Dalam sejarah nusantara, contoh tokoh humor yang melintas peradaban dan nan abadi adalah karakter Punakawan. Kwartet yang terdiri dari Semar, Gareng, Petruk dan Bagong ini kerap muncul di pertunjukan wayang dan memberikan warna humor. Keempat karakter itu disinyalir telah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit.
Pertunjukan seperti halnya ludruk atau ketoprak, merupakan bukti bahwa masyarakat Indonesia telah mengenal komedi sejak jaman nenek moyangnya.
Manusia harus tertawa
Genre komedi dapat dikatakan sebagai salah satu genre yang dapat diterima oleh semua kalangan, pendapat ini rasanya masuk akal karena pada dasarnya manusia memiliki ekspresi emosi yang alami dalam bentuk tertawa.
Di sisi lainnya setiap manusia pasti memiliki rasa humor, terlepas dari bagaimana selera humor yang dapat memancing gelak tawa setiap manusia.
Tertawa adalah kebutuhan dan juga keinginan. Manusia perlu tertawa karena terkait dengan sisi emosional yang keluar dalam bentuk reflek yaitu tawa. Dan sudah menjadi naluri bahwa manusia menyukai hal-hal yang lucu karena adanya rasa humor dalam diri manusia. Jadi dengan sendirinya genrekomedi akan selalu memiliki penggemar.
Tertawa merupakan ekspresi yang ternyata berkaitan dengan jaringan saraf dalam anatomi tubuh. Penelitian yang dilakukan oleh Scott Weems dari University of Maryland mengungkapkan bahwa terdapat dasar ilmiah yang membuktikan komedi memiliki hubungan dengan tubuh dan pikiran manusia.
Dengan tertawa disinyalir otot saraf dalam anatomi tubuh manusia menjadi lebih rileks. Sehingga dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan secara sederhana bahwa efek tertawa memberikan dampak yang positif terhadap kesehatan tubuh dan psikologis.
Realita dalam bingkai komedi