Mohon tunggu...
Andryan Kusuma
Andryan Kusuma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Mahasiswa prodi Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kehidupan Etika Berpolitik dan Peran Mahasiswa

15 Juni 2023   11:27 Diperbarui: 15 Juni 2023   11:28 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Atmosfer jelang permainan perpolitikan di Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 sudah kian

memanas. Pendaftaran Calon Legislatif (Caleg) sudah resmi ditutup tepatnya Minggu, 14 Mei

2023 pukul 23.59 WIB. Para tim sukses sudah mempersiapkan berbagai cara untuk

memenangkan pemilu. Salah satu caranya yakni mempersiapkan kandidat partai untuk disebar ke

lapisan bawah masyarakat. Disinilah mahasiswa menjadi target untuk kader instan partai politik

tersebut.

Ares Wahyu Triadi sebagai Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Nasional, menuturkan sebagai mahasiswa harus memiliki idealisme yang kuat terhadap diri

sendiri dan juga menanamkan pengetahuan tentang dunia politik. Hal tersebut sangat penting

untuk menentukan mana yang baik dan mana yang buruk.

"Ketika mahasiswa mempunyai pengetahuannya, kita bisa menilai kalau itu baik, tapi kalau

hanya mencari sensasi atau mengarah ke hal yang tidak baik seharusnya dihindarkan. Intinya

harus membentengi diri agar tidak salah jalan," ujarnya , Kamis (18/05).

Dilansir dari suara.com, penyebab utama mahasiswa menerima dijadikan kader instan adalah

sebuah imbalan materi yang menggiurkan. Biaya kuliah yang sangat tinggi menjadi hal utama

mahasiswa untuk bersedia menjadi kader instan. Ares menambahkan, menurutnya mahasiswa

ingin menjadi kader instan karena ketertarikan dengan dunia politik.

"Mahasiswa tersebut mau karena tertarik dan update tentang dunia politik. Partai yang diikuti

sesuai dengan pandangan yang dia inginkan," Jelasnya.

Lanjut, Ares menuturkan, sikap yang harus dimiliki oleh mahasiswa yaitu jangan mudah

terprovokasi, jangan menyuarakan hal yang sebenarnya tidak kita kuasai, agar tidak mencoreng

nama baik mahasiswa. Kebanyakan mahasiswa yang dikenal dengan agent of change (Agen

Perubahan), agent of social control (Perubahan Sosial) dan moral face (Generasi Bangsa) harus

menerapkan eksistensi yang sebenarnya.

"Dan seharusnya mahasiswa itu ada di pihak untuk menyuarakan kebaikan atau didalam hal-hal

yang positif," jelasnya.

Sudah seharusnya mahasiswa belajar dengan teliti tentang perpolitikan agar tidak lagi dibodohi

dengan para politisi yang sangat pintar dalam memainkan peran politik. Ares menambahkan,

sebagai generasi penerus bangsa mahasiswa adalah perubahan dari sebuah negara. Kalau sebagai

generasi penerus bangsa tidak peduli dengan politik, siapa yang akan membawa bangsa ini untuk

lebih baik kedepannya.

Ia juga berharap mahasiswa dapat dengan cermat memilih partai politik untuk berkembang.

Selain itu, Ia juga berpesan kepada para mahasiswa agar bergabung pada partai politik setelah

selesai dari tugasnya sebagai seorang mahasiswa, dan melanjutkan tugasnya dengan mengabdi

kepada negara.

Penulis : ANDRYAN KUSUMA SITORUS. MAHASISWA PRODI JURNALISTIK UNIVERSITAS

ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun