apa-apa lagi. Badanku terasa terekspos karena aku sudah telanjang dan tidak berdaya. Apakah kesucianku akan diambil oleh nya juga? Aku tidak sudi. Aku ingin pulang. Aku semakin berusaha melepaskan diriku dan tanpa kusadari ia menendangku dan memukuliku berkali-kali hingga aku sudah tidak bisa bergerak lagi.

"Namamu Hanako bukan? Apakah kau mau dibunuh sekarang juga?" katanya sambil mengacungkan senapan tepat dihadapan wajahku. Pikiranku sudah tak karuan dan satu hal yang selalu ada dibenakku yaitu pergi dari sini. Ia kemudian meletakkan senapannya mulai mencekek leherku. Seketika itu juga aku pingsan.

Pikiranku tidak dapat sadar sepenuhnya, tapi aku tahu betul bahwa diriku sudah tidak suci lagi. Aku merasa kotor sekali dan sangat hina. Tak sempat untuk memakai baju lagi, orang berikutnya sudah terburu-buru memasuki diriku. Laki-laki demi laki-laki tidak berhenti memakai diriku sebagai pemuas hawa nafsu mereka.

Dua tahun berlalu dan aku digolongkan sebagai pekerja seks kelas bawah karena memiliki kemungkinan yang besar untuk mendapat penyakit. Kami comfort woman hanya mendapat waktu rehat saat kami mendapat menstruasi ataupun hamil. Apabila tidak mengalami kedua hal tersebut, kami dipaksa untuk bekerja tiap hari melayani para pria jepang. Satu hari minimal aku harus melayani empat laki-laki. Bayangkan saja satu hari bisa saja lebih dari itu. Betapa sedihnya hidupku ini! Aku sudah tidak cantik dan aku menjadi sangat hina. Seandainya aku tidak cantik, mungkin aku tidak akan sengsara seperti ini.

Karena aku kelas bawah, maka waktuku untuk dibunuh sudah dekat. Dan tanpa kusadari waktuku sudah habis.

"Arghhhh!!! Lepaskan aku, pergi kau dasar nipon!" seruku dengan keras. Aku merasa badanku diseret ke suatu goa yang sangat gelap. Aku berusaha melepaskan diriku dari cengkraman tangan orang jepang di leherku. Tapi tanpa kusadari, nafasku semakin sesak dan mataku mulai tertutup. Namaku Risa dan inilah akhir riwayatku.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun