3) Â Â Â Bagaimana sektor perbankan mengelola manajemen resiko saat menghadapi pandemi covid-19?
Tujuan Penulisan
- buat mengetahui apa itu pandemi Covid-19 dan  dampaknya terhadap perekonomian.
- dua) Â Â Â buat mengetahui akibat pandemi Covid-19 terhadap kesehatan serta aktivitas perbankan.
- buat mengetahui bagaimana penanganan serta penerapan Manajemen Resiko yg dilakukan oleh perbankan.
Manfaat Penulisan
- Bagi Penulis, buat mengetahui apa itu covid-19 serta dampanknya terhadap perekonomian.
- Bagi Pembaca, untuk mengetahui cara menyikapi pandemi Covid-19 serta bagaimana penerapan Manajemen Resiko waktu terjadi pelemahan ekonomi.
PEMBAHASAN
Pandemi Covid-19 serta Dampaknya Terhadap Perekonomian
Pandemi Covid-19 ialah virus corona yg asal dan  pertama kali muncul asal kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. pada duga Covid-19 ini asal berasal binatang kelewar serta selesainya pada telusuri, orang-orang yg terinfeksi virus ini adalah orang-orang yang memiliki riwayat telah mengunjungi pasar basah makanan bahari dan  binatang lokal pada Wuhan, China. manusia merupakan mahluk sosial yg memungkinkan saling berinteraksi secara langsung sebagai akibatnya taraf penyebaran pandemi Covid-19 semakin pesat, hingga Kamis, 26 maret 2020 tercatat 198 negara yg terinfeksi oleh Covid-19.
Indonesia merupakan salah  satu negara yg terinfeksi pandemi Covid-19, di 26 Maret 2020 tercatat 893 orang positif virus Corona. diantaranya, 35 orang sembuh, 780 orang pada rawat, dan  78 orang mati. galat satu penyebab virus corona mudah menyebar di Indonesia merupakan sebab Indonesia merupakan negara dengan Sektor pariwisata. Sektor pariwisata ialah galat satu faktor yg berperan krusial dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia serta memiliki donasi devisa terbesar kedua pada Indonesia setelah devisa hasil ekspor Kelapa Sawit.
Kinerja perekonomian Indonesia kentara akan ikut terdampak. Pertumbuhan ekonomi serta kinerja perdagangan nasional diprediksi turut indolen sebagai dampak melorotnya pertumbuhan ekonomi dan  perdagangan dunia. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, kondisi perekonomian dunia waktu ini sangat menantang. dia pun mengakui, memburuknya syarat ekonomi dunia akan memengaruhi ekonomi Indonesia. Kita pahami kondisi ekonomi dunia sangat menantang. Selain dihadapkan di pelemahan ekonomi, kini  ditambah dengan terjangkitnya virus novel corona dampaknya tidak main-main. angka revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang dilansir IMF adalah kondisi yg sama menggunakan kurun 2008-2009. di kurun ketika itu, dunia dihadapkan di krisis keuangan dunia yg bermula berasal Amerika serikat.
Jika durasi Covid-19 bisa lebih asal 3 sampai 6 bulan, lalu lockdown, serta perdagangan internasional mampu drop di bawah 30 persen, penerbangan drop hingga dengan 75 persen hingga 100 persen, maka skenario mampu menjadi lebih pada, pertumbuhan ekonomi mampu pada kisaran 2,5 persen bahkan 0 persen. berdasarkan perhitungannya sampai pekan ke 2 Maret 2020, ekonomi Indonesia masih tumbuh di kisaran 4,9 persen. Jadi bila kuartal I masih 20 hari terakhir, dan  itu menurun, sampai kuartal I diperlukan masih tumbuh 4,lima % sampai 4,9 persen.
tidak hanya pertumbuhan ekonomi yg loyo, kinerja perdagangan, pasar keuangan, nilai tukar, sampai aktivitas bisnis pula diyakini bakal terdampak. Ekonom Institute of Development Economics and Finance (Indef), Bhima Yudistira Adhinegara, memproyeksi ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh 4,5 % di 2020. nomor  ini lebih rendah dari proyeksi forum pemeringkat internasional Moody's yg memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,8 persen di tahun ini. Bhima menilai, dampak virus corona ke laju pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu ditelusuri lewat korelasi korelasi ekonomi China dan  Indonesia. Jadi, setiap 1 % penurunan pertumbuhan ekonomi China, ekonomi Indonesia bisa terpengaruh 0,3 %. Penurunan pertumbuhan ekonomi ditimbulkan korelasi perdagangan serta investasi Indonesia-China relatif akbar. Indef memproyeksikan pertumbuhan ekonomi China hanya sekitar 5 % di 2020, atau turun 1 persen dibanding 2019. Melambatnya pertumbuhan ekonomi
akan berkaitan eksklusif menggunakan turunnya pendapatan domestik bruto (PDB). Bila growth hanya 4,5 % maka PDB nilainya Rp 16.546 triliun. Ini berarti kita kehilangan Rp 127 triliun (dibanding 2019).