Mohon tunggu...
Andy Fitrianto
Andy Fitrianto Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang waktu kecil pengen jadi baja hitam robo

a father, a teacher, a runner

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Take it or Leave it: Renungan untuk Guru PNS

9 Januari 2024   15:02 Diperbarui: 9 Januari 2024   18:00 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Berangkat dari hal ini, sudah sepatutnya para guru, utamanya guru PNS, memandang status mereka sebagai sebuah anugerah yang harus disyukuri. Seberat apapun masalah perekonomian yang dihadapi, mereka tidak akan pernah didepak dari posisi mereka saat ini. Sekecil apapun gaji yang didapatkan, ada ribuan orang diluar sana yang justru memimpikan (walaupun sebenarnya tidaklah kecil-kecil amat). Jadi, ketimbang melakukan protes dengan malas bekerja, akan lebih baik jika setiap hal yang didapatkan disyukuri sepenuh hati.Selain karena tak ada gunanya melakukan hal tersebut, dengan mensyukuri dan menikmati setiap rezeki yang diperoleh justru akan memunculkan rasa penerimaan dan rasa berkecukupan. 

Karena, ada hal-hal di dunia ini yang bergerak diluar kuasa kita seperti kenaikan gaji yang tak akan bisa diubah apalagi hanya dengan menurunkan kinerja diri. Berbicara tentang penerimaan dan rasa syukur, ada sebuah akun instagram populer yang rutin menyampaikan satir tentang beratnya beban hidup dalam pekerjaan. 

Dalam setiap kontennya, akun tersebut selalu menertawakan perihal beban kerja berlebih, gaji yang sedikit dan kesulitan dalam mengembangkan karir. Walau sejatinya dalam kehidupan sehari-hari masalah-masalah tersebut adalah hal yang menyebalkan dan menyakitkan, tapi melalui akun tersebut kita dipaksa untuk menertawakan kesengsaraan kita. Bahkan secara khusus akun tersebut memang mendedikasikan diri untuk menjadi demotivator. 

Kebalikan dari motivator yang berusaha memotivasi orang lain agar bersemangat dan tak mudah menyerah, demotivator justru bersikap sebaliknya. "buat apa semangat?", "sudah lah menyerah saja.." atau "kalau orang lain bisa kenapa harus saya?" begitulah kira-kira tujuan dari seorang demotivator. (tentu saja itu hanya guyonan semata). Akun IG tersebut tidak serta merta serius menjatuhkan semangat seseorang. Ia hanya mengajak orang-orang untuk merubah kesengsaraan sebagai guyonan semata. Mengajak setiap orang untuk menertawakan nasib bukannya menyerah pada nasib.

Nasib kita memang Tuhan yang menentukan, tapi keputusan untuk memasuki putaran nasib tertentu justru kita lah yang memutuskan. Apabila kita merasa bahwa pekerjaan ini masih memberi kebaikan bagi kita maka kita pun harus memberi kebaikan bagi pekerjaan ini. Kita harus menghibahkan hidup kita untuk pekerjaan ini. Namun jika pekerjaan ini dirasa tak memberi timbal balik yang setimpal, sedangkan kita merasa bahwa di luar sana ada peluang-peluang lain yang lebih baik, maka tinggalkanlah.

Take it or Leave it, terima, atau tinggalkan, sesederhana itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun