Ciri khas lain dari makanan rumahan adalah menggunakan bumbu dapur biasa, tanpa disertai bahan pendukung atau penyedap berlebihan. Sehingga dapat memunculkan klaim cita rasa alami, sehat, tanpa pengawet atau tanpa mengandung monosodium glutamate alias MSG.
Bagi masyarakat yang sudah bosan menyantap masakan pabrikan atau restoran, menu masakan rumahan sering menjadi alternatif. Minat terhadap masakan rumahan tidak pernah surut, justru di saat masyarakat lebih banyak melakukan aktivitasnya di rumah, tawaran dan permintaan akan makanan rumah nampaknya menjadi fenomena bisnis menarik.
Faktor Pemicu Tren Bisnis Makanan Rumahan
Berapa banyak penawaran makanan rumahan ketika anda mengakses akun media sosial? Semakin anda memiliki banyak teman di media sosial tawaran tersebut akan semakin banyak.
Konten-konten hasil kreasi dapur rumah tangga diunggah, ditawarkan kepada para rekan, mulai dari kerabat dekat hingga syukur-syukur bisa mendapatkan pesanan dalam kuantitas lumayan besar.
Peluang di balik ancaman, kira-kira seperti itulah istilah sederhana yang dapat menggambarkan faktor pemicu meningkatnya tren bisnis makanan rumahan saat ini.Â
Virus Corona mengintai di seluruh kawasan Indonesia, maka terpaksa masyarakat harus berdiam diri di rumah. Yang masih beruntung melakukan pekerjaannya dari rumah, banyak juga yang tidak beruntung menjadi korban Pemutusan Hubungan Kerja, akhirnya kembali bernaung di rumah.
Para pedagang makanan rumahan juga ada yang memulai usahanya karena hobi memasak, hasil coba-coba di dapur, kemudian mendapat respon bagus dari para penikmatnya, lantas timbul inspirasi mencoba memasarkan hasil kreasinya.
Di samping itu ada juga para pemain lama yang berjualan makanan rumahan sebagai profesi utama. Bertambahnya para pedagang menawarkan makanan rumahan menjadikan persaingan di bisnis ini terbilang ketat. Faktor selera, pelayanan dan harga masih menjadi ukuran pelanggan. Dan satu hal lagi aneka penawaran ini dijajakan secara online.
Analisis Pasar Bisnis Makanan Rumahan Secara Online
Pandemi Corona disebut-sebut menjadi penyebab naiknya tren transaksi pembelian makanan berbasis online.Â
Namun sebelum kasus Corona menjadi momok khususnya di Indonesia, ternyata hasil survei Nielsen pada tahun 2019 mengungkapkan bahwa 58% konsumen urban di kota besar sudah menggunakan layanan pesan-antar makanan dalam kurun waktu tiga bulan saat riset tersebut dilakukan. Jadi minat masyarakat Indonesia terhadap layanan pesan-antar makanan sudah cukup tinggi.