Sekitar tahun 1930-an, tepatnya di kota Philadelphia, Amerika Serikat, suatu siang Pat dan Harry Oliviery yang kala itu berjualan hot dog mencoba membuat inovasi baru berupa sandwich atau roti isi dengan daging cincang dicampur bawang bombay.
Kemudian datang seorang pengemudi truk dan lantas meminta dibuatkan menu serupa. Setelah dicicipi, ternyata roti isi tersebut sangat nikmat, sehingga sang pengemudi menyarankan mereka untuk fokus berjualan roti isi jenis tersebut.
Singkat cerita lahirlah roti isi yang cukup digemari dengan nama Philadelphia Cheesesteak, yang belakangan memang dicampur keju agar rasanya tambah nikmat.
Roti isi atau sandwich adalah salah satu makanan yang dapat digolongkan sebagai makanan cepat saji alias fast food. Karena penyajiannya memang tidak membutuhkan waktu lama serta menggunakan bahan baku yang mudah diolah.
Dan Amerika Serikat memang menjadi kiblat dari industri makanan cepat saji, bagaimana tidak berbagai restoran cepat saji banyak berasal dari negara Paman Sam.
Sebut saja, burger, kentang goreng, ayam goreng tepung serta donat, tentunya makanan tersebut sangat mudah dan umum ditemui.
Walaupun jenis makanan tersebut merupakan hasil persilangan berbagai budaya, tetapi konsep pemasaran serta jaringan bisnis yang menjadikan para pemain di industri ini memang banyak berasal dari Amerika Serikat.
Sekilas Asal Muasal Restoran Cepat Saji
Istilah fast food atau makanan cepat saji memang baru diperkenalkan dalam kamus bahasa Inggris pada tahun 1951 oleh Merriam-Webtser, tapi konsep gaya restoran ini sendiri sudah dilakoni beberapa tahun sebelumnya, tepatnya oleh restoran burger bernama White Castle. Tahun 1916 berdiri di Kansas, sebagai pionir restoran cepat saji di dunia.
Sewaktu burger identik dengan makanan kelas rendah dan dibuat dari bahan kualitas rendah, Walter Anderson (1880-1963) dan Edgar W. "Billy" Ingram (1880-1966) membuat konsep restoran dengan gaya baru waktu itu, dengan menggunakan dapur terbuka, sehingga konsumen dapat melihat langsung pengolahan burger. Hal ini menepis citra burger identik dengan makanan yang berbahan baku buruk.
Inovasi konsep restoran semacam ini lantas menyebar diiringi dengan muncul berbagai makanan cepat saji lainnya serta konsep waralaba atau franchise, sehingga makanan cepat saji menjadi suatu makanan era modern.
Alasan Makanan Cepat Saji Dapat Diterima
Pembahasan makanan cepat saji memang selalu menarik dan menggugah selera, karena jenis makanan ini memang banyak digemari karena kelezatannya, kemudahan diperoleh serta simbol budaya modern.
Karena agak berbeda dengan konsep full service restaurant, makanan cepat saji tidak membutuhkan waktu lama untuk dinikmati, konsumen hanya datang kemudian memilih menu, dan dalam hitungan menit makanan sudah siap dinikmati.
Konsep ini memang searah dengan gaya hidup masyarakat yang terikat dengan waktu, efisiensi dan kemudahan menjadi hal utama.
Urusan rasa, tidak dapat disangkal bahwa burger, pizza dan lainnya adalah makanan umat manusia yang paling banyak digemari. Bahkan Donald Trump, Presiden Amerika Serikat dikenal sebagai penggemar makanan cepat saji.
Kemudian Warren Buffet, mengaku rutin mengkonsumsi burger. Artinya makanan cepat saji memang telah menjadi makanan umum.
Silahkan saja bandingkan rasa antara ayam goreng tepung gaya Amerika dengan katakanlah makanan sehat seperti salad, kiranya mayoritas dari kita akan memilih ayam goreng.
Strategi bisnis memang menjadi kunci dari pertumbuhan makanan cepat saji seperti mewabah. Berbagai promosi serta inovasi dilakukan untuk memperluas pasar.
Jika anda bertanya di mana adanya restoran burger terbesar di dunia? Dan jika ada yang menjawab di Amerika Serikat, jawaban itu keliru, karena McDonald's selaku salah satu raksasa restoran cepat saji telah lama membuka restoran terbesarnya di Tiongkok.
Hal itu adalah contoh dari strategi bisnis. Di samping pula adanya inovasi menu dan rasa. Burger dengan rasa rendang atau restoran burger menjual nasi uduk dilengkapi ayam goreng tepung, hal ini dapat ditemui.
Dan itu merupakan wujud dari penetrasi pasar agar produk mereka dapat lebih diterima. Sehingga restoran pizza di Indonesia menjadi tidak hanya menjual pizza dan pasta, tetapi juga menyediakan menu nasi. Para pelaku di industri ini memang jeli memadukan cita rasa global dan lokal, menarik sekaligus nikmat.
Desain ruangan disesuaikan pula untuk menggugah selera konsumen agar membeli lebih banyak dan mendorong rasa lapar, seperti menggunakan warna cerah atau dengan sengaja menebar aroma makanan.
Cara ini memang umum tetapi cukup ampuh untuk mendorong konsumen membeli lebih banyak makanan.
Pertumbuhan dan Persaingan Pasar Restoran Cepat Saji
Diperkirakan pada tahun 2019, pertumbuhan pasar dari restoran cepat saji di Indonesia akan tumbuh 15%. Hal ini memang menarik untuk ditinjau, karena selain ditunjang oleh pergerakan daya beli masyarakat, peran teknologi dan gaya hidup sangat berpengaruh.
Dengan perkembangan teknologi, masyarakat banyak membelanjakan uangnya untuk membeli makanan melalui telepon genggam atau smartphone.
Tinggal melakukan akses melalui aplikasi, makanan akan langsung diantar ke tempat tujuan. Begitu mudah. Konsumen tanpa perlu beranjak dari tempat duduknya dapat menikmati burger, kentang goreng berikut soda yang dijual oleh restoran dengan jarak beberapa kilometer jauhnya.
Perkembangan restoran cepat saji juga menjangkau ke daerah dekat pemukiman penduduk, tentunya dengan merek dan skala usaha yang beragam.
Para pelaku usaha dengan modal lebih kecil dapat menjual produknya dengan menu mirip restoran cepat saji terkenal melalui gerai kecil yang dekat pemukiman, urusan harga pasti lebih terjangkau. Akhirnya makanan cepat saji gaya barat memang menjangkau semua kalangan.
Pangsa pasar di industri ini memperebutkan selera konsumen, sehingga dibutuhkan usaha agar dapat menarik perhatian konsumen.
Selain dari inovasi menu, strategi memperluas pasar adalah dengan menjual lisensi atau waralaba. Cara ini memang mudah terutama untuk restoran dengan merek terkenal seperti McDonald's.
Tercatat McDonald's memiliki nilai merek sekitar $ 88 Miliar. Sampai 2018, McDonald's memiliki 198 gerai di Indonesia dan merencanakan penambahan sekitar 20 gerai pada 2019.
Namun untuk berinvestasi melalui merek terkenal tentunya akan lebih mahal, di pasaran banyak waralaba dengan nilai jauh lebih murah, calon investor tinggal memilih disesuaikan dengan modal yang dimiliki.
Strategi penambahan gerai bagi merek dagang ternyata cukup menunjang pertumbuhan bisnisnya, karena senada dengan kenaikan penjualan serta keuntungan, selain McDonald's, di Indonesia merek Kentucky Fried Chicken (KFC) akan menambah 70 gerai di tahun 2019 dengan nilai investasi sebesar Rp. 560 Miliar, dan target gerai seluruhnya akan mencapai 750 gerai.
Makanan Cepat Saji dan Kesehatan
Isu kesehatan kerap menjadi musuh dalam industri makanan cepat saji. Bahan baku yang mengandung zat perasa, kadar nutrisi serta proses pengolahan dengan cara digoreng adalah topik utama yang sering dikaitkan antara kesehatan masyarakat dengan jenis makanan ini.
Pada prinsipnya makanan cepat saji boleh saja dikonsumsi, tetapi harus diperhatikan pula jumlah dan frekuensinya. Tak dapat dipungkiri gaya hidup serba instan juga perkembangan pemasaran makanan cepat saji telah mempengaruhi pola makan masyarakat. Masalah peningkatan obesitas dan kemudian memicu timbulnya penyakit sering dituding disebabkan tidak seimbangnya nutrisi makanan, salah satunya adalah konsumsi makanan cepat saji.
Sedangkan kalangan tertentu mulai menggandrungi pola makan sehat, dan memang secara harga makanan sehat saat ini bisa dijual dengan harga lebih mahal dari makanan cepat saji. Sehingga pola makan sehat disertai bahan yang berkualitas baik dan segar justru dijalani oleh kalangan menengah atas. Pola makan vegan atau alami sedang menjadi tren di kalangan tertentu, karena dipercaya lebih menyehatkan.
***
"I can understand wanting to have million dollars, but beyond that, I have to tell you, it's the same hamburger." (Bill Gates)
Menariknya adalah Bill Gates sang pendiri Microsoft sekaligus salah satu manusia terkaya di dunia adalah penikmat burger. Di beberapa media pernah tercantum Bill Gates tengah mengantri di gerai burger. Contoh lain, Barack Obama, mantan presiden Amerika Serikat ini juga memiliki restoran langganan di Washington D.C. Bahkan ketika masih menjabat sebagai presiden, Barack Obama juga sering dipergoki makan burger, walaupun disertai dengan olahraga dan konsumsi makanan sehat.
Walaupun dituding sebagai biang berbagai penyakit, makanan cepat saji akan tetap diminati masyarakat, karena urusan selera terhadap makanan enak, dan juga strategi bisnis untuk menggerakan usaha pelaku industri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H