Mohon tunggu...
Muhammad Andy Dava
Muhammad Andy Dava Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Partikelir Timur Jawa Dwipa Penikmat Sejarah, Politik, Filsafat, Kopi, dan Alkohol Lokal

Amorfati Ego Fatum

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Akar Penindasan Perempuan dalam Ekonomi Politik

9 Juli 2020   12:20 Diperbarui: 12 Juli 2020   13:47 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain dengan berburu dan meramu mereka juga tidak menetap dalam satu tempat yang pasti atau yang kita kenal dengan sebutan nomaden.

Dapat kita lihat bahwasannya dalam masa ini perempuan dan laki-laki bekerja sama dalam bertahan hidup. Kondisi alam yang semakin membaik membuat kelompok-kelompok berburu tadi memutuskan untuk menetap demi memenuhi kebutuhan yang semakin kompleks, implikasi pada masa ini yaitu ditemukannya cara bercocok tanam atau bertani.

Dalam peran kerja yang sebelumnya dilakukan bersama-sama, pada tahap ini sudah mulai adanya pembagian kerja yaitu laki-laki yang masih berburu karena kekuatan dan daya tahan tubuhnya, sedangkan perempuan di rumah untuk bercocok tanam.

Pada tahap selanjutnya manusia pada akhirnya menemukan domestifikasi hewan, perkakas serta penggunaan logam. Selain itu juga karena sudah tinggal menetap dan bertani di suatu tempat dalam jangka waktu yang lama, kegiatan perburuan lambat laun ditinggalkan dan tidak menjadi kegiatan sehari-hari. Ini merupakan masa dimana kembalinya laki-laki ke dalam wilayah domestik atau rumah tangga, laki-laki tak lagi berburu melainkan bertani.

Dalam buku asal-usul keluarga yang ditulis Engels, telah dituliskan bahwa pada tahap ini terjadi perubahan pada kedudukan perempuan dalam tataran pewaris gens yang awalnya dengan mother-right atau hanya anak-anak perempuan dari keturunan ibu yang mendapatkan warisan.

Namun karena pengaruh ekonomi-politik yang kuat dan dimiliki oleh laki-laki, kini anak-anak laki-laki pun juga mendapatkan warisan, yaitu warisan dari ayah.

Perubahan ini bukan semerta-merta terjadi karena kodrat manusia, namun perubahan yang memang dibentuk oleh manusia itu sendiri. Oleh karena itu ini menjadi sebuah awal kekalahan dari perempuan dan awal dari dominasi laki-laki.

Pada tahap selanjutnya supremasi laki-laki terhadap perempuan semakin tampak dengan ditandai adanya jatuhnya hak-hak waris dari ayah. Hal ini juga menimbulkan pemahaman baru bahwa laki-laki pencari nafkah di luar rumah dan perempuan sebagai penerima nafkah bekerja hanya di bidang domestik.

Pemahaman seperti ini yang sampai sekarang terus menjadi dasar pemikiran di masyarakat luas. Bahkan dalam tataran keluarga pun hal ini masih dilanggengkan sampai saat ini.

Padahal secara umum seharusnya keluarga menjadi pendidikan pertama bagi para anak. Lalu apa yang terjadi jika kita tidak di paparkan pemahaman tentang gender? Bisa jadi anak tersebut melakukan tindak pelecehan seksual bahkan bisa lebih.

Dominasi dari Feodalisme ke Kapitalisme

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun