Kera Sakti digambarkan sebagai karakter liar, keras kepala, temperamental namun cerdas. Berkat kesaktiannya Kera Sakti berhasil memiliki senjata berupa tongkat emas penyangga lautan dan membuat kekacauan di Istana Langit. Akibat ulahnya itu, Kera Sakti dihukum oleh Sang Budha selama 500 tahun di Gunung Lima Jari.
Hal ini ditunjukan betapa Kera Sakti begitu mengasihi dan tetap berupaya menjadi murid yang baik walaupun Pendeta Guru member hukuman dan tidak begitu saja mempercayai pendapatnya.
Zhu Bajie (Sang Babi)
Sebetulnya tokoh ini sangat menarik. Latar belakangnya adalah seorang Perwira Langit yang sedang sial, karena mabuk kemudian menggoda Dewi Bulan sehingga dijatuhi hukuman dan apesnya lahir menjadi siluman babi.
Sang Babi sesungguhnya merupakan murid setia, tetapi karena kemalasan dan sifat buruknya terkadang membawa masalah dan kesulitan bagi Pendeta Suci dan rombongannya.
Sha Wujing (Pendeta Pasir)
Sebelum menjadi murid Pendeta Guru, Sha Wujing atau Pendeta Pasir merupakan Perwira Langit yang bertugas menjaga lentera, namun karena kecerobohannya dijatuhi hukuman turun ke dunia manusia. Pendeta Pasir memiliki sifat rajin, pekerja keras, polos namun kurang cerdas.
Pangeran Naga Putih (Kuda Putih)
Tokoh ini tergolong jarang berinteraksi dalam "Kisah Perjalanan Ke Barat". Sesungguhnya murid ke empat Pendeta Suci ini adalah Pangeran Naga Putih yang menjadi pesakitan, kemudian dikurung di suatu danau. Karena Naga Putih memakan kuda Pendeta Suci di awal perjumpaan mereka, lantas sebagai hukumannya, Dewi Welas Asih meminta Naga Putih untuk menjelma menjadi Kuda Putih sebagai tunggangan Pendeta Suci.Â
Walaupun menjadi tokoh yang tidak terlalu aktif, Kuda Putih pernah dalam kondisi darurat tampil berupaya menyelamatkan Pendeta Suci yang sedang ditawan siluman. Menariknya Kuda Putih rela menjadi tunggangan menanggung berat beban dalam perjalanan jarak jauh selama 18 tahun.
Pelajaran Dari Karakter Para Tokoh "Kisah Perjalanan Ke Barat"Â
Entah sengaja atau tidak, Wu Cheng En menggambarkan setiap tokoh utama dengan karakter yang berbeda satu sama lain. Menariknya tokoh-tokoh itu seakan menggambarkan atau mengajarkan kepada para pembacanya mengenai sifat dasar manusia, seperti ketaatan, alim, malas, pekerja kelas, setia atau cerdas.