Pertama perbankan memang dapat mengembangkan fitur digital banking, namun konsep ini hanya berlaku bagi bank yang memang sudah mapan.Â
Kedua adalah bank dan PJSP dapat berkolaborasi, tetapi posisi PJSP tetap berada di bawah bayang-bayang bank.Â
Ketiga adalah skenario PJSP membeli bank kecil untuk memperluas bisnisnya. Gojek memiliki kemampuan finansial untuk mengeksekusi skenario pembelian bank kecil.
Gojek sebagai perusahaan teknologi yang sudah mendapat banyak dana dari investor memiliki valuasi sekitar Rp. 142 triliun, nyaris menyandang gelar sebagai decacorn.Â
Dengan kemampuan finansial melimpah Gojek dapat dengan mudah mengambil alih bank kecil yang saat ini semakin kesulitan bersaing di industri perbankan.
Banyak bank dengan modal dibawah Rp. 1 triliun atau Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) I menghadapi kondisi sulit, akibat kalah bersaing dengan antar sesama bank dan juga PJSP.Â
Minimnya jaringan serta semakin terbatasnya produk dan aktivitas usaha menjadi faktor utama loyonya usaha Bank BUKU I ini. Â
Skenario Gojek membeli Bank BUKU I seolah semakin dikuatkan dengan beredar kabar bahwa Gojek mulai melakukan pendekatan dengan salah satu Bank Buku I, yaitu Bank Artos Indonesia.
Sekilas Mengenai Bank Artos Indonesia
Sebetulnya Bank Artos Indonesia bukan pemain baru di perbankan, Bank Artos Indonesia sudah berkiprah sekitar 27 tahun, hanya saja selama itu tidak ada perkembangan signifikan.Â
Kantor pusat bank ini berada di kota Bandung dan pada awal berdirinya memang di saat era banyak bank bermunculan di Indonesia.Â
Bank Artos Indonesia merupakan lembaga keuangan milik dari Grup ARTO yang menaungi banyak perusahaan seperti Poly Fibre Industry, Artostek 1 dan 2, dan masih banyak lagi.