Kekerasan seksual terhadap perempuan masih saja langgeng dan berjalan sangat massif dalam lingkungan masyarakat hari ini. Seakan-akan kita sebagai masyarakat dibuat tidak tahu menahu dan acuh terhadap kasus tersebut.
Tidak hanya itu, dalam institusi baik pendidikan, perusahaan, serta institusi yang dinaungi oleh negara mereka malah menutupi kasus kekerasan seksual tersebut.
Dari kebanyakan kasus, korban malah di salahkan sehingga menimbulkan traumatik tersendiri. Hal ini juga mengakibatkan adanya steorotip negatif pada korban di lingkup sosial masyarakat.
Dapat kita lihat hal tersebut menjadi salah satu gambaran bawasannya posisi laki-laki menjadi sangat superior, dikarenakan mempunyai tawaran-tawaran yang membuat si perempuan tergiur.
Budaya seperti ini yang sampai saat ini terpelihara dalam tatanan masyarakat kita, yang biasa disebut dengan patriarki, di mana si laki-laki sangatlah dominan terhadap perempuan. Akan tetapi apa yang membuat budaya seperti ini terjadi, apa penyebabnya?
Asal-Usul Budaya Penindasan Perempuan
Patriarki diambil dari kata "patriarch" yang artinya kekuasaan bapak, yang dimaksudkan di sini bahwa patriarki merupakan suatu sistem imajiner dan turun temurun meletakkan laki-laki dalam posisi tertinggi suatu struktur sosial.
Menurut Walby patriarki adalah sebuah sistem struktur sosial dan praktik-praktik yang memposisikan laki-laki sebagai pihak yang mendominasi, menindas dan mengeksploitasi kaum perempuan.
Penggunaan istilah struktur sosial untuk menunjukkan penolakan terhadap determinisme biologis dan gagasan bahwa setiap individu laki-laki berada pada posisi dominan dan setiap individu perempuan dalam posisi subordinat.
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa patriarki adalah sistem sosial yang berlaku di dalam masyarakat dan melanggengkan dominasi laki-laki terhadap kaum perempuan. Akan tetapi bagaimana patriarki terbentuk?
Jauh sebelum terbentuknya tatanan masyarakat sekarang ini, manusia di bumi hanya terdiri dari berbagai kelompok yang bertahan hidup dengan berburu dan meramu. Pada masa ini tidak ada pembagian kerja yang signifikan, laki-laki dan perempuan memerankan hal yang sama secara bersama-sama dalam proses pemenuhan kebutuhannya.