C. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire
Gaya ini akan mendorong anggota untuk bertindak secara proaktif. Pemimpin memiliki keterlibatan yang terbatas dan tingkat kontrol yang lebih rendah, sehingga gaya ini hanya berhasil jika anggota memiliki tingkat kompetensi dan kepercayaan diri yang tinggi dalam mencapai tujuan dan sasaran. Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin jarang menggunakan kekuasaan atau memberikan kebebasan penuh kepada bawahan untuk bertindak sesuai keinginan mereka.
D. Gaya Kepemimpinan Birokratis
Gaya kepemimpinan birokrasi ini dapat digambarkan sebagai "kepemimpinan berbasis aturan." Perilaku kepemimpinan ditandai dengan penegakan prosedur yang ketat yang berlaku baik bagi pemimpin maupun pengikutnya. Pemimpin birokrasi pada umumnya mengambil segala keputusan sesuai aturan yang ada dan tidak lagi mempunyai fleksibilitas. Semua aktivitas harus difokuskan pada pemimpin, sementara kebebasan untuk berkreasi dan bertindak bagi orang lain sangat terbatas, dan bahkan jika ada, harus sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan.
Adolf Hilter merupakan salah satu tokoh yang paling kontroversial dalam sejarah umat manusia, dikenal karena kepemimpinannya yang kuat dan kebijakan-kebijakan yang menghancurkan. Sebagai pemimpin partai Nazi, dia naik ke kekuasaan di Jerman pada tahun 1933 dan memegang kendali total atas negara itu sampai kekalahan Jerman dalam Perang Dunia II pada tahun 1945.
Salah satu sosok pemimpin dunia yang berasal dari negara Jerman yang terkenal akan gaya kepemimpinannya yang sangat otoriter yaitu Aldoft Hitler, Kepemimpinan Hitler adalah contoh yang sangat ekstrem dari bagaimana seorang individu yang karismatik dan otoriter dapat memanipulasi dan mengendalikan negara dengan cara yang merugikan dan merusak. Legasi kekejaman dan kehancuran yang ditinggalkannya adalah pengingat yang mengerikan tentang bahaya dari kekuasaan absolut dan intoleransi ekstrem.
Hitler memiliki semangat otoriter, karena perumusan strategi perang dan waktu penyerangan semuanya berada di bawah kendali Hitler. Hitler bersifat diktator. Hitler memegang kekuasaan secara tunggal dan otoriter, dia mengabaikan nasihat para pembantunya dan mengambil keputusan besar tanpa berkonsultasi dengannya dan tidak ada yang berani membantah perintahnya.
Di samping itu, dalam masa krisis ekonomi yang memengaruhi Jerman pada saat itu, selain itu ia memiliki retorika yang sangat baik dalam pidato-pidatonya, Hitler memiliki keahlian luar biasa dalam berpidato dan memanipulasi emosi massa. Dengan kharisma dan retorika yang kuat, dia mampu mempengaruhi jutaan orang Jerman untuk mengikuti visinya.
Kepemimpinan Hitler dicirikan oleh ambisinya untuk memperluas kekuasaan Jerman melalui agresi militer, penaklukan Austria, Czechoslovakia, dan invasi ke Polandia adalah bagian dari agenda ekspansionisnya yang berujung pada pecahnya Perang Dunia II. Meskipun awalnya meraih kesuksesan militer yang signifikan, kepemimpinan Hitler akhirnya mengakibatkan kehancuran Jerman. Perang Dunia II berakhir dengan kekalahan Jerman dan kehancuran total atas rezim Nazi.
 Penulis : Aneke Kervina Rosya & M. Arwin Luhur
Daftar pustaka :