Mohon tunggu...
andry natawijaya
andry natawijaya Mohon Tunggu... Konsultan - apa yang kutulis tetap tertulis..

good.morningandry@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Tren Bisnis Makanan Rumahan Online, Yay or Nay?

19 Juli 2020   13:41 Diperbarui: 19 Juli 2020   17:50 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa Jurassic di planet Bumi terjadi pada rentang waktu 201 -- 145 juta tahun silam.  Istilah Jurassic dinamakan dari penemuan batu kapur Pegunungan Jura di kawasan rangkaian Pegunungan Alpen di Eropa. Pada masa itu hewan reptil seperti Dinosaurus mendominasi kehidupan di Bumi. Menurut penelitian masa Jurassic berakhir karena terjadinya hujan meteor di Bumi sekaligus menandai awal kepunahan Dinosaurus.

Dinosaurus merupakan jenis hewan yang memiliki daya tarik bagi masyarakat modern, berdasarkan penemuan fosil, bentuk dan tinggi Dinosaurus jauh melebihi ukuran manusia. Lantas manusia pun penasaran, seperti apa kira-kira jika Dinosaurus hidup di zaman modern?

Rasa penasaran itu menjadi ide bagi Steven Spielberg menggarap film Jurassic Park tahun 1993. Film tersebut sukses bahkan dibuat ulang pada tahun 2015. Dinosaurus adalah magnet bisnis menguntungkan, nilai jual terbukti dari maraknya berbagai produk bertema Dinosaurus, dan selalu diminati masyarakat.

Ilustrasi: bccourier.com
Ilustrasi: bccourier.com
Jika mahluk yang sudah punah macam Dinosaurus menjadi komoditas menguntungkan dan selalu diminati, bagaimana jika berdagang makanan rumahan yang belakangan ini menjadi tren di jagat online?

Beredar melalui berbagai platform media sosial tawaran makanan rumahan, mulai dari makanan ringan sampai makanan pedamping yang dapat dijadikan lauk pauk. Media sosial layaknya etalase dagangan, memajang foto-foto makanan, siomay, bakwan atau kue-kue. Tentunya disertai deskripsi dan nomor kontak guna melayani pemesanan.

Fenomena ini terjadi sejak diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar akibat meluasnya penyebaran virus Corona, setiap kali membuka media sosial selalu ada penawaran makanan rumahan. Beragam macamnya, tinggal pilih sesuai selera, makanan akan tiba di tempat tanpa harus meninggalkan tempat duduk.

Ciri Khas Makanan Rumahan
Makan merupakan aktivitas dasar manusia, manusia bahkan seluruh mahluk hidup membutuhkan asupan gizi dan kalori agar kehidupannya terus berlangsung. 

Kegiatan kuliner menjadi aktivitas menyenangkan, demikian pula halnya, memasak adalah kegiatan penuh tantangan memancing rasa penasaran.

Mengolah berbagai bahan menjadi hidangan membutuhkan keahlian, walaupun aneka resep makanan memiliki tingkat kesulitannya tersendiri, ada yang hanya membutuhkan proses dasar seperti merebus atau menggoreng, ada juga pengolahan makanan yang memerlukan keahlian khusus seperti memasak rendang atau lemang.

Bagi para pecinta kuliner setiap olahan makanan merupakan topik yang harus dicoba untuk dimasak dan dinikmati layaknya karya seni.

Ilustrasi: nymag.com
Ilustrasi: nymag.com
Resep aneka hidangan saat ini semakin mudah diperoleh, berkat perkembangan teknologi, peran media sosial sangat berpengaruh menjadi acuan mendapatkan resep masakan. Nampaknya semua tutorial tersedia, kegiatan memasak di rumah pun bisa lebih mudah.

Masakan rumahan sejatinya adalah hasil kreasi aktivitas racikan bahan baku  di dapur rumah tangga biasa, bukan dari pabrik berkapasitas besar. Masakan jenis ini sangat umum dan mudah ditemui. Yang membedakan adalah karakteristik rasa, karena cita rasa dan keunikan masakan sangat bergantung dari sentuhan tangan sang koki.

Ciri khas lain dari makanan rumahan adalah menggunakan bumbu dapur biasa, tanpa disertai bahan pendukung atau penyedap berlebihan. Sehingga dapat memunculkan klaim cita rasa alami, sehat, tanpa pengawet atau tanpa mengandung monosodium glutamate alias MSG.

Bagi masyarakat yang sudah bosan menyantap masakan pabrikan atau restoran, menu masakan rumahan sering menjadi alternatif. Minat terhadap masakan rumahan tidak pernah surut, justru di saat masyarakat lebih banyak melakukan aktivitasnya di rumah, tawaran dan permintaan akan makanan rumah nampaknya menjadi fenomena bisnis menarik.

Faktor Pemicu Tren Bisnis Makanan Rumahan
Berapa banyak penawaran makanan rumahan ketika anda mengakses akun media sosial? Semakin anda memiliki banyak teman di media sosial tawaran tersebut akan semakin banyak.

Konten-konten hasil kreasi dapur rumah tangga diunggah, ditawarkan kepada para rekan, mulai dari kerabat dekat hingga syukur-syukur bisa mendapatkan pesanan dalam kuantitas lumayan besar.

Peluang di balik ancaman, kira-kira seperti itulah istilah sederhana yang dapat menggambarkan faktor pemicu meningkatnya tren bisnis makanan rumahan saat ini. 

Virus Corona mengintai di seluruh kawasan Indonesia, maka terpaksa masyarakat harus berdiam diri di rumah. Yang masih beruntung melakukan pekerjaannya dari rumah, banyak juga yang tidak beruntung menjadi korban Pemutusan Hubungan Kerja, akhirnya kembali bernaung di rumah.

Ilustrasi: cookinglight.com
Ilustrasi: cookinglight.com
Sebagai upaya menyambung nafkah, maka berjualan makanan pun dilakoni, karena usaha ini dapat dimulai dengan modal seadanya, makanan yang dijual dapat hasil masakan dapur sendiri atau bisa juga barang titipan, banyak cara memulai usaha sederhana ini.

Para pedagang makanan rumahan juga ada yang memulai usahanya karena hobi memasak, hasil coba-coba di dapur, kemudian mendapat respon bagus dari para penikmatnya, lantas timbul inspirasi mencoba memasarkan hasil kreasinya.

Di samping itu ada juga para pemain lama yang berjualan makanan rumahan sebagai profesi utama. Bertambahnya para pedagang menawarkan makanan rumahan menjadikan persaingan di bisnis ini terbilang ketat. Faktor selera, pelayanan dan harga masih menjadi ukuran pelanggan. Dan satu hal lagi aneka penawaran ini dijajakan secara online.

Analisis Pasar Bisnis Makanan Rumahan Secara Online
Pandemi Corona disebut-sebut menjadi penyebab naiknya tren transaksi pembelian makanan berbasis online. 

Namun sebelum kasus Corona menjadi momok khususnya di Indonesia, ternyata hasil survei Nielsen pada tahun 2019 mengungkapkan bahwa 58% konsumen urban di kota besar sudah menggunakan layanan pesan-antar makanan dalam kurun waktu tiga bulan saat riset tersebut dilakukan. Jadi minat masyarakat Indonesia terhadap layanan pesan-antar makanan sudah cukup tinggi.

Ketika aktivitas lebih banyak dilakukan di rumah, masyarakat memiliki kecenderungan mencoba panganan baru, menu makananan yang lebih bervariasi, lantas berbagai tawaran makanan rumahan pun disambut baik. Walaupun kadang kala ada faktor sungkan tidak membeli karena yang menawarkan adalah kerabat dekat.

Ilustrasi: gmpopcorn.com
Ilustrasi: gmpopcorn.com
Bagaimanapun meningkatnya tren penjualan makanan rumahan dalam kurun waktu belakangan ini patut diapresiasi, dapat diartikan masyarakat masih tetap memiliki niat berusaha dan bertahan hidup dari jerih payahnya sendiri. Situasi yang oleh para ahli ekonomi disebut Indonesia berada di ambang resesi, disikapi oleh masyarakat dengan tidak menyerah begitu saja, masa sulit ditanggapi niat berusaha mencari penghasilan sendiri.

Dalam kondisi normal, transaksi online jual beli makanan rumahan merupakan bagian dari gaya hidup masyarakat. Para pedagang saat kondisi normal merupakan para pemain lama dan memiliki segmen pasarnya tersendiri. Cerukan pasar yang ada digarap kemudian dioptimalkan, lantas bisnis ini terus berkembang seiring terjaganya daya beli masyarakat.

Ilustrasi: bbc.com
Ilustrasi: bbc.com
Ketika tingkat daya beli masyarakat tergolong baik, bahkan meningkat, bisnis apa pun memiliki prospek cerah jika penetrasinya dilakukan secara tepat, termasuk makanan rumahan. 

Masyarakat yang memiliki daya beli akan terus melakukan konsumsi rumah tangganya sebagai bagian dari aktivitas keseharian. Menu makanan akan diseleksi sesuai selera, sehingga tawaran makanan rumahan disambut positif. Konsumen terus melakukan transaksi pemesanan sepanjang produk dan pelayanan dari penjual dinilai memuaskan ekspektasinya,

Sementara dalam kondisi kurang bagus seperti saat ini, di mana daya beli masyarakat turun drastis, masyarakat akan melakukan penghematan, untuk menambah penghasilan muncul para pedagang baru, merintis usaha menjual makanan rumahan. Sebagian masyarakat yang dulunya adalah konsumen beralih menjadi penjual. Yang awalnya adalah penikmat makanan bergeser menjadi produsen makanan rumahan.

