Masih ditempa rasa bingung yang teramat karena perempuan tadi benar-benar mirip Sonia, mantan pacarnya.Â
Pemilik kedai Barito tanpa aba-aba, bercerita mengenai perempuan itu, tiba-tiba saja firasatnya berkata bahwa lelaki ini memiliki kenangan dengan ibu perempuan itu. Tentu saja pemilik kedai bukan cenayang. Ia hanya merasakan energi cinta yang kuat itu keluar dari lelaki murung ini.
Satu kalimat yang benar-benar membuatnya hampir melompat ialah, "Ibu perempuan itu sempat menitipkan anak itu padaku ketika ia sekarat. Ia bilang titip anak anjing itu. Dan tidak lama setelahnya mati karena kanker payudara yang menggeroggotinya."Â
Tanpa pikir panjang, tanpa basa-basi, ia pun berlari keluar kedai. Ia berlari dan terus berlari, jauh berlari, seperti manusia yang tidak punya rasa lelah. Ia akhirnya berlari amat jauh, bahkan untuk seorang atlit lari, belum tentu bisa menyamai staminanya.Â
Gila. Ia seperti kerasukan hewan yang dapat berlari sekencang-kencangnya tanpa rasa lelah ketika memburu sesuatu.Â
Hingga pada suatu tempat ia menemukan kaca begitu besar terpampang pada pelataran toko dan berhenti sejenak menatap wajahnya yang berubah menjadi anjing. Lalu ia menggonggong sejadinya hingga terdengar sampai pintu kamar hotel tempat Elisa dan paman tua itu bercinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H