Sedekah Ikhlas di Kota Bengkulu
Langit sore di Kota Bengkulu terbentang indah, dihiasi gradasi warna jingga dan ungu yang memukau. Di tengah keramaian kota, seorang pemuda bernama Rian tengah berjalan dengan langkah terburu-buru. Wajahnya tampak cemas, matanya terus melirik ke arah jam tangan.
Rian teringat janjinya dengan Ustadz Hamid, seorang guru ngaji di pesantren yang ia tempati, untuk mengantarkan sumbangan kepada keluarga miskin di daerah pesisir. Hari sudah mulai sore, dan ia khawatir terlambat.
Rian tiba di sebuah rumah kecil di tepi pantai. Pintu rumah terbuka lebar, memperlihatkan seorang wanita tua yang duduk termenung di atas tikar. Di sebelahnya, seorang anak kecil terbaring lemah di atas kasur lusuh.
"Assalamualaikum," Rian menyapa dengan suara lembut.
Wanita tua itu menoleh, matanya berkaca-kaca. "Waalaikumsalam," jawabnya pelan.
Rian menjelaskan tujuan kedatangannya dan menyerahkan paket sumbangan yang berisi makanan, pakaian, dan obat-obatan. Wanita tua itu menerima dengan rasa haru dan mengucapkan terima kasih berkali-kali.
"Nak, terima kasih banyak atas bantuannya," kata wanita tua itu. "Semoga Allah membalas kebaikanmu dengan berlipat ganda."
Rian tersenyum dan berkata, "Sama-sama, Bu. Ini hanya sedikit yang bisa saya bantu. Semoga bermanfaat."
Rian melihat anak kecil yang terbaring lemah di atas kasur. "Bagaimana kondisi anaknya, Bu?" tanyanya dengan rasa prihatin.
Wanita tua itu menghela napas panjang. "Anak saya sakit keras, Nak. Sudah lama dia tidak bisa sekolah. Saya hanya bisa mengobati seadanya."