Mohon tunggu...
Muhammad Andy Dava
Muhammad Andy Dava Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Partikelir Timur Jawa Dwipa Penikmat Sejarah, Politik, Filsafat, Kopi, dan Alkohol Lokal

Amorfati Ego Fatum

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Akar Penindasan Perempuan dalam Ekonomi Politik

9 Juli 2020   12:20 Diperbarui: 12 Juli 2020   13:47 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | Gambar milik: Toto Sihono via KOMPAS.com

Sudah banyak perjuangan-perjuangan perempuan dalam narasi sejarah dunia seperti gerakan-gerakan pemikiran feminisme, mulai dari Eropa, Amerika Latin dan lain-lain. Dalam sejarah peradaban besar dunia, manusia menjadi salah satu aktor dalam perkembangan-perkembangan corak masyarakat.

Oleh karena itu ketika kita berbicara problema perempuan maka kita juga harus berbicara problema masyarakat secara keseluruhan atau koheren.

Melawan sebuah penindasan bukan semerta-merta berbicara pemenuhan hak dan kebutuhan saja, namun kita juga berbicara keadilan sosial yang akan tercipta dengan tidak adanya penindasan bagi seluruh rakyat. Lalu ketika kita kita sudah mengetahui hal ini, apakah kita akan ikut berjuang melawan penindasan perempuan atau kita hanya diam dan sekedar mengetauhi saja tanpa peduli realita sosial ini?

Referensi

Engels, Frederick. 2004. Asal-Usul Keluarga, Kepemilikan Pribadi dan Negara. Terj. Joesoef Isak. (Jakarta:Kalyanamitra)

Hugo Fransisku. 2014. indoprogress.com/2014/08/materialisme-historis-gender-dan-evolusi-keluarga/. Diakses pada 12-03-2019

Martha A. Kapitalisme dan Penindasan Perempuan: Kembali ke Marx, ed. Rahayu Indiyah Ruth, Pustaka IndoProgress ,2016 Jakarta

*Tulisan ini saya tulis pada laman Medium Pers LiSo Unair yang diedit oleh Rahmad Hari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun