Mohon tunggu...
Sesar_____
Sesar_____ Mohon Tunggu... Lainnya - Conten Writer

Menuju Waktu Yang Akan Datang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

4 Novel Iwan Simatupang yang Bagus untuk Penggiat Eksistensialisme

2 Juni 2020   20:45 Diperbarui: 7 Oktober 2020   10:30 1136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ziarah menceritakan "Tokoh Kita" (tokoh tanpa nama khas Iwan Simatupang) yang mencari istrinya, mengharapkan pertemuan pada istrinya yang telah mati. Tokoh Kita digambarkan sebagai seorang yang berkelakar aneh, warga ditempat tinggalnya telah memahaminya sebagi kondisi setelah ditinggal istrinya.

Kelakuan anehnya berangsur-angsur raib setelah ia mendapatkan kerjaan sebagai pengapur pekuburan, tempat istrinya juga dikuburkan oleh oppseter pekuburan. Singkat kata, dalam novelnya ini Iwan semakin menekankan bahwa manusia selalu dihadapkan oleh absurditas dalam hidupnya.

Kering (1969)

Novel Kering terbit setelah dua tahun Iwan wafat. Naskah Kering diselesaikan Iwan pada tahun 1961. Naskah yang belum utuh sepenuhnya diketik itu telah diserahkan pada penerbit Gunung Agung. Hal itu membuat pihak Gunung Agung bekerja keras untuk mentransliterasi tulisan tangan Iwan menjadi sebuah karya yang utuh.

Setelah mengendap selama sepuluh tahun di Gunung Agung, akhirnya pihak penerbit menelurkan karya ini pada tahun 1972. Seperti khasnya novel Iwan, tokoh yang dihadirkan ialah tokoh tanpa nama, "Tokoh Kita." Tokoh Kita diceritakan berpindah berdasarkan pilihannya dengan sadar ke daerah transmigrasi yang dilanda musim kemarau berkepanjangan.

Sebuah usaha kerja keras yang dilakukan Tokoh Kita dan kawan-kawan transmigran lainnya sangatlah sulit akibat tanah yang digarap terlalu kering akibat kemarau berkepanjangan. Pada akhirnya, novel ini menekankan suatu pesan bahwa kita tidak bisa meraih apa yang belum datang pada kita dan kita tidak dapat menolak apa yang akan menimpa kita.

Kooong (1975)

Kooong menjadi novel terakhir Iwan Simatupang yang diterbitkan oleh Pustaka Jaya pada tahun 1975. Kooong menceritakan seseorang yang dipandang di suatu desa, Pak Sastro dan seekor perkutut yang tidak dapat membunyikan suara (tidak ber-kooong).

Akan tetapi, walaupun tidak ber-kooong, Pak Sastro sangat menyukai burung ini. suatu hari burung ini hilang dan Pak Sastro memutuskan mencari burung itu. Sepeninggalan, Pak Sastro, para pegawainya yang menggadap sawah dan kebun pun tidak berjalan dengan sebagaimana mestinya. Hal ini membuat chaos sementara keadaan desa tersebut.

Novel ini memusatkan pada pencarian itu sendiri, pencarian selalu menjadi perjalanan manusia dalam mengarungi hidup, dan manusia harus mengatasi konsekuensi setelah memilih satu hal dan meninggalkan yang lainnya.

Baca Juga:

cairan-kental-yang-sedikit-itu-mengubah-banyak-hal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun