Mohon tunggu...
Bang Asa
Bang Asa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer Terpopuler 2010

Tunggu beta bale, sodara!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mantera Pemikat Wanita Orang Bugis

20 Juni 2010   00:13 Diperbarui: 4 April 2017   17:29 76425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="alignleft" width="362" caption="Ilustrasi: indonesiaberprestasi.web.id"][/caption]

WAKTU remaja, saya punya sejumlah pacar. Antara satu dengan yang lainnya saling tahu, tapi tak pernah bertengkar. Saya juga heran kok bisa gitu. Jika bertemu, mereka akur-akur.  Lantaran inilah teman-teman saya kadang suka bingung melihatnya. Di antara teman saya ketika itu, semalam ngobrol dengan saya melalui chatting di Facebook. "Abang masih ingat gak dulu..." "Apaan tuh???" "Ah, itu ituhh.. Abang kan dikenal sebagai kolektor cewek-cewek saat SMA." "Ha ha haaa.... Kok itu yang dibicarakan, sehh??" "Terus terang, kami kadang suka cemburu, selain heran tentunya,  kok bisa-bisanya sejumlah cewek tunduk ke Abang  dalam waktu yang bersamaan. Bahkan Syatir dan Nanna kan  sama-sama satu kelas di SMA 2, bukan?" "Ha ha haaa...  Kamu ini sepertinya mengajak saya untuk  bernostalgia." "Sesekali kan gakpapa, Bang... Tapi benarkah bahwa abang dulu punya baca-baca pemikat wanita?" Pertanyaan terakhir ini seolah melemparkan saya ke masa lampau. Kejadiannya sudah berlangsung lebih dari 20 tahun, masa ketika saya masih duduk di bangku SMA. Suatu ketika, ada seorang paman saya pulang dari merantau. Si Paman ini sudah melanglang buana ke mana-mana, Jawa, Sumatera, Kalimantan, Singapura, dan Malaysia. Ia mempunyai banyak istri. Pernah dia pulang membawa tiga istrinya sekaligus. Semuanya akur. Tak ada gontok-gontokan, apalagi jambak-jambakan. "Om ini hebat, ya. Punya istri banyak. Gimana sih caranya bisa memikat wanita, Om?" "Ha ha haaa... Ndy, jadi laki-laki Bugis itu gak boleh kosong. Apalagi dalam soal wanita. Kita harus berisi.  Untuk memikat wanita itu juga ada manteranya." "Ah, mana ada sih mantera yang manjur sekarang, Om." "Sudahlah, kalau percaya, saya kasih, kalo enggak ya sudah. Gak ada artinya." Saya penasaran mendengar si Paman. Dan suatu ketika, kalo gak salah malam Jum'at. Saya diminta berwudhu dan mengambil kertas. Dan kemudian saya disuruh menyalin sejumlah mantera, termasuk baca-baca pemikat wanita. Konon ini adalah baca-baca (mantera) orang Bugis sejak dulu. [caption id="" align="alignright" width="265" caption="ilustrasi: aksara Bugis"]

kjbbnmnb
kjbbnmnb
[/caption] Saya akan membagikan salah satu dari mantera tersebut: oooo anging, laoko muollirengnga i.... (menyebut nama wanita yang diinginkan) narekko mupolei matinro paotorengngga' narekko moto'ni patudangekka' narekko tudanni patettongekka' narekko tettonni pajokkangekka lao mai iyapa namanyameng nyawana nerekko iya naita kunfayakun  barakka'  Lailaha Illalah Artinya kira-kira begini: [caption id="" align="alignright" width="304" caption="ilustrasi: naskah ilagaligo"]
knmkm
knmkm
[/caption] oh angin, pergilah engkau memanggilkan si ....(menyebut nama wanita yang diinginkan) jika engkau temui dia sedang tertidur, bangunkanlah jika telah bangun, dudukkanlah jika telah duduk, berdirikanlah jika telah berdiri, jalankanlah ia kemari barulah perasaannya akan nyaman jika dia melihatku kunfayakun , semua ini berkat Lailaha Illalah Menurut si Paman, mantera ini dibaca di muka pintu pada saat matahari telah tenggelam. Saat membaca, harus mengacungkan pisau ke udara. Saya tidak tahu, apakah karena mantera itu dulu setiap cewe yang saya inginkan terpikat dan tunduk kepada saya atau karena faktor lain. Yang jelas, jujur saja saya sudah pernah mencobanya.  Dan karena itulah saya suka tertawa sendiri mengenang masa itu, termasuk saat chatting dengan salah seorang teman semasa remaja, semalam. Salam baca-baca, ANDY SYOEKRY AMAL (klikk di SINI) Jangan Lewatkan artikel-artikel menarik Mariska Lubis di SINI Baca juga 10 Tulisan Sebelumnya:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun