"Pengen nikah saja rasanya"
Terkadang, penulis maupun pembaca sering sekali mendengar kalimat tersebut diucapkan baik oleh teman ataupun saudara yang masih muda. Menikah. Satu kata yang membawa perubahan besar ketika telah dilakukan dimana akan terbentuk sebuah keluarga.Â
Namun, sebelum menuju perubahan tersebut, seseorang yang akan menikah harus memiliki persiapan matang. Setidaknya prinsip 'harus matang' masih dipegang sebelum adanya tren 'nikah muda'. Prinsip 'harus matang' seakan terkikis karena mulai banyaknya anak muda yang memilih menikah terlebih dahulu ketimbang meniti karir.Â
Sebagian besar, anak muda sudah memilih menikah di rentang usia 17-25 tahun. Lewat dari usia tersebut, dikatakan sudah tua. Bahkan adapula yang menjadikan menikah muda sebagai pencapaian besar. Lalu sebenarnya apa yang menjadi pertimbangan anak muda memilih menikah di rentang usia 17-25 tahun?Â
1. Capek/Lelah
Beberapa anak muda mengatakan dirinya sudah capek menjalani kehidupan apalagi ketika kuliah dan harus menyusun skripsi. Menurutnya, menikah lebih baik ketimbang mengerjakan skripsi yang dapat membuat rambut rontok. Lalu juga, anak muda merasa ribet harus mencari kerja. Lebih mudah mengurus anak saja. Katanya begitu.
2. Tidak mau pacaran lama
Menurut anak muda, kalau sudah pacaran tidak perlu lama-lama. Anak muda mengatakan kalau telah memiliki pasangan, usahakan langsung menikah saja karena percuma pacaran hingga berpuluh tahun tapi akhirnya putus. Sama saja seperti menjaga jodoh orang lain.Â
Lalu juga, menurut sebagian anak muda, menikah itu menghindari zinah. Kalau sudah nikah, sudah halal mau melakukan apa saja. Intinya, ketika ada yang lamar, langsung iyain saja biar cepat menikah, tak perlu pikir lagi.Â
3. Menganggap dirinya mapan
Kalau yang ini, biasanya diungkapkan oleh kaum adam. Mereka menganggap kalau sudah memiliki pekerjaan tetap berarti dirinya sudah matang. Para lelaki menganggap dirinya yakin menghidupi pasangan kalau sudah menikah. Tapi, pengertian mapan atau matang, bukan soal pekerjaan tetap saja, bukan?
4. Seru
Ini yang paling unik. Sebagian anak muda menganggap menikah di usia belia itu seru dan menyenangkan. Alasannya karena akan lebih banyak melakukan hal menyenangkan bersama pasangan. Entah mengapa kata 'seru' bisa dijadikan alasan untuk menikah muda. Menikah bukan taman hiburan.
5. Biar umurnya tak jauh sama anak
Kalau ini, biasanya jadi alasan para kaum hawa. Kaum hawa senang ketika dipuji atau dipanggil 'mamah muda/mamud'. Katanya lebih keren dibanding panggilan 'ibu-ibu'.Â
Lalu juga, menurut kaum hawa kalau usianya tidak terlalu jauh sama anak akan banyak hal yang bisa dilakukan bersama. Kaum hawa juga memimpikan akan dipuji 'ih tidak terlihat kalau sudah punya anak' atau 'ya ampun, ini anaknya? Kirain adiknya, soalnya gak keliatan ibu sudah menikah' saat jalan dengan anaknya kalau menikah di usia muda.
Lalu, apa saja yang harus dipersiapkan saat akan menikah?
1. Mapan
Pemahaman kata 'mapan' bukan sekedar memiliki pekerjaan tetap saja. Mapan artinya seseorang sudah siap baik fisik dan psikis. Memiliki pekerjaan tetap memang sudah dapat dikategorikan mapan karena diyakini dapat menghidupi pasangan secara materiil.Â
Namun, menikah bukan soal materiil saja, tetapi juga ketenangan batin. Bila akan menikah, seseorang sudah harus mampu dulu menguasai emosinya. Pernikahan dapat bertahan apabila pasangan dapat mengendalikan egonya masing-masing serta menjalin komunikasi yang baik.Â
Percuma saja menikah dan dilimpahi harta, tapi batinnya tersiksa hanya karena tak bisa menguasai egonya masing-masing. Ujungnya malah terjadi KDRT hingga memutuskan untuk bercerai.Â
2. Kesiapan sistem reproduksi
Menurut BKKBN, menikah mudah dapat meningkatkan risiko kanker serviks. Alasannya karena reproduksi wanita belum berkembang dan matang sehingga sel rahim dalam kondisi aktif. Bila sudah begitu, bagaimana mau dibilang mamah muda? Bagi perempuan, kesehatan sistem reproduksi sangat penting untuk dijaga. Oleh karenanya, sebelum menikah pikirkanlah kesehatan dibanding pujian 'mamah muda'
3. Kedewasaan
Hal ini penting untuk dimiliki kedua pasangan yang nantinya akan dikaruniai anak. Pola tingkah laku anak sangat dipengaruhi oleh kedewasaan orang tua merawatnya. Orang tua harus dewasa baik dari pikiran maupun tingkah laku agar hal yang diajarkan pada anak tidak salah dan menyimpang.Â
4. Beri pengertian pada orang tua
Salah satu alasan anak muda menikah muda adalah keinginan orang tua memiliki cucu. Keinginan dan harapan orang tua wajib hukumnya untuk diwujudkan oleh seorang anak, namun untuk yang satu ini, harus ada pengertian yang diberikan.Â
Sang anak wajib melakukan pembicaraan pada orang tua mereka soal kesiapannya membina rumah tangga. Apabila pembaca belum merasa siap untuk menikah dan memberikan cucu pada orang tua, katakanlah hal tersebut. Jangan menikah atas dasar faktor desakan sebab yang menjalani adalah diri sendiri beserta pasangan.
Sebenarnya, tidak ada yang salah ketika anak muda memilih menikah di rentang usia 17-25 tahun. Namun, alangkah baiknya pikirkanlah dengan matang hal yang menjadi alasan kuat untuk menikah.Â
Menikah bukan untuk 1-10 tahun mendatang. Tak apa menikah melewati usia 25 tahun. Menikahlah dengan pasangan karena yakin bahwa dia yang terbaik dan dapat menemani suka maupun duka hingga seumur hidup.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H