Mohon tunggu...
Anindita Rahardini
Anindita Rahardini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mahasiswa

Mari belajar bersama!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pisau Batik Sudiman yang Mendunia

12 November 2019   12:27 Diperbarui: 12 November 2019   12:36 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Darmo Sudiman, pengrajin pisau batik dari Yogyakarta. | dokpri

Pisau Batik merupakan kerajinan dengan tema kebudayaan yang diusung Darmo Sudiman.

Sudah hampir sepuluh tahun Darmo Sudiman atau yang kerap disapa Diman memulai karirnya sebagai pengrajn pisau batik.

Berpusat di rumahnya yang ada di dusun Krengseng, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Diman awalnya hanya meneruskan usaha pisau logam yang dimiliki ayahnya.

Namun, Diman ingin pisau logam yang ia buat berinovasi agar dapat mengikuti perkembangan zaman namun masih mengikuti kebudayaan lokal Yogyakarta, karena itulah Diman memilih batik sebagai bentuk inovasinya.

Darmo Sudiman, pengrajin pisau batik dari Yogyakarta. | dokpri
Darmo Sudiman, pengrajin pisau batik dari Yogyakarta. | dokpri
"Saya mulai coba-coba membatik di pisau logam itu tahun 2010, otodidak, banyak sekali gagalnya karena tidak semua logam itu benar-benar cocok untuk dibatik dengan malam,"

Setelah beberapa kali mengalami kegagalan, akhirnya Diman menemukan logam yang pas untuk dibatik dan pada tahun 2012, masyarakat mulai mengenal kerajinan pisau batik miliknya. "Lagipula membatik di logam itu kan belum ada, jadi saya masih leluasa buat mengkreasikannya." sambungnya.

Awalnya Diman merintis usahanya seorang diri, mulai dari membentuk pisau logam, membatik, hingga menghilangkan malam pada pisau logam. "Membuat pisau batik itu susah, nggak bisa buru-buru, harus sabar dan telaten. Satu pisau itu bisa tiga sampai tujuh hari."

Proses membentuk dan memotong logam pisau. | dokpri
Proses membentuk dan memotong logam pisau. | dokpri
Ketika usahanya mulai menerima banyak pesanan, Diman mulai memperkerjakan karyawan secara borongan tergantung berapa banyak pesanan yang masuk.

Proses pembuatan pisau batik dimulai dari tahap membentuk pisau, kemudian setelah terbentuk, pisau ditajamkan dan dihaluskan dengan menggunakan mesin gerinda.

"Dulu satu daerah sini pengrajin pisau logam semua, Mbak. Trus saya yang pertama bikin pisau batik," ucap Diman saat menunjukkan keahliannya menggunakan mesin gerinda.

Diman menggunakan mesin gerinda untuk menajamkan dan menghaluskan logam pisaunya. | dokpri
Diman menggunakan mesin gerinda untuk menajamkan dan menghaluskan logam pisaunya. | dokpri
Setelah tajam dan halus, pisau diberi tangkai dari kayu yang juga akan dibatik. Pada dasarnya, pembuatan pisau sama dengan pembuatan pisau pada umumnya, namun tidak melewati proses pembakaran karena logam yang digunakan Diman adalah logam jenis stainless-steel.

"Logam jenis stainless-steel itu paling bagus buat batik, soalnya kan gak dibakar, jadi nggak berkarat."

Setelah pisau selesai dibuat, pisau itu mulai dibatik oleh seorang perempuan yang merupakan salah satu karyawan Diman.

Perempuan itu tampak sangat luwes menggerakan canting di atas logam pisau sesuai dengan pola yang diinginkan, bahkan pola tersebut tidak dicetak terlebih dahulu di atas logam pisau.

Proses membatik pada logam pisau. | dokpri
Proses membatik pada logam pisau. | dokpri
"Kalau mbaknya ini udah tahu semua motifnya, udah hapal. Kalo saya ya ngebuat pisaunya, nanti yang ngebatik mbaknya ini sama temen-temennya."

Pisau yang telah selesai dibatik kemudian direndam kurang lebih dua setengah hari agar warnanya keluar. Kemudian direbus atau dilorot dengan soda abu agar malamnya hilang dan dibersihkan.

Diman menjamin jika motif batik tidak akan hilang walaupun dicuci, bahkan warna dan motifnya akan semakin jelas jika semakin sering dipakai.

Proses membatik pada logam pisau. | dokpri
Proses membatik pada logam pisau. | dokpri
"Pisau saya kalau digunakan warnanya malah semakin kelihatan, jadi awet. Apalagi kalau pertamanya dibuat motong nanas, wah itu malah bagus sekali."

Meskipun usahanya terbilang sukses, Diman memiliki berbagai pengalaman yang kurang menyenangkan. Diman pernah tidak bisa memenuhi pesanan yang datang dari Perancis karena sangat banyak dan tenaga yang dimilikinya terbatas.

Selain itu, Diman juga belum mengetahui proses ekspor-impor sehingga Diman mengharapkan adanya pelatihan dan bimbingan dari pemerintah agar usahanya dapat terangkat. Belum lagi dengan kondisi masyarakat yang masih kurang melirik kerajinan tersebut.

Hasil akhir pisau batik yang sudah jadi. | dokpri
Hasil akhir pisau batik yang sudah jadi. | dokpri
"Ya kan memang usahaku suksesnya belum lama, masih baru, dan rata-rata masyarakat masih merasa eman-eman kalau pisau batiknya dipakai, padahal lebih bagus dipakai, bisa tahu juga tajam atau tidaknya. Saya kalau dirumah saja pakainya pisau batik."

Meski begitu, Diman tetap senang karena usahanya mulai banyak dikenal orang dan banyak tamu yang datang.

Showroom tempat Diman menjual pisau batiknya. | dokpri
Showroom tempat Diman menjual pisau batiknya. | dokpri
Diman sendiri memilih untuk menjual pisau batiknya di showroom yang ada di rumahnya agar para tamu yang datang juga bisa melihat proses pembuatan pisau batik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun