Mohon tunggu...
Andy Fitrianto
Andy Fitrianto Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang waktu kecil pengen jadi baja hitam robo

a father, a teacher, a runner

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Take it or Leave it: Renungan untuk Guru PNS

9 Januari 2024   15:02 Diperbarui: 9 Januari 2024   18:00 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

TAKE IT OR LEAVE IT

Hidup kadang tak semudah omongan motivator, pun tidak seindah film romantis. Banyak hal ideal yang kita inginkan ternyata tak berjalan sesuai harapan. Cinta yang indah tak mudah digapai, perekonomian tak berkembang dan pekerjaan yang tak sesuai keinginan. 

Ketika terjadi kesenjangan antara harapan dan kenyataan, maka mulailah kita risau akan kehidupan. Sekali dua kali mungkin kita masih toleransi, tapi jika setiap hari terjadi mungkin kemampuan kita bertahan mulai dipertanyakan, terutama perihal terakhir yang disebutkan. PEKERJAAN.

Bekerja adalah sebuah keniscayaan bagi setiap orang, terutama bagi laki-laki. Bekerja adalah cara kita untuk bertahan hidup sekaligus untuk menngkatkan derajat keluarga. Bekerja berlaku selayaknya kedua kaki yang mengayuh sepeda. Ia harus terus bergerak dan berputar agar sepeda kehidupan kita terus melaju dan setiap dari kita dapat mencapai tujuan. Namun demikian, tidak semua orang memiliki daya laju sepeda yang sama, tidak semua dari kita memiliki lintasan sepeda yang serupa. 

Ada yang sepedanya berat dan keropos, namun ada pula yang sepedanya ringan, mulus dan kencang. Perihal lintasann, ada yang melaju di jalan raya nan mulus, ada pula yang melewati jalanan terjal. Begitupun pekerjaan. Ada yang harus bekerja dengan kegiatan fisik nan berat, namun ada pula yang bekerja dengan beban pikiran yang kuat mengikat. Ada yang bekerja dengan pendapatan kecil tapi tanpa resiko. Ada pula yang bekerja dengan pendapatan besar tapi dengan taruhan seluruh hidup mereka. 

Setiap pekerjaan ada kelebihan dan ada kekurangannya dan setiap pekerjaan juga memiliki syarat-syaratnya. Ketika kita memutuskan untuk memilih suatu pekerjaan, seharusnya kita sudah sadar sedari awal tentang positif dan negatif dari pekerjaan tersebut, resiko dan peluangnya serta hal-hal yang harus dipenuhi untuk menjalankannya. saat sudah mengetahui semua hal tentang pekerjaan tersebut dan memutuskan untuk menerimanya, maka sudah suatu kewajiban bagi kita untuk menjalankan setiap detail tugas yang mengiringinya.

Tugas sebagai guru misalnya. sedari awal sebelum memutuskan menjadi guru, seharusnya setiap orang harus faham bahwa tuntutan kerja sebagai guru adalah untuk membangun manusia. Pekerjaan membangun manusia selalu dinamis dan tidak kaku sehingga setiap terjadi perubahan maka setiap orang yang menjadi guru harus adaptif. Adaptif terhadap perubahan kurikulum misalnya.

Atau di sisi lain, sebelum menjadi guru, seseorang juga harusnya paham tentang nominal gaji yang mungkin akan diterima. ketika sudah memutuskan memasukkan berkas dan mengikuti tes CPNS maka konsekuensi tentang uang bulanan yang segitu-gitu saja harusnya bukan jadi alasan untuk menurunkan standar dan motivasi kinerja. masalah gaji dan tunjangan inilah yang acapkali kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. 

Jamak ditemukan dalam berbagai kesempatan, perihal keuangan menjadi faktor yang membuat kinerja seseorang tidaklah maksimal. Untungnya, bagi guru yang berstatus PNS kinerja tak mempengaruhi gaji. Mau se malas apapun seorang guru PNS, ia akan tetap mendapat gaji. Mau se buruk apapun kinerja seorang guru PNS,ia tidak akan dipecat dari pekerjaanya.

Hal yang sama tak akan terjadi jika kemalasan dan kinerja yang buruk terjadi di perusahaan swasta. Ada standard-standard tertentu yang harus dipenuhi dan ada penilaian-penilaian yang harus dilalui agar seseorang dapat bertahan di dalam sebuah perusahaan. 

Bahkan, sering kali ditemukan se rajin apapun kinerja seseorang, ia tetap tidak akan di perpanjang kontraknya dengan alasan efisiensi keuangan perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan tidak perlu menanggung berbagai tanggungjawab kepada pegawai tetap sehingga lebih memilih untuk memperkerjakan karyawan kontrak.

Berangkat dari hal ini, sudah sepatutnya para guru, utamanya guru PNS, memandang status mereka sebagai sebuah anugerah yang harus disyukuri. Seberat apapun masalah perekonomian yang dihadapi, mereka tidak akan pernah didepak dari posisi mereka saat ini. Sekecil apapun gaji yang didapatkan, ada ribuan orang diluar sana yang justru memimpikan (walaupun sebenarnya tidaklah kecil-kecil amat). Jadi, ketimbang melakukan protes dengan malas bekerja, akan lebih baik jika setiap hal yang didapatkan disyukuri sepenuh hati.Selain karena tak ada gunanya melakukan hal tersebut, dengan mensyukuri dan menikmati setiap rezeki yang diperoleh justru akan memunculkan rasa penerimaan dan rasa berkecukupan. 

Karena, ada hal-hal di dunia ini yang bergerak diluar kuasa kita seperti kenaikan gaji yang tak akan bisa diubah apalagi hanya dengan menurunkan kinerja diri. Berbicara tentang penerimaan dan rasa syukur, ada sebuah akun instagram populer yang rutin menyampaikan satir tentang beratnya beban hidup dalam pekerjaan. 

Dalam setiap kontennya, akun tersebut selalu menertawakan perihal beban kerja berlebih, gaji yang sedikit dan kesulitan dalam mengembangkan karir. Walau sejatinya dalam kehidupan sehari-hari masalah-masalah tersebut adalah hal yang menyebalkan dan menyakitkan, tapi melalui akun tersebut kita dipaksa untuk menertawakan kesengsaraan kita. Bahkan secara khusus akun tersebut memang mendedikasikan diri untuk menjadi demotivator. 

Kebalikan dari motivator yang berusaha memotivasi orang lain agar bersemangat dan tak mudah menyerah, demotivator justru bersikap sebaliknya. "buat apa semangat?", "sudah lah menyerah saja.." atau "kalau orang lain bisa kenapa harus saya?" begitulah kira-kira tujuan dari seorang demotivator. (tentu saja itu hanya guyonan semata). Akun IG tersebut tidak serta merta serius menjatuhkan semangat seseorang. Ia hanya mengajak orang-orang untuk merubah kesengsaraan sebagai guyonan semata. Mengajak setiap orang untuk menertawakan nasib bukannya menyerah pada nasib.

Nasib kita memang Tuhan yang menentukan, tapi keputusan untuk memasuki putaran nasib tertentu justru kita lah yang memutuskan. Apabila kita merasa bahwa pekerjaan ini masih memberi kebaikan bagi kita maka kita pun harus memberi kebaikan bagi pekerjaan ini. Kita harus menghibahkan hidup kita untuk pekerjaan ini. Namun jika pekerjaan ini dirasa tak memberi timbal balik yang setimpal, sedangkan kita merasa bahwa di luar sana ada peluang-peluang lain yang lebih baik, maka tinggalkanlah.

Take it or Leave it, terima, atau tinggalkan, sesederhana itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun