Mohon tunggu...
Andi Udique
Andi Udique Mohon Tunggu... Perawat - Rakyat Biasa

Saya hanya ingin menjadi warga negara yang baik dan benar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Dua Gelas Kopi dan Konspirasi Yahudi

19 Juni 2020   23:34 Diperbarui: 20 Juni 2020   01:01 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Gelombang elektromagnetik, gelombang suara... setahuku cuma ada gelombang air, bang," gumam Baidi sambil berfikir. Ia kembali menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Ia yang hanya tamatan SD memang kurang akrab dengan istilah itu.

"Waktu kecil kamu pernah bermain telpon-telponan menggunakan dua buah kaleng yang diberi benang?" tanya Parno.

Baidi mencoba mengingat masa kecilnya. Ia memang pernah pernah bermain telpon-telponan itu bersama kakaknya. Entah darimana kakaknya mendapat mainan itu, dua buah kaleng yang diberi lobang kecil ditengahnya, lalu dipasangi benang yang menyambungkan kedua kaleng itu. Ia ingat mereka saling menjauh meregangkan benang  diantara kaleng itu. Lalu kakaknya berbisik di dalam kaleng yang dipegangnya, sementara ia menempelkan kaleng satunya ditelinganya. Aneh, suara kakaknya yang hanya berbisik dari jauh bisa didengarnya melalui kaleng itu.

"Pernah, bang. Aku pernah bermain telpon-telponan itu bersama kakakku" kata Baidi sambil tersenyum mengingat permainan itu.

"Kamu bisa mendengar suara  kakakmu walau hanya berbisik, kan?

"Iya."

"Nah, suara bisikan kakakmu itu diperkuat oleh kaleng yang dipegang kakakmu, lalu gelombang suaranya mengalir melalui benang, sampai ketelingamu karena diperkuat lagi oleh getaran kaleng dan udara di dalamnya."

Baidi mengangguk-ngangguk. Ia baru tahu mengapa ia bisa mendengar suara berbisik dari kakaknya. Ia lalu melihat HPnya. Terlihat olehnya bahwa HP itu tidak punya benang atau kabel, tapi ia bisa mendengar suara tunangannya yang jauh di Jakarta.

"Tapi HP kan tidak punya kabel, bang.  Mengapa saya bisa mendengar suara tunangan saya?" Baidi bertanya heran. Ia mengambil bungkusan rokok dari sakunya, mengeluarkan sebatang dan menyulutnya. Ia menghisap rokok itu dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan.

"Nah, itulah kekuatan gelombang elektromagnetik yang saya sebutkan tadi. Ketika tunanganmu berbicara di dekat HP, getaran suaranya ditangkap oleh mikrofon HP. Lalu mikrofon HP mengubah getaran suaranya menjadi gelombang elektromagnetik. Gelombang itu dikirimkan oleh HP tunanganmu ke HPmu. Lalu oleh HPmu gelombang elektromagnetik yang diterima itu diubah menjadi getaran oleh mikrofon HPmu. Itulah suara tunanganmu yang kamu dengar melalui HPmu." Parno menjelaskan panjang lebar. Ia sampai harus menarik nafas dalam.

Sementara Baidi mengangguk-ngangguk meskipun belum terlalu faham.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun