Bagi saya menjadi fasilitator pada sesi pelatihan merupakan pengalaman yang senantiasa berkesan. Saya mulai mendapat pengalaman pertama untuk menjadi fasilitator pada tahun 2007 dan sejak saat itu kesempatan  datang silih berganti. Saya sangat mensyukuri kesempatan tersebut, dan ternyata banyak juga materi yang telah saya sampaikan, mulai dari materi terkait front office, back office, kredit, operasional cabang, manajemen risiko sampai dengan pelayanan.
Memang saya tidak pernah menghitung sudah berapa kali saya tampil di depan kelas untuk menyampaikan materi pelatihan, tetapi saya sudah banyak bertemu dengan rekan-rekan yang ikut serta dalam pelatihan yang saya fasilitasi. Pada setiap sesi pelatihan, di awal saya akan berupaya bertindak dan memasang mind set sebagai fasilitator, karena bagi saya  istilah pengajar masih terlalu berat dan saya merasa ilmu saya belum cukup tinggi dan dalam jika harus mengajar.Â
Sedangkan jika posisi saya adalah sebagai fasilitator saya merasa levelnya lebih ringan, karena sebatas menyampaikan materi kepada rekan-rekan yang menjadi peserta. Apa yang saya sampaikan, kebetulan saja saya tahu dan paham terlebih dahulu dibandingkan dengan rekan yang lain, atau mungkin juga ada rekan yang lebih mengetahui. Jadi bagi saya suatu pelatihan sebaiknya menjadi sarana untuk berdiskusi bertukar gagasan dan pengetahuan.
Dan ternyata, rasa merasakan banyak sekali manfaat menjadi fasilitator. Jadi jika anda mendapatkan kesempatan untuk menjadi pembicara atau fasilitator, saya sarankan gunakan kesempatan itu sebaik mungkin. Jangan sia-siakan. Saya mencoba untuk merangkum manfaat-manfaat yang telah saya rasakan selama 12 tahun ini menjadi fasililator.
Public speakingÂ
Berbicara di depan publik. Mungkin terkesan biasa saja dan mudah, tapi kenyataannya tidak semua orang bisa melakukannya dengan baik, banyak juga saya menemui orang-orang yang ternyata ketika harus berbicara di depan publik malah gugup atau demam panggung, ada juga yang malah menolak tampil. Jika anda menjadi pemimpin, kemampuan public speaking merupakan hal yang mutlak diperlukan, karena anda harus tampil dan berbicara di depan orang-orang yang anda pimpin.
Public speaking merupakan bagian dari komunikasi dan sebetulnya dapat dipelajari serta harus dilatih, bagaimana harus bertutur kata, bersikap dengan gaya tubuh dan ekspresi yang sesuai. Dan juga dalam hal menyusun materi yang harus anda sampaikan. Itu semua butuh persiapan. Bahkan bagi orang yang sudah terbiasa sekalipun. Dan anda perlu menyesuaikan dengan gaya orang yang menjadi audiens. Berbicara di hadapan top management pastinya berbeda dengan gaya berbicara di hadapan staff.
Meningkatkan kompetensi melalui materi yang kita sampaikan
Sebelum menjadi fasilitator, kita wajib menguasai hal apa yang akan kita sampaikan. Maka dengan demikian otomatis kita perlu mempelajari terlebih dahulu hal apa yang akan dibicarakan. Jadi sebetulnya kita belajar dan meningkatkan kompetensi kita.
Walaupun materi yang disampaikan itu telah kita ketahui atau mungkin dikuasai, tetapi sebaiknya diperdalam lagi, karena ilmu senantiasa berkembang. Atau mungkin ada hal-hal yang kita lupakan, malah bisa jadi materi yang kita sampaikan memiliki keterkaitan dengan hal lain yang berguna bagi kita. Jadi senantiasa belajar dan belajar. Bukankah ini hal yang menarik. Ternyata istilah mengajar untuk belajar hal yang tepat. Dengan mengajarkan sesuatu kita akan mempelajari hal lainnya. Saya bersyukur pula memiliki hobi membaca buku, sehingga seringkali dapat mengkaitkan satu topik dengan topik lainnya.
