Mohon tunggu...
Andyna Sary
Andyna Sary Mohon Tunggu... -

Pesolek aksara. Pencumbu segara.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Klayar: Kolaborasi Karst dan Pesisir Pacitan

15 November 2011   06:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:39 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Kini giliran sayap lain yang kami singgahi. Matahari mulai naik perlahan dengan sinar hangat yang menyenangkan pagi itu. Penelusuran pantai dilakukan dengan berjalan di atas karang-karang hitam hingga ujung timur. Warga sekitar rupanya sudah memulai aktivitasnya yaitu panen rumput laut. Biota merah maroon yang satu ini ternyata menjadi salah satu sumber perekonomian penduduk lokal. Saya bertemu banyak siput dan bulu babi mungil pula di celah-celah karang. Bahkan di beberapa bagian terdapat rangkaian soft coral. Strukturnya kenyal berwarna terang kecokelatan. Serasa menginjak semangkuk jelly dingin.

Hollow Rocks Againts Flute Sea….

Tak terasa, tibalah kami di lokasi yang menjadi ikon fenomenal Klayar. Gugusan endapan batu gisik (beach rocks) berdiri gagah sekali. Terbentang membaur dengan ombak yang menggulung tebal paralel. Arus laut terlihat kuat menyisakan buih yang mencumbu bibir pantai. Atraksi ini semakin sempurna dengan sensasi ”Karang Suling” (blow pipe) yang bersembunyi di balik cekungan-cekungan tebing. Mau tahu pola permainannya? Ketika ombak kencang datang, cekungan ini memancarkan air setinggi lebih dari 5 meter. Jika angin bersahabat, ia pun akan mengeluarkan tiupan serupa bunyi suling bambu. Berdirilah di atas cekungan tadi, maka tubuh akan bergetar tersiram semburan air laut dalam interval 5-10 detik. Such a playful pure shores!



Bagi penggila fotografi, menurut saya lokasi puncak bukit bagian timur adalah titik terbaik untuk mengabadikan Klayar. Perlu sedikit memanjat memang. Namun segera terbayar seketika melemparkan pandangan dengan gradasi laut hijau toska, berkolaborasi harmonis dengan topografi karst. Klayar merupakan maha karya wisata bahari yang terisolasi. Tipikal laut yang telak membuat saya jatuh cinta. Dan oh ya… pada pandangan pertama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun