Pemimpin adalah individu yang memiliki keahlian dalam memimpin orang-orang, menginspirasi, dan memotivasi individu lain menuju tujuan bersama. Mereka tidak hanya memiliki keahlian dalam mengambil keputusan dan membuat strategi, tetapi juga memiliki keterampilan interpersonal yang kuat untuk mempengaruhi orang lain secara positif.
Menurut para ahli  Moejiono (2002), kepemimpinan sebenarnya adalah hasil dari pengaruh yang berlangsung dalam satu arah. Ini disebabkan oleh kemungkinan pemimpin memiliki kualitas tertentu yang membedakannya dari para pengikutnya. Teori sukarela atau compliance induction theorist meyakini bahwa kepemimpinan sering kali dianggap sebagai bentuk pemaksaan. Selanjutnya, mereka memandang bahwa kepemimpinan adalah penerapan pengaruh secara tidak langsung yang bertujuan membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin.Â
Sedangkan menurut Sondang P. Siagian, kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang saat menduduki posisi sebagai pemimpin dalam suatu organisasi. Kemampuan tersebut terutama berkaitan dengan pengaruh yang dapat dia berikan kepada orang lain, terutama bawahannya atau anggota organisasi, sehingga mereka dapat bertindak dan berpikir sesuai dengan arahan tertentu, sehingga tujuan organisasi dapat dicapai dengan lebih efektif.
Seorang pemimpin bukan hanya sekadar sosok yang memerintah, tetapi juga menjadi contoh yang baik bagi yang lain. Mereka perlu memperlihatkan serta memiliki integritas, kejujuran, dan komitmen yang tinggi terhadap tugas serta tanggung jawab mereka. Kemampuan untuk mendengarkan dan memahami berbagai sudut pandang menjadi sesuatu yang amat penting bagi seorang pemimpin, karena memperkuat kemampuan mereka dalam membuat keputusan yang terinformasi dan membangun hubungan yang solid dengan tim, seseorang pemimpin juga harus memiliki keterampilan untuk mengatasi tantangan dan menangani situasi yang kompleks dengan tenang. Mereka harus menjadi sumber inspirasi bagi tim mereka, mendorong inovasi, kreativitas, dan pertumbuhan pribadi.
Namun, yang paling penting, seorang pemimpin harus memiliki visi yang jelas tentang arah yang ingin mereka bawa, serta kemampuan untuk mengkomunikasikan visi tersebut dengan jelas kepada orang lain. Dengan memimpin dengan teladan dan memperjuangkan kepentingan bersama, seorang pemimpin mampu membawa perubahan positif dalam organisasi atau komunitas mereka.
Setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang unik untuk memberikan ciri khas satu sama lain, namun dapat disesuaikan dengan kondisi tertentu saat menentukan gaya kepemimpinan manakah yang cocok untuk digunakan dalam suatu kondisi yang diperlukan, atau kita bisa dapat menilai pemimpin manakah yang memiliki gaya kepemimpinan yang cocok di terapkan dalam suatu keadaan tertentu.
Pakar Rivai (2014;42) menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan mengacu pada serangkaian karakteristik yang ditunjukkan oleh seorang pemimpin untuk memengaruhi bawahannya dengan tujuan mencapai tujuan organisasi. Karakteristik-karakteristik ini terhubung dengan berbagai perilaku yang digunakan untuk meyakinkan atau memengaruhi individu lain, seperti bawahan atau anggota organisasi yang berada di bawah kepemimpinannya. Sebaliknya, menurut Purwanto (2020;24), gaya kepemimpinan pada dasarnya adalah metode di mana seorang pemimpin mempengaruhi, mengarahkan, memotivasi, dan mengendalikan bawahannya secara spesifik, sehingga mereka dapat menyelesaikan tugas-tugas dengan efektif dan efisien. Dan di bawah ini merupakan tipe gaya kepemimpinan yang ada :
A. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis melibatkan kemampuan untuk mengajak orang lain bekerja bersama dalam mencapai tujuan atau kegiatan. Pendekatan ini ditetapkan bersama oleh pengikut dan pemimpin, dan sering disebut sebagai kepemimpinan yang mengutamakan pengikut, kepemimpinan egaliter, kepemimpinan partisipatif, atau kepemimpinan konsultatif. Dalam gaya ini, seorang pemimpin melakukan konsultasi dengan anggota timnya untuk mencapai keputusan bersama.
B. Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian
Gaya kepemimpinan yang menyerap semua keputusan dan kebijakan sepenuhnya pada dirinya sendiri. Semua penugasan dan tanggung jawab diatur dengan cara otoriter oleh pemimpin, sementara bawahan hanya bertugas untuk melaksanakan perintah yang diberikan. Kepemimpinan otoriter lebih berfokus pada penyelesaian tugas. Ini berarti bahwa ketika suatu instansi atau organisasi diberi tugas, kebijakan organisasi tersebut harus tercermin dalam cara mengatur bawahannya, sehingga tugas tersebut dapat dilaksanakan secara efektif. Dalam konteks ini, bawahan dianggap sebagai alat yang hanya digerakkan sesuai keinginan pemimpin, dan inisiatif dari bawahan diabaikan sepenuhnya.