Peta persaingan di pasar cerukan ini menjadi lebih sengit. Bagi para konsumen sisi baiknya adalah pilihan semakin banyak, maka dari itu para penjual harus cermat mengukur segmen dan kualitas produknya. Konsumen yang dikecewakan oleh layanan dan produk dapat dengan mudah beralih ke pedagang lainnya.

Terlebih lagi transaksi dilakukan karena faktor rasa sungkan karena penjual adalah kerabat dekat. Konsumen bisa jadi hanya coba-coba belum tentu akan membeli lagi, banyak penjual tetapi konsumennya hanya itu-itu saja. Karakteristik pasar semacam ini tidak akan bertahan lama bagi kelangsungan bisnis.

Kondisi persaingan sengit mendorong munculnya ragam produk, namun perlu diwaspadai titik jenuh pasar yang akan menyebabkan tren penjualan melandai. Banyaknya penawaran produk dan pedagang saat kondisi tertentu menyurutkan minat konsumen, kuncinya mengantisipasi hal ini adalah meningkatkan kreasi serta menjaga konsumen tidak berpaling dan sebisa mungkin mengeksplorasi ruang lingkup pasar lebih luas.

Ilustrasi: foodnetwork.com
Ilustrasi: foodnetwork.com
Tantangan lainnya adalah masalah kebersihan dan kesehatan. Bisnis rumahan tergolong bisnis kecil dan bisa dilakukan siapa pun, bahkan dimulai tanpa adanya izin atau pengawasan dari pihak berwenang. Tinggal bagaimana produsen mampu menyediakan makanan yang kebersihannya terjaga dan proses pengolahannya mengutamakan faktor higienis serta kesehatan.

Sulit menetapkan pengawasan maupun standar kebersihan dan kesehatan di bisnis rumahan, tinggal niat baik dari para produsennya dalam mengolah makanan menjaga kebersihan dan kesehatan agar produknya memiliki kualitas andal. Faktor kepercayaan pembeli juga menentukan, karena transaksi online tidak memungkinkan pembeli melihat langsung proses pengolahan makanan.

Apakah tren ini akan terus berlanjut? Nampaknya ini adalah fenomena sesaat, kelak jika kondisi perekonomian membaik, lapangan kerja dan dunia usaha kembali pulih, para pedagang dadakan kemungkinan besar akan kembali menjalankan profesi atau bisnis utamanya yang terpaksa vakum.

Siklusnya kembali pada kondisi normal. Makanan rumahan sebagai bagian dari konsumsi gaya hidup dan para pedagangnya adalah yang sudah mengenal baik seluk beluk pasar cerukannya. 

Perubahan ini akan sangat bergantung seberapa cepat perekonomian pulih kembali, sehingga masyarakat dapat segera kembali bekerja dan berusaha sesuai bidangnya. 

Tren bisnis makanan rumahan, yay or nay? Yang jelas para pelaku di bisnis ini perlu mendapat apresiasi, jika berminat mencicipi silahkan melakukan transaksi, mudah-mudahan cocok dan menjadi langganan. Semoga saja situasi cepat membaik.
***
Mencicipi lumpia dan cwie mie di Depot Hok Lay saat bertandang ke kota Malang meninggalkan kesan sekaligus kerinduan akan nuansa masakan rumahan yang disajikan. Depot Hok Lay berdiri sejak tahun 1946, aneka menu andalan di Depot Hok Lay adalah racikan dari generasi pertama pendirinya.

Ilustrasi: Dokumentasi pribadi
Ilustrasi: Dokumentasi pribadi
Bentuk interior bangunannya masih seperti di tahun 1946, sehingga memberikan rasa nyaman layaknya bersantap di rumah. Depot Hok Lay menjadi contoh bagaimana makanan rumahan menjelma menjadi bisnis utama, bertahan selama puluhan tahun mempertahankan cita rasa dan ciri khas keasliannya sebagai identitas bisnis. Mengikuti perkembangan zaman, pemesanan makanan dari Depot Hok Lay pun bisa dilakukan secara online.

Peta persaingan bisnis semakin ketat, banyak para pemain baru bermunculan. Bagi pemain lama, mempertahankan kualitas serta menjaga supaya cinta konsumen tetap melekat merupakan strategi menjaga bisnisnya bertahan. Sementara bagi pemain baru, peluang tetap ada bahkan di saat situasi sulit sekalipun. Berusaha dan berdoa, ora et labora.

(Terinspirasi dari artikel 4 Fenomena yang Bersemi di Masa Pandemi, penulis Nita Kris Noer).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun