Mohon tunggu...
andry natawijaya
andry natawijaya Mohon Tunggu... Konsultan - apa yang kutulis tetap tertulis..

good.morningandry@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Pembahasan Sastra Klasik "Kisah Perjalanan ke Barat"

30 Agustus 2019   21:09 Diperbarui: 31 Agustus 2019   08:58 1055
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kisah Perjalanan Ke Barat" pertama kali diterbitkan dalam format buku novel pada tahun 1592, terdiri dari 100 bab yang menceritakan awal mula Kera Sakti lahir bertemu Biksu Xuanzang (Pendeta Suci) berkelana bersama rekan-rekannya sampai pada akhirnya mencapai Nirwana menjadi Budha.

Dikisahkan petualangan Kera Sakti, Pendeta Suci dan rekan kerap dibantu oleh Dewi Guanyin atau Dewi Kwan Im (Dewi Welas Asih) dalam menyelesaikan kesulitan.

Ilustrasi: popculture.id
Ilustrasi: popculture.id
Tokoh "Kisah Perjalanan Ke Barat"
Biksu Xuanzang (Pendeta Suci)
Biksu Xuanzang adalah tokoh nyata yang diangkat menjadi salah satu karakter utama dalam kisah ini. Sesungguhnya Biksu Xuanzang memang menjalani perjalanan dari Chang An ke negeri India di masa Dinasti Tang, tetapi Wu Cheng En menggambarkan sosok Pendeta Suci dalam "Kisah Perjalanan Ke Barat" sebagai reinkarnasi dari salah satu murid Budha yang terkena hukuman karena tertidur di saat Sang Budha sedang memberikan pengajaran.

Karakter Pendeta Suci diceritakan sebagai sosok pria alim dan memegang teguh ajaran agama dan gaya hidup sebagai seorang biksu. Karakter ini memiliki kebijaksanaan dalam memandang kehidupan, karena selalu melihat dari perspektif agama.

Sering kali dikisahkan Pendeta Suci selalu menolak berbagai godaan berupa rayuan wanita, harta maupun makanan dan minuman karena bertentangan dengan kaulnya sebagai seorang biksu. Jadi Pendeta Suci adalah tokoh yang sangat lurus.

Ilustrasi: bestchinanews.com
Ilustrasi: bestchinanews.com
Tetapi sifat sangat lurus ini justru kerap menjadi persoalan dalam perjalanan mengambil kitab suci, terutama pada saat menghadapi jebakan para siluman yang menyamar sebagai orang tua atau anak-anak dengan tujuan mengelabui rombongan Pendeta Suci.

Para siluman itu menganggap Pendeta Suci sebagai manusia suci dan jika mereka berhasil menyantap dagingnya maka akan mencapai hidup abadi.

Sifat Pendeta Suci ini justru bertentangan dengan Kera Saki, sehingga kedua tokoh ini kerap berbeda pendapat bahkan sampai berpisah sesaat. Pendeta Suci terkadang tidak bisa membedakan hal benar atau salah, dalam konteks kondisi yang dihadapi sedang berupaya dikelabui oleh siluman.

Pada salah satu bab, diceritakan bahwa Pendeta Suci mengusir Kera Sakti, karena Kera Sakti dianggap membunuh satu keluarga, padahal sesungguhnya keluarga tersebut adalah penyamaran dari Siluman Tengkorak Putih. Kera Sakti sebelumnya telah berulang kali memberi peringatan, namun hal itu justru diabaikan oleh Pendeta Suci.

Sun Wu Kong (Kera Sakti)
Merupakan tokoh paling menonjol, lahir dari sebuah batu, ketika energi langit dan bumi bertemu batu tersebut lantas meledak kemudian lahirlah Kera Sakti. Kemudian Kera Sakti tumbuh dan menjadi raja kera di Gunung Bunga dan Buah.

Lantas karena bermaksud mencari jalan untuk hidup abadi, Kera Sakti berhasil menjadi murid dari seorang petapa, serta berhasil mempelajari ilmu berubah 72 wujud.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun