Mohon tunggu...
andy rusdiyanto
andy rusdiyanto Mohon Tunggu... Guru - Penikmat seni

Seseorang yang belajar untuk berIMAJINASI

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Serpihan Cinta yang Retak

31 Mei 2024   22:25 Diperbarui: 31 Mei 2024   23:16 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Serpihan Cinta yang Retak

 

Kala, seperti pagi yang tenang,  

Lelaki dan perempuan saling memandang,  

Cinta bersemi, janji terucap dalam diam,  

Hati terikat dalam harmoni yang tak tergoyahkan.

 

Ketika waktu berlalu, bayang mulai menghitam,  

Ragu tumbuh, seperti gulma di taman.  

Bisik-bisik curiga merayap diam-diam,  

Hancurkan fondasi, yang dulu begitu kokoh dan aman.

 

Lelaki merasa tak dihargai lagi,  

Perempuan merasa terabaikan, sunyi tak bersuara.  

Kata-kata tajam seperti duri menyusup hati,  

Hadirkan luka, yang semakin terasa.

 

Malam panjang dengan tatapan kosong,  

Saling membelakangi, seperti bintang dan bulan.  

Tak ada lagi pelukan, hanya dingin yang mengusik,  

Cinta perlahan terkikis, seakan tak ada ruang untuk maaf.

 

Cemburu meraba, seperti api tanpa kendali,  

Setiap langkah diawasi, setiap kata dicurigai.  

Perasaan tak lagi sejalan, pada tapak berbeda,  

Kita terjerembab dalam lingkar tak berujung.

 

Pernahkah kau merasa, cinta ini tak berpijak lagi?  

Saat senyummu tak lagi hangat, hanya getir yang terasa.  

Aku dan kau, kini hanya bayang-bayang asing,  

Terperangkap dalam labirin, mencari jalan tak pasti.

 

Kini, cinta ini bagai kaca retak,  

Setiap pecahan mengingatkan, pada kenangan yang dulu.  

Akankah kita mampu satukan serpihan ini?  

Ataukah kita harus relakan, biarkan cinta ini berlalu?

 

Dalam sunyi, mari kita renung,  

Adakah yang kita cari dalam hati?  

Sebelum kita benar-benar hilang,  

Mari mencoba, meski hanya sekali saja.

 

Di ujung asa, lentera didamba,  

Jikalau mau berjuang, mungkin cinta akan kembali.  

Namun jika tidak, kita lepaskan dengan ikhlas,  

Mengikhlaskan cinta yang pernah indah, meski kini terbelah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun