Unicorn biasanya dideskripsikan sebagai layaknya seekor kuda dengan tanduk lancip tepat di kepalanya. Sering kali unicorn muncul dalam berbagai cerita dongeng atau fantasi, karena unicorn dikenal sebagai makhluk mitologi.
Tetapi beberapa tahun belakangan ini bersamaan dengan booming atau musim startup (perusahaan rintisan), julukan unicorn populer sebagai istilah perusahaan rintisan yang nilai valuasinya mencapai nilai di atas US$ 1 juta. Sehingga terkadang unicorn lekat dengan perkembangan dinamika perusahaan rintisan.
Banyak perusahaan rintisan muncul saat digitalisasi sedang ngetren, tidak mengherankan karena perusahaan rintisan merilis aneka aplikasi memanfaatkan kecanggihan teknologi berbasis digital. Fenomena ini mirip sewaktu internet mulai dikenal masyarakat menjelang milenium baru atau tahun 2000 silam.
Karena sedang menjadi tren, perusahaan rintisan bermunculan kemudian mencoba peruntungan di dunia bisnis dengan memperkenalkan aplikasi berikut berbagai fiturnya yang diperkenalkan ke masyarakat bertujuan memberikan solusi dan kemudahan bagi para penggunanya.
Dalam waktu sekejap, perusahaan rintisan menjamur di seluruh dunia menyedot perhatian publik dan juga para petualang pencari profit dengan uang yang mereka miliki.Â
Perusahaan rintisan ini tergolong baru berdiri dan sudah tentu membutuhkan uang guna mewujudkan mimpinya menjadi besar, sedangkan para investor bermaksud menyuntikan dananya agar segera bisa menghasilkan keuntungan.
Kira-kira seperti itu siklus awal kisah bagaimana sepak terjang perusahaan rintisan tumbuh hingga berhasil menggaet investor, mendapat dana besar, melakukan kampanye pemasaran mengenalkan aplikasinya kepada pengguna.
Karena pasarnya sedang bergairah serta perputaran uang di kalangan perusahaan rintisan juga besar, maka nilai valuasi mereka naik secara fantastis, seolah-olah daya tariknya melebihi perusahaan konvensional yang sudah lama menjadi nama besar.
Lantas apa yang terjadi hingga kini? Ramai diberitakan bahwa jika sekarang booming startup usai atau  game over. Untuk prospek perusahaan rintisan di masa mendatang seperti apa, sebetulnya apa yang terjadi dengan perusahaan rintisan belakangan ini termasuk sebagai siklus dunia usaha pada umumnya, namun karena sorotan media dan perhatian publik maka beritanya menjadi ramai.
Tantangan Utama Perusahaan Rintisan
Sebagai sebuah perusahaan yang baru didirikan dengan infrastruktur serba terbatas, startup atau perusahaan rintisan tak ubah layaknya UMKM pada umumnya. Namun yang mereka jual bukan produk konsumsi langsung seperti UMKM, serta tidak dijajakan di kios atau tenda di tepi jalan.
Perusahaan rintisan menawarkan fitur melalui aplikasi berlandaskan teknologi di ranah digital, transaksi mereka sifatnya non fisik atau tidak langsung. Dengan demikian perusahaan rintisan tampil beda menampik kesan sederhana dan seadanya, mereka terkesan canggih.
Perusahaan rintisan ini bisa jadi memiliki terobosan baru dan terkesan brilian, mampu menciptakan inovasi di pasar, tapi pada kenyataannya walaupun perusahaan rintisan ini bermain di jagat teknologi, tantangan yang dihadapi tetap sama seperti usaha yang baru dimulai.
Modal
Pada dasarnya modal adalah hal mendasar dalam menjalankan sebuah bisnis, sebuah perusahaan tahap awal pendiriannya pasti membutuhkan dana untuk menjalankan setiap tahapan perkembangannya, sementara cita-cita untuk menjadi besar diharapkan terwujud dalam waktu segera mungkin.
