Mohon tunggu...
andy nuraini
andy nuraini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Bukan siapa - siapa dan nggak ingin terkenal

Suka nulis dan jalan2

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kita Bisa Atasi Banjir, jika Kita Tahu Cara Mengelola Air

4 September 2019   10:20 Diperbarui: 4 September 2019   16:00 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seberapa sering Anda mendengar berita banjir di Jakarta? Seperti yang diketahui, Jakarta identik dengan macet dan banjir. Mungkin kemacetan bisa ditangani dengan berbagai cara, misalnya mengurangi volume kendaraan pribadi. Namun bagaimana dengan permasalahan banjir? Berita banjir di Jakarta selalu menjadi sajian rutin di berbagai televisi saat musim penghujan.

Berita Banjir di Jakarta dari Berbagai Sudut Pandang
Kota Jakarta sudah dari zaman dahulu berada di bawah permukaan laut sekitar 2,5m. Limbah air yang berasal dari Sungai Ciliwung dialihkan via Kali Pakin. Padahal seharusnya dilimpahkan ke Laut Jawa. Hingga akhirnya, limbah air tersebut mengalir ke Danau Pluit menuju Danau Pluit. 

Langkah ini dilatarbelakangi untuk menghindari risiko yang muncul apabila pintu air tersebut dibuka, Pak SBY tidak bisa berkantor. Dengan membuka pintu air tersebut, jalan sekitar Monumen Nasional, Kuningan, Sudirman, dan sekitarnya akan tenggelam.

Bila diperhatikan, memang bencana banjir di Kota Jakarta sulit untuk dicegah. Buktinya saja, sampai saat ini, belum ada orang yang berhasil mengatasi banjir ini. Dengan demikian, bencana banjir yang terjadi di Jakarta harus bisa diatur dengan baik untuk kehidupan penduduk Jakarta sehari-hari.

Sejarah Banjir di Jakarta
Dalam sejarah, pada 1918, Jakarta dilanda banjir yang cukup parah. Bencana banjir saat itu hampir menenggelamkan seluruh wilayah Jakarta. Pada waktu itu, wilayah Jakarta memang masih sempit. Bisa dibilang, kawasan yang mengalami dampak banjir cukup banyak adalah Jakarta Pusat, tepatnya Jalan Sabang.

Bila ditengok dari sejarahnya, tata Kota Jakarta (sebelumnya bernama Batavia) pada 1620 dirancang oleh Simon Stevin. Desain yang dirancang tersebut bisa dibilang replika dari Kota Amsterdam. 

Kanal-kanal sengaja dibuat dengan sungai yang lurus dengan bertujuan supaya banjir bukan mendatangkan bencana, melainkan potensi Jakarta. Tidak heran, jika kala itu Batavia (Jakarta) dikenal dengan sebutan Batavia Queen of The East.

Tidak bisa dipungkiri, desain tata kota yang dibuat Simon Stevin membuat Batavia (Jakarta) terlihat indah. Namun sayangnya, pada 1808-1811, pemerintah Perancis menghancurkan kastil Batavia itu. 

Penghancuran ini dilakukan di Batavia melalui utusan Pemerintah Perancis, yaitu Daendels. Daendels bukan hanya menghancurkan kastil Batavia, melainkan juga membuang sisa-sisa penghancuran dengan menguburkan material tembok hasil penghancuran siguakan untuk menguburkan kanal-kanal yang ada.

Banjir di Jakarta Masa Kini

Kabar terbaru, Jakarta akhir-akhir ini mulai mengalami bencana banjir. Bencana banjir ini terjadi karena Jakarta terus dilanda hujan deras. Kawasan yang paling parah mengalami bencana banjir ini adalah Jalan Palmerah. Ketinggian air banjir di kawasan Palmerah adalah sekitar 30cm. 

Selain kawasan Palmerah, Kemayoran juga tak terhindar dari bencana banjir. Namun bila dibandingkan dengan kawasan Palmerah, Kemayoran tidak terlalu parah.

Ketika penghancuran Batavia, kondisi wilayahnya tengah diserang oleh wabah penyakit kolera. Penyakit kolera tersebut berasal dari nyamuk malaria (mal-area) di lingkungan tersebut. 

Populasi nyamuk malaria di kota tersebut semakin meningkat, karena terjadinya pengendapan pada kanal-kanal yang dangkal. Nyamuk-nyamuk malaria tersebut bersarang di kanal-kanal dangkal yang mengendap.

Bagi Kota Metropolitan, banjir bukanlah hal yang asig lagi. Bisa dikatakan banjir adalah fenomena alam yang akrab dengan Kota Metropolitan tersebut. Meskipun bencana ini selalu muncul, tetapi hingga saat ini belum ada penanganan yang signifikan dalam mengurangi dampak terjadinya banjir. 

Memang pemerintah sudah melakukan berbagai langkah dan upaya mengatasi bencana banjir, namun hasilnya nihil. Hal ini dikarenakan penanganan yang dilajukan tidak pernah konsisten dan komprehensif.

Penyebab Banjir di Jakarta
Berdasarkan pengamatan, banjir di Jakarta disebabkan oleh 3 hal. Adapun penyebab-penyebab banjir di Kota Jakarta adalah sebagai berikut.

Curah Hujan Tinggi
Penyebab pertama adalah di kawasan DKI Jakarta curah hujannya cukup tinggi. Curah hujan yang tinggi tentu membuka peluang besar bencana banjir menghampiri Kota Jakarta. Hal ini diakrenakan, kondisi tanah saat ini semakin rendah. Pembangunan gedung-gedung bertingkat di Jakarta kini tidak lagi menggunakan ketentuan standar.

Bukan hanya karena letaknya yang semakin rendah, tetapi juga berkurangnya lahan hijau menjadi pemicu selanjutnya. Bisa diperkirakan, di Jakarta lahan hijau kini hanya tersisa 8%. Tentu saja, persentase itu cukup buruk bagi kelestarian lingkungan. Ditambah lagi dengan penggunaan air tanah secara berlebihan. Kondisi ini semakin memperburuk permukaan tanah di kawasan Kota Jakarta. Permukaan tanah akan semakin menurun, sehingga air hujan dengan mudah menggenangi Kota Jakarta.

Debit Air
Faktor kedua yang menyebabkan banjir di Kota Jakarta adalah limpasan debit air yang cukup besardari hulu ke hilir. Limpasan debit air tersebut mudah sekali meningkat, dikarenakan di kawasan hulu terjadi konversi lahan secara besar-besaran. 

Dengan demikian, air tidak meresap kembali ke dalam tanah, tetapi akan mengalir pada permukaan tanah. Genangan air tersebut akan terus meningkat bila hujan terjadi secara terus menerus di Jakarta dan menyebabkan bencana banjir akan menghampiri.

Rob Air Laut
Hal yang menyebabkan banjir di Jakarta adalah rob air laut yang mengalir ke darat. Biasanya, kawasan pemukiman dekat pantai yang mengalami banjir rob ini, terutama untuk kawasan Jakarta Pusat dan Jakarta Utara. 

Permukaan tanah kawasan Jakarta bisa dibilang lebih rendah dibandingkan air laut. Hal inilah yang memunginkan bencana banjir datang jika di laut terjadi hujan. Ketika hujan, air laut dengan mudahnya mengalir ke daratan karena terdorong oleh arus. Dorongan tersebut membuat rob air laut menggenangi pemukiman warga.

Penanggulangan Banjir dengan sadar pengelolaan air

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, banjir di Jakarta memerlukan perhatian yang khusus dari pemerintah dan warganya. Dalam hal ini, perhatian yang dimaksud adalah langkah dan upaya. Langkah dan upaya yang sudah dilakukan selama ini kenyataannya sama sekali tidak memberikan hasil (nihil).

Kegagalan dalam mencegah banjir cukup beragam, mulai dari ketidakseriusan pemerintah dalam melakukan pencegahan sampai dengan warga yang buang sampah sembarangan. Membuang sampah sembarangan tentu saja akan menghambat air mengalir, hingga akhirnya terjadi bencana banjir

Menambah Resapan Air
Salah satu cara penanggulangannya adalah menambah resapan air hujan. Penambahan resapan air hujan ini bertujuan agar air bisa meresap kembali ke dalam tanah. Dengan demikian, permukaan tanah tidak akan becek dan terbebas dari genangan air.

Langkah lain yang bisa dilakukan adalah mengendalikan semua bangunan yang berdiri di daerah hulu. Sebaiknya, bangunan dibuat dengan koefisien standar, yaitu sekitar 30 persen. Koefisien standar ini harus selalu diperhatikan dengan baik agar proses meresapnya air ke dalam tanah di daerah hulu bisa berjalan baik.

Di samping memperbaiki proses peresapan di daerah hulu, kawasan Jakarta juga harus diperhatikan. Upaya yang bisa dilakukan adalajh buatlah sumur resapan dalam jumlah banyak. Pembuatan sumur resapan tersebut merupakan salah satu cara untuk meresapkan kembali air ke dalam tanah.

Permasalahan banjir Jakarta tidak hanya disebabkan oleh minimnya resapan air, tetapi juga kondisi sungai yang sudah rusak. Oleh karena itu, sungai harus dinormalisasikan supaya fungsi sungai untuk kelangsungan hidup terasa. Ingat, bukan hanya pemerintah yang bertanggung jawab dengan fenomena banjir, melainkan juga masyarat Jakarta. Untuk itu, sebagai masyarakat yang cinta lingkungan, jaga dan rawat sungai dengan semaksimal mungkin.

Buang Sampah pada Tempatnya
Langkah sederhana dalam merawat lingkungan adalah dengan membuang sampah pada tempatnya. Dengan membuang sampah pada tempatnya, bencana banjir tidak akan datang. Disamping itu, lingkungan juga akan terlihat bersih dan indah.

Jadi, kesimpulannya adalah mungkin banjir di Jakarta tidak bisa dicegah, namun dampaknya bisa diminimalisir. Oleh karena itu, lakukanlah penanganan yang tepat dan cepat agar dampak dari bencana ini semakin berkurang. Seperti yang diketahui, banjir bukan hanya merusak lingkungan, melainkan juga mendatangkan berbagai wabah penyakit. Untuk itu, sebagai masyarakat sayangi lingkungan dengan baik agar bencana banjir tidak menghampiri.

Nah, demikianlah artikel seputar berita banjir di Jakarta, mulai dari sejarah banjir, penyebab banjir, sampai dengan cara penanggulangan banjir. Semoga informasi yang disajikan bermanfaat bagi para pembaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun