"Baiklah, mbah akan ceritakan kisah ini, sebenarnya ini adalah kisah jenaka yang entah siapa yang menciptakannya dan dari mana awal mulanya berkembang. Mbah akan ceritakan apa yang mbah tau menurut versi yang diceritakan bapak mba dulu kepada mbah."
Begini ceritanya:
Kalian semua tentu tau bentuk Naga, bukan. Ya, naga itu binatang yang memiliki badan yang panjang, bersisik, dan bersirip di bagian tas tubuhnya. Naga memiliki mulut yang mancung kedepan. Naga juga berkumis seperti halnya Ikan Lele. Tapi, bukan itu yang mbah hendak ceritakan, melainkan perbedaan yang melekati si Naga China dan Naga Jawa, yakni Naga China memiliki tangan dan kaki, sedangkan Naga Jawa tidak memiliki tangan. Akan tetapi, Naga Jawa memiliki mahkota di kepalanya, sedanggkan Naga China tidak.
"Apakah ada yang tahu mengapa demikian?" mbah Hendro melempar pertanyaan pada cucu-cucunya.
"Naganya keturunan bangsawan mbah," celetuk salah sau cucunya.
"Itu naga baru menang Miss Naga Dunia kali mbah, hahaha..." cucu yang lain menimpali diikuti keriuhan tawa yang lainnya.
"Hahaha ya...ya...ya... Bisa saja begitu, tapi bukan itu jawaban yang tepat." Jawab mbah Hendro. Lalu mbah Hendro melanjutkan ceritanya.
Kedua hal itu yang membedakan Naga China dan Naga Jawa. Jikalau Naga China mudah untuk menangkap uang, karena memiliki tangan dan kaki. Nahh, maka dari itu kebanyakan orang China pintar dalam berdagang, berniaga, bisnis dalam mencari uang. Mereka memiliki simbol Naga yang memiliki tangan dan kaki.Â
Sementara itu Naga Jawa, tidak bertangan, tetapi memiliki mahkota. Mahkota melambangkan kekuasaan. Kuasa yang berate dapat mengendalikan sesuatu. Maka dari itu, orang Jawa memiliki kemampuan lebih dalam politik dan kekuasaan.Â
Jadi, dalam hal kekuasaan dan politik, orang China tidak sepandai orang Jawa, begitupun sebaliknya untuk orang Jawa yang tidak sepintar orang China dalam mencari uang. Jadi, Naga China manakala bertemu dengan Naga Jawa takut, mereka lalu memberikan uang kepada Naga Jawa. Akan tetapi, karena Naga Jawa tidak memiliki kaki dan tangan, maka uang itu diterima oleh Naga Jawa dengan mulutnya.Â
Semua cucu-cucu mbah Hendro itu terbahak dan simbah pun ikut tertawa. "Tapi kalian harus ingat ini cuma guyon lho yaa, jangan terlalu serius nanti sembelit, hahaha," ujar mbah Hendro menyudahi ceritaj jenaknya.