Demi mendapatkan popularitas agar menarik dana dari investor, maka kampanye pemasaran dilakukan agar menyedot atensi pengguna. Maka tidak heran jika ada istilah bakar uang, harga murah dan sebagainya.Â
Berdasarkan pengalaman, nyatanya langkah ini banyak yang berhasil, dana mengalir dan membesarkan nama perusahaan rintisan itu sehingga memiliki nilai lebih. Ekspansi pun dilakukan.
Eksplorasi pasar dan pemetaan kebutuhan pelanggan
Sebetulnya poin ini penting menjadi pertimbangan bagi semua jenis usaha, sebuah pandangan sebetulnya pasar seperti apa serta jenis kebutuhan pelanggan yang hendak digarap, sehingga jika sudah jelas maka aplikasi bisa dirilis sesuai sasaran.
Fokus akan segmentasi pelanggan akan menjadi pembeda karena melalui langkah ini aplikasi milik perusahaan rintisan akan dikenal dan diterima kemudian digunakan secara berkesinambungan.Â
Ketika pelanggan puas, biasanya pelanggan akan memberikan penilaian baik atau rating serta merekomendasikan pada rekannya.
Visi dan Misi Organisasi
Mengingat perusahaan rintisan banyak didirikan orang kalangan generasi muda, maka tantangan mengelola organisasi menjadi penting, karena bisnis tidak hanya dilakukan sekadar menjual aplikasi ke pasar, tetapi tata kelola struktur organisasi agar menjadi kendaraan terarah adalah landasan supaya perusahaan rintisan bisa maju.Â
Pengalaman menjadi pemimpin sebuah organisasi ditempuh melalui tempaan dan kesulitan yang dihadapi, sehingga dapat diaplikasikan pada organisasi dan menjadi berhasil.
Masalah Utama Perusahaan RintisanÂ
Banyak perusahaan rintisan berhasil membuktikan mampu mengatasi tantangan sehingga mereka layak diperhitungkan tampil sebagai perusahaan dengan nilai tinggi.Â
Ada pula yang gagal, karena tidak mampu mengatasi kendala yang dihadapi. Ini adalah seleksi alam, siapa yang tangguh maka akan bertahan. Patut disadari ada beberapa masalah utama yang dihadapi setiap perusahaan rintisan.
Manajemen keuangan buruk
Kampanye bakar uang agar nama aplikasinya menjadi dikenal mungkin ampuh di awal, namun bagaimana jika hal tersebut dilakukan terus-menerus? Berapa pun banyaknya modal diraih akan habis jika perusahaan rintisan tidak berorientasi kepada keuntungan.
Arus kas akan minus karena perusahaan terus mengeluarkan uang tanpa diimbangi pemasukan dari transaksi. Jika hanya mengandalkan modal investor, usia perusahaan tidak akan berlangsung lama, tidak heran arus kas laksana aliran darah yang menghidupi perusahaan.
Sumber daya manusia yang tepat
Dalam hal ini adalah upaya membentuk tim kerja yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Perusahaan rintisan terkadang diinisiasi oleh beberapa pihak lantas sepakat bergabung menjalankan perusahaan.Â
Bagaimana pun seiring berkembangnya organisasi, pemetaan pengadaan kebutuhan tenaga kerja yang sesuai harus searah dengan visi misi organisasi.
Perusahaan harus dijalankan secara profesional, tentu saja jika sifat coba-coba umum terjadi di masa awal, tapi dari pengalaman yang terjadi mestinya organisasi dapat lebih memahami posisi penting yang dibutuhkan, tidak dilakukan ugal-ugalan.
Disorganisasi ketika pertumbuhan cepat
Kecepatan adalah prinsip bagi perusahaan rintisan, mereka tumbuh dengan cepat, mengagumkan. Tapi proses pertumbuhan kilat ini jika tidak ditangani dengan baik akan menyisakan masalah, seperti kurangnya keselarasan dan miskomunikasi di berbagai departemen, memodifikasi proses, dan juga mempertahankan budaya.
Penting juga bagi perusahaan rintisan mempertahankan strategi komunikasi terbuka, transparansi, dan keselarasan di seluruh perusahaan.Â
Mengadakan rapat reguler dan sinkronisasi mingguan di seluruh organisasi sangat membantu sistem komunikasi di jenjang perusahaan.
Fokus dan konsistensi manajemen bisnis
Berhubung perusahaan rintisan pada mulanya berjalan dalam skala kecil, maka biasanya roda arah organisasi sangat mungkin menjadi tergantung dari keputusan beberapa pihak. Ketika arah perusahaan dianggap tidak sesuai dengan selera pemutus, laju organisasi berubah tidak konsisten.
Rencana bisnis dan strategi pengaturan sangat penting untuk membuat tim bekerja menuju tujuan bersama. Ini menetapkan alur struktur organisasi, dan konsistensi. Tujuan membantu karyawan menjadi diberdayakan untuk membuat keputusan penting dan melaksanakan pekerjaan mereka.
Meskipun perusahaan rintisan sering berpikir dalam waktu singkat, mereka tetap harus membuat rencana dan tujuan bisnis dan menyesuaikannya.Â
Perusahaan rintisan mudah terganggu dan dapat kehilangan fokus pada misi atau produk mereka, sehingga memiliki tujuan yang lebih luas ini dapat membantu tim untuk tetap fokus dan menavigasi menuju tujuan bersama.
Apakah Yang Terjadi Dengan Perusahaan Rintisan?
Memang belakangan ramai diberitakan perusahaan rintisan melakukan pemutusan hubungan kerja. Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia tapi seluruh dunia. Pertanyaan apakah ini akhir dari perusahaan rintisan?Â
Jika menyimak dari tantangan dan masalah utama di atas, sesungguhnya dinamika perusahaan rintisan kala ini bagian dari siklus perkembangan usaha, serta tantangan berikut masalahnya pun sama seperti usaha umumnya.
End game? Game over? Jawabnya tidak. Fenomena PHK merupakan bagian dari langkah korporasi yang diambil perusahaan rintisan dalam upaya restrukturisasi alias penyesuaian atau penataan kembali manajemen dalam rangka penyehatan bisnis mereka.
Jika selama ini perusahaan rintisan gemar bakar uang yang dinikmati masyarakat lewat program promo, maka langkah mereka sekarang adalah mencoba menyehatkan kembali arus kasnya. Orientasinya adalah mencari keuntungan.
Penghasilan perusahaan diperoleh melalui adanya pendapatan dan pengurangan biaya operasional, manajemen melalukan penilaian lini bisnis mana yang dianggap menguntungkan, kemudian diputuskan akan lebih fokus untuk menggarapnya.
Kemudian yang terjadi adalah lini bisnis yang dinilai tidak menguntungkan ditutup dan ada pengurangan tenaga kerja, kemudian publik melihatnya sebagai berita PHK.Â
Di sisi lain, manajemen berupaya memberikan layanan dengan harga lebih masuk akal dalam artian mengurangi program promonya.
Langkah-langkah tersebut lumrah dan sudah sering ditempuh perusahaan-perusahaan raksasa agar usahanya bisa terus berjalan.Â
Perusahaan rintisan yang sukses menata kembali organisasinya dapat kembali sehat dan bersaing, untuk yang gagal akhirnya ya selesai. Tetapi tidak semua perusahaan rintisan tamat alias game over.
***
Menjelang dirilisnya film Marvel berjudul Avengers: Endgame tahun 2019, banyak pertanyaan penggemar akan bagaimana akhir dari kisah para jagoan super memerangi Thanos sang musuh utama. Apa akan berakhir? Nyatanya studio Marvel sudah mempersiapkan alur cerita baru usai Avengers: Endgame, jadi ceritanya tidak berhenti sampai Tony Stark tewas. Namanya bisnis menghasilkan banyak uang, tentu sayang jika harus selesai hanya sampai Avengers: Endgame.
Sama halnya kisah perusahaan rintisan, hal yang ramai diberitakan saat ini bukan akhir dari kiprah para perusahaan rintisan, justru fase ini adalah titik balik mereka untuk melanjutkan bisnisnya dengan berbagai penyesuaian.
Berhubung banyak berita lebay disajikan dengan analisis dangkal dan data seadanya serta tanpa diikuti pemahaman mumpuni maka jadilah kehebohan bahwa startup game over atau usai. Padahal perusahaan rintisan masih akan terus ada serta berkembang. The show must go on.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H