Terkadang pada saat menyampaikan materi ada pertanyaan yang disampaikan audiens yang belum kita ketahui atau kita belum bisa menjawab. Jika menghadapi situasi seperti itu, saya dengan rendah hati  mengakui kekurangan saya, dan tentunya saya akan berupaya untuk mencari jawabannya. Dengan demikian saya mendapatkan tantangan sekaligus pengetahuan baru.
Kesempatan untuk berkreasi
Salah satu ciri khas saya selama menjadi fasilitator, sesi saya senantiasa dipenuhi oleh berbagai tayangan video untuk mengilustrasikan materi, tujuannya adalah agar materi yang disampaikan dapat digambarkan dengan lebih mudah dan tidak membosankan. Video yang ditayangkan seringkali tidak berhubungan langsung dengan materi, contohnya seperti adegan film kartun, pertandingan sepakbola, cuplikan film-film yang terkenal. Video-video tersebut kemudian saya hubungkan dengan materi pelatihan.
Pelatihan saya juga senantiasa dipenuhi musik, ini merupakan sarana untuk mengusir kejenuhan. Pada saat jeda, musik senantiasa terdengar. Musik menjadi hal yang wajib bagi saya. Hal yang menjadi tantangan bagi saya adalah bagaimana menyelenggarakan suatu pelatihan di mana pesertanya memiliki ketertarikan sebagaimana mereka akan menonton konser musik. Tentunya kita perlu berkreasi secara optimal.
Berkawan dan bersosialisasi
Ini adalah hal yang paling menyenangkan. Selama menjadi fasilitator saya telah mengunjungi berbagai kota. Dan setiap kota saya bisa berkenalan dengan kawan-kawan baru. Menambah jaringan serta mendapat kesempatan untuk bersosialisasi dengan lingkungan yang baru juga. Saya mendapat banyak informasi mengenai budaya, makanan, gaya hidup.
Honor
Rasanya tidak ada orang yang mau menolak dibayar untuk melakukan suatu hal yang berguna. Terlebih mengajar atau menjadi fasilitator. Tetapi jika anda belum mendapatkan honor berupa bayaran uang, pengalaman berbicara di depan publik merupakan suatu peluang untuk mengembangkan potensi yang anda miliki.
Tidak sebatas bayaran, tetapi bagi saya kepuasan lainnya adalah penghargaan dari penyelenggara dan peserta. Lalu perhatian publik selama kita berbicara. Rasa hormat karena kita dipandang sebagai sosok yang lebih pandai. Maka jika anda ditunjuk sebagai fasilitator atau pengajar, sebaiknya katakan anda sanggup dan segera persiapkan sebaik mungkin. Pelajari materinya dan latihan berbicara.
Manfaat lain dari pelatihan
Lalu mengapa sesi pelatihan menjadi hal yang penting dan perlu diselenggarakan? Tentunya jika dalam ruang lingkup perusahaan, pelatihan diperlukan guna memenuhi kebutuhan sumber daya manusia yang mumpuni. Perusahaan membutuhkan personel dengan kompetensi yang sesuai.
Jika dibandingkan penyampaian secara tertulis mungkin pelatihan dapat lebih efektif, karena dengan sesi pelatihan yang bersifat diskusi pembahasan materi dapat berlangsung secara mengalir. Komunikasi dua arah, sehingga materi dapat diperjelas. Tak dapat dipungkiri materi tertulis memiliki keterbatasan, karena pemahaman orang yang membaca dapat berbeda. Jika melalui pelatihan perbedaan pemahaman dapat dibahas dan dicari jalan tengahnya.
Saya selalu menaruh rasa hormat dan menghargai bagi setiap orang yang berani tampil sebagai fasilitator. Karena memang tidak semua orang berani melakukannya. Saya bahkan beberapa kali tampil untuk mendampingi rekan-rekan yang mau mencoba untuk memulai belajar menjadi fasilitator pelatihan. Ketika rekan saya mulai buntu atau kehabisan pembahasan, saya akan mencoba untuk membantunya. Â Memang saya sadari dalam hal bertindak sebagai fasilitator saya masih harus meningkatkan kemampuan dan kualitas yang diperlukan. Dan semuanya dapat dipelajari dan dilatih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H