Mohon tunggu...
andry natawijaya
andry natawijaya Mohon Tunggu... Konsultan - apa yang kutulis tetap tertulis..

good.morningandry@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Asa UMKM di Era Normal Baru

28 Juni 2020   17:00 Diperbarui: 28 Juni 2020   18:11 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: aptika.kominfo.go.id

Dan saya pun tersenyum ketika menemukan uang koin Rp 500 keluaran tahun 1991. Dahulu tahun 1998 di saat ekonomi Indonesia terjangkit krisis, masyarakat sempat memburu koin Rp 500 bergambar bunga melati ini, kemudian dijadikan cincin. 

Waktu itu saya masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), penyebab cincin dari uang Rp 500 menjadi fenomena dikarenakan penghasilan masyarakat kala itu menurun sehingga tidak sanggup membeli perhiasan.

Namanya krisis ekonomi, bisa makan kenyang saja sudah patut bersyukur, apalagi urusan membeli perhiasan. Uniknya cincin tersebut digemari masyarakat, mungkin dijadikan sebagai hiburan di tengah maraknya kabar PHK dan seabrek persoalan ekonomi skala nasional kala itu.

Kesulitan hidup masyarakat, kegundahan, dan ketidakpastian dari hari ke hari masa krisis ekonomi 22 tahun lampau rasanya serupa tapi tak sama dengan kesulitan kala ini. 

Perbedaannya waktu tahun 1998 sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi penyelamat. UMKM relatif masih sanggup menyambung hidup di saat berbagai perusahaan besar rontok.

Berbanding terbalik dengan kesulitan ekonomi dampak pandemi COVID-19 di tahun 2020. Efek domino pandemi COVID-19 sangat luas jangkauannya, UMKM yang pasca krisis tahun 1998 digadang-gadang jadi primadona perekonomian menghadapi situasi sangat sulit. Bertahan saja sudah berat, banyak kegiatan UMKM terpaksa tutup, imbasnya pengangguran bertambah serta melemahnya daya beli masyarakat.

Efek Domino Pandemi COVID-19 

Sampai 28 Juni 2020 kasus positif global COVID-19 menyentuh 10 juta, Indonesia berada di peringkat 29 dengan torehan 54 ribu kasus. Sejujurnya kenyataan ini sangat memprihatinkan, terlebih pandemi COVID-19 menjadi biang keladi ketidakpastian bagi kehidupan masyarakat.

Efek domino COVID-19 menyangkut aspek kesehatan, dikarenakan penularannya mudah dan cepat, sehingga terjadi krisis kesehatan, serta belum adanya vaksin penangkal virus tersebut. 

Aspek sosial, upaya memerangi COVID-19, diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), kegiatan masyarakat dibatasi ruang geraknya, namun kebijakan ini mengorbankan aspek ekonomi. 

Terbatasnya kegiatan masyarakat berakibat terputusnya kegiatan usaha yang melibatkan aktivitas orang banyak, sehingga PHK tidak dapat dihindari.

Ilustrasi: finansial-bisnis.com
Ilustrasi: finansial-bisnis.com
Kaitan lainnya di bidang ekonomi adalah daya beli dan konsumsi menurun, investasi lesu dan tentu saja pertumbuhan ekonomi ikut memble. Hal ini memicu penurunan kinerja keuangan, alhasil harapan akan stabilitas sistem keuangan dan makroprudensial aman terjaga terancam.

Ambruknya sisi konsumsi (demand) dan sisi dunia usaha (supply) turut melumpuhkan UMKM yang dulunya diklaim kebal krisis, menurut Asosiasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Akumindo) kontribusi UMKM terhadap PDB sebesar 60%, jumlah tersebut sangat besar.

Ditambah lagi UMKM menyumbang 14% dari total ekspor nasional. Kontribusi UMKM pada perekonomian Indonesia terbukti bukan kaleng-kaleng. Sekaligus tidak terbantahkan kemajuan maupun penurunan UMKM akan mempengaruhi stabilitas sistem keuangan serta upaya mewujudkan makroprudensial aman terjaga.

Apa Kabar UMKM?

Jika berkaca pada data, nampaknya belum menggembirakan, menurut Teten Masduki, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop) terdapat 1.785 koperasi dan 16.313 UMKM menjadi korban COVID-19. Menyongsong era normal baru sebagai harapan, asa untuk bangkit harus tetap diperjuangkan walaupun ketidakpastian masih menjadi tantangan.

Pandemi COVID-19 membawa perubahan pola konsumsi dan perilaku masyarakat. Faktor kebersihan dan kesehatan lebih diperhatikan dan juga meningkatnya transaksi dalam jaringan atau online

Selain itu ternyata tidak semua sektor usaha rontok selama masa pandemi COVID-19, masih ada beberapa sektor mampu bertahan seperti kebutuhan pokok, kesehatan dan logistik.

Ilustrasi: finansial.com
Ilustrasi: finansial.com
Jika pada masa normal pra COVID-19 UMKM mampu menyediakan 97% lapangan pekerjaan, bagaimana UMKM dapat bangkit dan kembali menciptakan lahan padat karya yang akan mengangkat kesejahteraan masyarakat sekaligus menopang stabilitas sistem keuangan agar makroprundensial aman terjaga

Kuncinya adalah pelaku UMKM harus cerdas berperilaku, berinovasi dan jeli mengikuti perubahan pola konsumsi masyarakat.

Salah satu penekanan paling penting di era normal baru adalah protokol kesehatan. Maka kesiapan aspek kesehatan penting bagi UMKM saat memulai usahanya di era normal baru. Memperhatikan kebersihan dan kualitas bahan baku, tata cara penyajian, tempat usaha, pengemasan dan mekanisme pemesanan.

Sudah pasti membutuhkan upaya lebih, tetapi masyarakat terlanjur lebih kritis terhadap faktor kebersihan dan kesehatan, sehingga menjadi tuntutan bagi UMKM mengikuti perubahan tersebut. Saat ini semuanya tengah berupaya beradaptasi memenuhi norma-norma di era normal baru, tak terkecuali bagi UMKM.

UMKM Menyongsong Era Normal Baru

Dalam skenario Pemulihan Ekonomi Nasional yang dirilis Kementerian Keuangan, Pemerintah telah mengalokasikan dana bagi UMKM berupa subsidi bunga Rp 34 Triliun, insentif perpajakan Rp 28 Triliun dan penjaminan kredit modal kerja baru UMKM Rp 6 Triliun. 

Mengacu akan hal ini, UMKM mendapatkan perhatian dari Pemerintah, tetapi tentu saja membangkitkan UMKM dari kesulitan membutuhkan daya upaya dari pelaku UMKM sendiri.

Pada dasarnya UMKM memiliki akar kuat di Indonesia, jika saya bepergian dalam urusan mencari oleh-oleh, sudah pasti menemui banyak produk UMKM, hanya tinggal memilih produk mana yang cocok sesuai selera dan anggaran.

Ilustrasi: yukk.co.id
Ilustrasi: yukk.co.id
Yogyakarta, bukan hanya menjadi kota kenangan penuh romantisme, tetapi ingat Yogya ingat bakpia, sebagai ikon kuliner Daerah Istimewa Yogyakarta, di setiap sudut kota Yogyakarta bakpia sangat mudah ditemui. 

Lain kisah ketika saya berkunjung ke Pulau Bangka, pilihan oleh-oleh khas dari Pulau Bangka adalah kerupuk ikan. Dan Kampung Gedong selama puluhan tahun telah menjadi sentra penghasil kerupuk ikan berkualitas di sana.

Setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas dan keunikan produk UMKM yang membedakan dari daerah satu ke daerah lainnya, menjadi kekuatan dan modal kebangkitan UMKM. 

Hal ini yang patut dijaga supaya potensi UMKM tidak lumpuh sepenuhnya akibat COVID-19, maka dari itu UMKM harus cerdas berperilaku beradaptasi dan melakukan penyesuaian menyiasati perubahan perilaku konsumen di era normal baru.

Ilustrasi: tabloidsinartani.com
Ilustrasi: tabloidsinartani.com
Selain memperhatikan faktor kebersihan dan kesehatan, upaya yang perlu dilakukan adalah sinergi sistem persediaan barang mengimbangi transaksi pembelian dan penjualan, agar ketersediaan produk tetap terjaga. Lalu hal lainnya adalah pelayanan memanfaatkan transaksi online dan mekanisme pengiriman produk yang cepat tanggap atas permintaan konsumen.

Apakah semua pelaku UMKM siap mengimplementasikan hal itu? Nampaknya belum, nyatanya 87% UMKM masih bertransaksi secara offline dan tentu saja tetap melakukan transaksi tunai. 

Juga masih ada pelaku UMKM yang belum bisa menerapkan protokol kesehatan sepenuhnya. Ini bentuk tantangan yang harus diatasi bersama, karena UMKM adalah salah satu sektor penggerak untuk mendorong stabilitas sistem keuangan maupun makroprudensial aman terjaga.

Bersama Memajukan UMKM

Mengembalikan geliat UMKM adalah tugas bersama, karena jika UMKM berjaya kesejahteraan masyarakat akan meningkat, demikian pula halnya stabilitas sistem keuangan dapat dipertahankan, harapan akan makroprudensial aman terjaga pun terealisasi.

Cerdas berperilaku berupa kearifan lokal seperti gotong royong dan musyawarah bersama dapat ditempuh sebagai cara menyelamatkan UMKM, bertahan di era normal baru. 

Sosialisasi dan bimbingan disampaikan kepada para pelaku UMKM yang belum bisa memaksimalkan transaksi online serta menerapkan protokol kesehatan.

Langkah ini dapat ditempuh melalui komunitas pelaku UMKM, seperti halnya Kampung Sanan di Kota Malang yang dikenal pusat penghasil keripik tempe. 

Para pengrajin keripik tempe di Kampung Sanan memiliki paguyuban, dan materi terkait hal-hal apa saja yang harus dilakukan UMKM di era normal baru bisa disampaikan melalui berbagai paguyuban para pelaku UMKM bernaung sesuai jenis usahanya.

Contoh lain adalah Kampung Pathuk pusat bakpia di Yogyakarta, di sini model usaha industri rumah tangga sebagai pemasok bakpia untuk dijual di toko-toko besar sudah berjalan, para penjual skala besar dapat menjadi saluran transaksi online memasarkan produk bakpia tersebut. 

Melalui sistem distribusi tradisional semacam ini, dapat dicontoh dan dikembangkan menjadi sistem sinergi antara pemasaran, keseimbangan ketersediaan bahan produksi dan produk yang diperjualbelikan.

Ilustrasi: aptika.kominfo.go.id
Ilustrasi: aptika.kominfo.go.id
Sementara cerdas berperilaku selaku konsumen adalah turut menyukseskan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada 14 Mei 2020. Sebagai anak bangsa sudah sepatutnya konsumen Indonesia lebih memprioritaskan produk asli Indonesia ketimbang produk impor.

Hal ini cukup mudah dilakukan, mewujudkan kemandirian ekonomi melalui membeli produk dari toko di sekitar rumah atau para pedagang kecil, serta pastikan produk tersebut adalah buatan Indonesia. 

Dari langkah sederhana ini menjadi langkah berjuang bersama membangkitkan UMKM, meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta mengupayakan stabilitas sistem keuangan dan makroprudensial aman terjaga.

***

Lestari alamku, lestari desaku. Di mana Tuhanku menitipkan aku. Nyanyi bocah-bocah di kala purnama. Nyanyikan pujaan untuk nusa. Damai saudaraku, suburlah bumiku. Kuingat ibuku dongengkan cerita. Kisah tentang jaya nusantara lama. Tenteram kartaraharja di sana.”

Lirik Berita Cuaca ciptaan penyanyi Gombloh (1948-1988) yang sempat dibawakan kembali di tahun 1998 oleh kelompok musik rock asal kota Surabaya, Boomerang, menyiratkan kenangan akan jayanya Indonesia di masa nusantara.

Terkenang akan cincin koin Rp 500 dan lagu Berita Cuaca pada 22 tahun silam seakan mengingatkan kembali bahwa Indonesia pernah terpuruk parah akibat krisis ekonomi, tetapi membuktikan pula jika Indonesia mampu bangkit. 

Indonesia adalah tempat kaki kita berpijak dan menghirup nafas kehidupan, sudah sepatutnya kita bangga menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun