Setelah menempuh perjalanan kurang lebih selama 2 jam dari kota Malang, akhirnya saya tiba di area Tumpak Sewu, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Rasa bosan yang mendera sepanjang perjalanan mendadak sirna, berganti dengan semangat terpacu adrenaline untuk mengeksplorasi air terjun nan menawan.
Tumpak Sewu merupakan salah satu area wisata alam di kawasan Jawa Timur yang masih dikelola secara swadaya oleh warga setempat, namun mengenai urusan kualitas keasrian serta pemandangan berikut lintasannya tak perlu diragukan. Bagi penggemar wisata alam, saya menilai tingkat kesulitannya berada di tingkat menengah atau sedang.
Dan sekali lagi, keberadaan Tumpak Sewu merupakan salah satu fakta bahwa Indonesia tanah air tercinta memiliki modal sangat kuat di bidang wisata alam. Di Jawa Timur sendiri, keberadaan wisata alam sangat mudah ditemui, mulai dari pegunungan, pantai atau air terjun, semuanya ada. Belum lagi jika kita bicara di daerah lain.
Efek Presidensi G20 Bagi Pariwisata dan Ekonomi Indonesia
Rasanya jika bertanya mengenai sumbangsih sektor pariwisata terhadap perekonomian nasional, mungkin hampir semua pihak akan mengiyakan jika kontribusinya cukup signifikan. Gara-gara pandemi Covid-19 di tahun 2020, kontribusi pariwisata terhadap PDB sempat merosot 4,05% dari 4,7% di tahun 2019.
Tetapi jika bercermin pada estimasi ketika kondisi mulai berangsur membaik, di tahun 2022 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menargetkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 1,8 hingga 3,6 juta jiwa dengan nilai devisa Rp 6,7 triliun sampai Rp 24,31 triliun.
Sesungguhnya target tersebut dapat dipandang dalam perspektif optimis, apalagi di tahun 2022 ini Indonesia mendapat kehormatan selaku Presidensi G20. Posisi ini sangat strategis guna menyokong sektor pariwisata khususnya wisata alam sekaligus mewujudkan cita-cita Indonesia Maju melalui Investasi Hijau, dengan pembangunan dan promosi wisata alam Indonesia di tingkat global.
Patut disadari jika Presidensi G20 akan sangat berdampak terhadap ekonomi Indonesia, alasan sederhananya adalah dari berbagai perhelatan acara yang diselenggarakan sudah membuktikan mendongkrak perekonomian daerah penyelenggara.
Dari kunjungan para delegasi yang menghadiri acara, kehadiran mereka meningkatkan penghasilan bagi sektor perhotelan, akomodasi makanan dan minuman serta transportasi. Ditambah lagi UMKM yang turut diuntungkan karena para delegasi ini akan membeli suvenir hasil karya UMKM lokal.
Geliat serupa tentunya juga dirasakan oleh sektor pariwisata, karena sudah pasti ajang G20 memberikan peluang bagi Indonesia untuk memperlihatkan pesona wisata alamnya kepada para tamu delegasi sekalian juga menarik minat masuknya investasi untuk membangun wisata alam yang sangat beririsan dengan investasi hijau.
Terlebih lagi puncak pertemuan G20 di bulan November akan diselenggarakan di Bali, tempat di mana Indonesia akan menampilkan keindahan alam berikut kekayaan budaya lokal sambil menjamu para petinggi negara anggota G20.
Wisata Alam dan Investasi HijauÂ
Pandangan saya senantiasa menatap hamparan pepohonan diiringi hawa sejuk karena cipratan air terjun di Tumpak Sewu. Pemandangan alam di Tumpak Sewu sangat elegan, tidak kalah dengan keindahan tempat wisata alam yang populer di negara lain. Sekilas wujud air terjun Tumpak Sewu mirip dengan air terjun Niagara, ya wajar jika Tumpak Sewu dijuluki Niagara dari Lumajang.
Tumpak Sewu adalah contoh potensial untuk digarap secara lebih profesional. Jika ada investor yang mau membangun sarana dan prasana sambil mengedepankan aspek kelestarian, Tumpak Sewu akan menjelma sebagai wisata alam yang memiliki daya tarik alami serta bukti keberhasilan investasi hijau di bidang wisata alam.
Alasannya adalah wisata alam merupakan bentuk wisata yang dikelola dengan pendekatan konservasi dan dapat berjalan bersamaan upaya melaksanakan keberlangsungan ekonomi, keberlanjutan budaya serta lingkungan. Hal ini memiliki sinergi jika melihat konsep besar investasi hijau.
Artinya wisata alam bisa menjadi gerbang atau langkah awal menuju upaya Indonesia Maju melalui Investasi Hijau, dan ini dapat dibuktikan, karena melalui wisata alam langkah pengelolaan alam dilakukan beserta budaya masyarakat untuk menjamin kelestarian dan kesejahteraannya.
Di tahun 2022 Kemenparekraf membidik 400 ribu lapangan kerja dapat tercipta dari sektor pariwisata. Tentunya target tersebut juga membutuhkan dukungan dari adanya aliran dana investasi, dan dalam hal ini investasi hijau merupakan pilihan baik jika mengharapkan pembangunan wisata berkualitas terus berjalan berkesinambungan.
Bank Indonesia juga memiliki peran penting untuk mendorong terwujudnya pembangunan investasi hijau bagi wisata alam. Bank Indonesia sudah jelas mendukung dan berkomitmen terus meningkatkan investasi hijau, sekaligus menyukseskan program pemerintah Republik Indonesia sebagai Presidensi G20.
Berbagai insentif akan diberikan kepada perbankan yang menyalurkan dana untuk memberikan modal bagi pelaksanaan investasi hijau. Dan ini bukti konkret keseriusan Bank Indonesia mengusahakan Indonesia Maju melalui Investasi Hijau.
Bukti nyata lain jika wisata alam ini dapat diperhitungkan sebagai hasil dari investasi hijau adalah pengembangan green tourism oleh Kemenparekraf yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Taman Candi Borobudur sudah memulai langkah ini dengan adanya kendaraan listrik sebagai moda penjelajah di kawasan tersebut.
Secara bertahap penggunaan kendaraan berbasis listrik akan digunakan di seluruh lokasi wisata unggulam di Indonesia, bersyukur bahwa mimpi Indonesia Maju melalui Investasi Hijau prosesnya sudah mulai menjadi kenyataan.
Jadi sebetulnya gairah investasi hijau sudah ada sebelum perhelatan G20 diselenggarakan di Indonesia. Dan posisi Presidensi G20 menjadi motivasi pendukung sekaligus menambah daya tawar Indonesia guna menarik investor membangun destinasi wisata di tanah air.
Tentu pembangunan destinasi wisata alam yang didukung Presidensi G20Â sangat menguntungkan bagi perekonomian Indonesia. Jika Kemenparekraf sudah menawarkan proyek pembangunan investasi ke 18 investor asing sebagai usaha akselerasi kebangkitan ekonomi dan pembukaan lapangan kerja, Bank Indonesia selaku pengelola fiskal dan moneter juga senantiasa memberi dukungan nyata melalui berbagai program sehingga proses pembangunan dapat berjalan sesuai rencana.
Wisata Alam Indonesia di Pentas G20
Pada dasarnya wisata alam memiliki karakter intelektualitas tinggi berikut pemahaman serta kepekaan terhadap etika, moralitas dan nilai-nilai tertentu seperti halnya nilai budaya dan kearifan lokal, sehingga wisata alam layak disebut sebagai wisata berkualitas dan juga searah dengan karakteristik masyarakat Indonesia yang kaya akan kebudayaan serta menjunjung tinggi norma budaya adat, juga adanya kearifan lokal di setiap daerah.
Melalui Presidensi G20, Indonesia berada di posisi sangat ideal untuk menunjukkan sebagai negara  kaya akan destinasi wisata alam yang dapat dikemas dalam bentuk wisata peninggalan sejarah, wisata pedesaan atau wisata budaya yang intinya para pengunjung dapat terlibat langsung dengan budaya setempat.
Keunggulan lainnya bagi pariwisata Indonesia pada posisi Presidensi G20 adalah pelaksanaan branding dan promosi, ketika para delegasi dari mancanegara hadir di Indonesia, maka bentuk promosi yang biasanya dilakukan dengan mengikuti ajang pameran di luar negeri, untuk kali ini dapat dilakukan di dalam negeri dalam skala ajang sama-sama tingkat global.
Melalui Presidensi G20, Indonesia dapat membaca tren atau perkembangan pasar selera wisata, kemudian menentukan lebih lanjut target pasar seperti apa yang hendak disasar. Tak kalah penting juga yaitu Presidensi G20 membuka peluang lebih luas bagi Indonesia guna menjalin komunikasi dengan pihak investor.
Bagi perekonomian dan pariwisata Indonesia efek positif lain dari Presidensi G20Â adalah membuka lapangan pekerjaan yang dapat diserap dari keberadaan masyarakat sekitar, dampak menguntungkan bagi kesejahteraan daerah karena pendapatan asli daerah meningkat dan perekonomian daerah tumbuh.
Bank Indonesia akan lebih leluasa lagi menyokong aspek fiskal dan moneter dengan adanya pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat daerah, alasannya ekonomi di tingkat mikro memiliki fondasi kuat guna menopang ekonomi makro di tingkat nasional.
Ekonomi menjadi lebih baik, iklim investasi meningkat, dana masuk dan penyaluran ke sektor usaha senantiasa seimbang bagi keberadaan arus modal. Pada akhirnya adalah masyarakat menjadi lebih sejahtera, sehingga memiliki niat untuk berwisata.
***
Secangkir kopi hitam tanpa gula menghangatkan tubuh saya yang sudah kedinginan diterpa air di Tumpak Sewu. Puas dan kagum campur menjadi satu sesuai menjelajahi kawasan Tumpak Sewu ini, walaupun terasa lelah juga.
Dari obrolan dengan para penjaja makanan di pelataran parkir kendaraan, harapan mereka adalah kawasan Tumpak Sewu ini paling tidak dapat menjelma sebagai ikon wisata daerah. Dambaan itu sangat beralasan lantaran Tumpak Sewu dari sisi alam, memiliki daya tarik melalui keindahannya.
Semoga kelak Tumpak Sewu akan dilirik oleh para investor untuk mengembangkan wisata alam sekaligus meningkatkan kesejahteraan warganya. Dan harapan serupa juga tersimpan dalam benak saya agar banyak destinasi wisata alam berkembang, menjadikan Indonesia sebagai magnet wisata global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H