Mohon tunggu...
Saleum Selalu
Saleum Selalu Mohon Tunggu... -

Hhm, menulis terlalu indah. Kini tinggal di sebuah kota kecil, tapi tetap menikmati..

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Honda Vario 150 eSP, Perfecto

5 Mei 2016   22:34 Diperbarui: 5 Mei 2016   22:34 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

dokumen pribadi

Hai, nama gue Honda Vario 150 eSP. karena gue berwarna putih, jadi tambahkan saja putih di depan nama gue. Jadilah nama gue si Putih Honda Vario 150 eSP. Gue sementara ini menjadi adik bungsu dari Mak dan Ayah gue. Dan menggantikan posisi dari abang gue (Si Honda Vario 125) untuk sementara waktu. Tapi posisi bungsu, gue yakin itu tak akan melekat lama pada diri gue karena gue yakin sekali bagaimana pola pemikiran yang dianut orang tua gue, banyak anak akan banyak sekali rezeki. Itu Mak gue ampun deh, kuat nian beranak. Itu pun kalau bisa, tiap beranak jangankan kembaran empat , kembaran sepuluh saja tidak masalah. Hihi… Mak gue…

Namanya Dek Gam dan Kegalauannya

Itu nama pemilik gue, bukan nama aslinya. Itu semacam nama panggilan dalam bahasa daerah yang berarti panggilan anak laki-laki. Ya, gue tahu lah nama aslinya dia, tapi biarlah yang di sini menjadi penasaran tentang nama asli pemilik gue (Adakah yang penasaran?hihi…

Dek Gam, laki-laki itu melakukan perjuangan yang lumayan keren untuk mendapatkan gue. Pada masa itu, dua bulan sebelum gue dilahirkan ke dunia ini, dia sudah ingin sekali membeli motor baru. Ia capek dan letih memakai motor lamanya. Motor itu berukuran lebih kecil dari gue dan sangat boros minyak. Itu dia perkara yang sangat membuat pusing dia.

Nah, di tengah kegalauan mencari informasi berkenan tentang motor baru. Ia nyaris saja memilih abang gue karena sudah sangat tertarik dengan abang gue sebetulnya , tapi abangnya Dek Gam yang bekerja di dealer motor memberikan brosur promosi motor kepada Dek Gam.

Jreng Jreng..

Dan di Brosur itu ada gambar gue yang berpose dengan gagah super. Di sebelah gambar gue, ada tulisan berisi tentang kelebihan gue dibandingkan yang lainnya. Mata Dek Gam tak berkedip melihat foto gue. Aduh, gue merasa jadi artis ini, hihi.. Dan siapapun bisa menilai apa makna wajah Dek Gam yang tak lepas dari gambar gue, itu artinya ia begitu ingin memiliki gue.

“Ini gue motor yang gue tunggu.” Itu ucap Dek Gam

Tapi meskipun begitu, perilaku sabar harus digalakkan karena gue baru ada di dunia ini dua bulan lagi. Sabar ya Dek Gam…

Dan seminggu menjelang gue lahir, Dek Gam menjadi sibuk bukan main seperti seorang suami yang menunggu istrinya melahirkan. Ia menjual motor lamanya. Memberikan uang itu kepada abangnya sebagai uang muka untuk memiliki gue.

Ya Dek Gam memiliki gue dengan sistem cicilan. Hihi…

Ketika Berita Itu Datang

Sebuah sore dan langit sudah akan gelap, Dek Gam masih di tempat kerjanya, ia terburu-buru menemui yang selalu menunggunya di tempat parkir. Kenderaan sore itu ramai, sepeertinya pemilik gue kesusahan menemukan posisi gue. Dan Dek Gam menekan fitur answer back system, itu memudahkan Dek Gam untuk menemukan posisi gue. Karena Jika diruang terbuka tanpa ada halangan, gue bisa merespon sistem ini sejauh maksimal 30 meter.

Gue ditemukan oleh Dek Gam dan Gue menemukan wajah Dek Gam gamang.

Kita harus pulang, si Abang sakit. Begitu katanya.

Pulang itu artinya jauh. Bukan sekedar pulang ke rumah kontrakan Dek Gam yang berjarak dekat. Dek Gam menghidupkan gue, tarikan mesin gue responsive, gue langsung hidup dan kami membelah jalanan.

Gue akan ceritakan sedikit tentang kisah hidup pemilik gue.

Dek Gam itu empat bersaudara. Anak tertua bekerja di dealer motor dan hingga sekarang masih menempati rumah mereka di Banda Aceh . Anak ketiga, perempuan, sudah menikah, memiliki dua buah hati dan berdomisili di Banda Aceh. Anak ke empat itu polisi dengan penempatan di Jawa. Dan Dek Gam anak kedua dan dari beberapa lalu bekerja di Bireuen, sebuah kabupaten dalam Propinsi Aceh.

Perjalanan Jauh Mendebarkan

Bireuen-Banda Aceh itu lebih kurang 270 Km. jika menaiki minibus memerlukan jam sebanyak enam kali sehingga bisa tiba di sana. Gue jadi berdebar-debar mengingat ini pengalaman pertama menempuh perjalanan jauh. Dan gue mengapa menjadi tidak terlalu yakin dengan kemampuan gue ya? Karena gue yakin, betapa besar harapan diletakkan Dek Gam ke pundak gue.

Apakah Dek Gam akan menguji gue? Dan kalau gue tidak memuaskannya dia akan mencampakkan gue?

Tapi, Bismillah saja deh. Gue akan membuktikan kalau Dek Gam tidak salah memilih gue. Mak dan Ayah, berdoa bareng-bareng yuuuk…

Nah, akhirnya perjalanan itu melaju. Dek Gam gue tahu, ia cemas sekali. Mulutnya tak reda melafaz doa. Gue berusaha menenangkan Dek Gam dengan memberikan pelayanan kelas VVIP. Gue jelas membuktikan bahwa gue sangat nyaman untuk diajaka berkendaraan jauh. Itu karena satuan volume CC (centimeter cubic) mesin gue gede dan itu sesuai untuk perjalanan jauh.

Gue juga memberikan kenyamanan di tempat duduk dengan desain yang nyaman, tidak terasa, dan tidak membuat pinggang berontak. Naik ke atas jok-nya, gue ini memberikan posisi mengendara yang sangat nyaman. Lekukan jok sengaja dimundurkan beberapa milimeter untuk membuat pengendara bebas memilih posisi mengandara terbaik. Riding position ini tentunya berimbas untuk membuat handling motor jadi lebih nyaman dalam segala kondisi.

Bayangkan deh, jika naik motor ber jam-jam, desain tempat duduk tidak buat nyaman, apa tak rontok pingang satu-satu ya?

Tiada terasa dua jam sudah kami berperjalanan. Langit mulai gelap dan azan magrib mulai bergema. Gue menepi di sebuah di SPBU dan melakasanakan sembahyang magrib (Dek Gam aja kali, gue kagak). Dek Gam kulihat menikmati mie goreng dan teh dingin sementara gue tidak dikasih minum bensin lagi setelah di Bireuen gue minum bensin senilai empat puluh ribu rupiah.

Melanjutkan perjalanan selanjutnya sangat tidak gue sukai. Jujur, gue takut sebenarnya. Kami akan melewati Seulawah, kata Mak gue itu kawasan angker super, gelap maksimal dan tantangan full-fullan.

Ya sudah, gue Cuma berdoa dalam hati. Semoga gue melewati sisa perjalanan ini.

Sampai kami di Seulawah, suer itu terasa angker dan itu kawasan gelap sangat. Tak satupun ada lampu di kiri-kanan jalanan. Sepanjang jalanan hanya ada kegelapan dan hutan. Tapi beruntunglah Dek Gam memiliki gue yang memiliki lampu terang benderang sehingga mampu menerangi jalanan paling gelap sekalipun. Dan sistem lampu gue yang LED (Light Emitting Diode) sehingga daya tembaknya sesuai, tidak menyebabkan sakit mata orang di depan (gue kok jadi narsis ya?).

Gue melihat Dek Gam tersenyum setelah melintasi kawasan Seulawah. Gue merasa telah lulus dalam ujian tidak terduga dari Gek Gam. Cihui deh..

Tapi memasuki kampung Dek Gam, aduh gue ingin menjerit sebenarnya. Jalanan itu rusak keterlaluan dan lubang di mana-mana. Dek Gam seperti khawatir dan menimbang-nimbang gue, tapi suspensi gue bagus coy! Jadi ketika masuk lubang, bantingannya tidak terlalu terasa deh! Jalanan rusak dan berlubang, buat gue itu bukan perkara!

Gue, Si Vario 150 Sempurna, hihi.

Dan akhir dari perjalanan itu adalah kebahagiaan ketika sudah tiba di rumah Dek Gam dan menemukan si Abang Dek Gam nampak begitu lega melihat Dek Gam sudah tiba di rumah.

Perfecto

Kata Dek Gam gue itu, si Vario 150 Sempurna, Perfecto. Aduh, ini pujian membuat gue ingin melayang-melayang deh. Ini uraian Dek Gam tentang gue.

Ia mulai membedah gue. Katanya sih, desain gue itu up to date dan menawan, body gagah dengan ukuran pas banget, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Suara mesin halus dan tidak buat bising. Dan air pendingin radiator menyebabkan tidak cepat panas dan cepat lelah.

Combi brake system yaitu tuas rem kiri yang mengkombinasikan rem belakang dengan rem depan. Jadi cukup menekan tuas rem kiri, pengereman maksimal sudah bisa dilakukan. Praktiskan? Pokoknya gue itu teman paling cocok untuk berkendera jauh. Gue itu Si Vario 150 Sempurna, Perfecto!

Hanya kata Dek Gam sih, kalau mak gue ingin lahiran lagi dengan adik gue, jikalau bisa fitur spidometernya sudah dirubah menjadi digital (keluar besar kecepatan dalam bentuk angka). Itu saja katanya. Jadi orang tua gue, Perusahaan Honda harus mempertimbangkan ini, hihi. Karena Dek Gam dan banyak orang itu, love Honda. Http://www.welovehonda.com/

img-1404-1-jpg-572b66bd2323bdbb0e733f30.jpg
img-1404-1-jpg-572b66bd2323bdbb0e733f30.jpg
dokumen pribadi

Pada akhirnya gue ingin katakan terima kasih untuk Dek Gam. Terima kasih karena tulus hati merawat gue.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun