Mohon tunggu...
ANDRO AGIL NUR RAKHMAD
ANDRO AGIL NUR RAKHMAD Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Master of Islamic Banking and Finance UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Andong dan Becak sebagai Sarana Transportasi Wisatawan di Malioboro Yogyakarta

21 Desember 2018   16:35 Diperbarui: 21 Desember 2018   16:54 1195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kota Yogyakarta merupakan salah satu dari sekian banyak kota di Indonesia yang menjadi tujuan tempat wisatawan. Salah satu daerah di Yogyakarta yang menjadi wahana pusat belanja mulai dari wisatawan lokal maupun mancanegara berdatangan mengunjungi tempat tersebut, yaitu Malioboro. 

Malioboro merupakan jantung Kota Yogyakarta, yang mana di kawasan tersebut terpusat segala kegiatan pelayanan baik barang maupun jasa. Malioboro pun menjadi pusat perekonomian, pemerintahan, dan wisata di Kota Yogyakarta.

Disamping itu Malioboro juga terdapat transportasi yang unik dan tradisional, transportasi tersebut mungkin sudah hampir tidak ada di kota-kota di Indonesia, transportasi tersebut adalah andong dan becak. Andong dan becak menjadi icon transportasi di Yogyakarta sehingga andong dan becak menjadi daya tarik tersendiri di mata wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta. 

Dari hasil wawancara dengan ketua paguyuban andong serta beberapa pak kusir dan becak pada tanggal 18 November 2015 andong dan becak selalu menjadi sarana transportasi yang unik dan tradisional.

Andong dan becak merupakan transportasi tradisional yang tetap dipertahankan untuk beroperasi di kota Yogyakarta khususnya kawasan wisata Malioboro. Selain sebagai angkutan penumpang, di kawasan Malioboro andong dan becak diarahkan sebagai transportasi wisata guna mendukung berbagai kegiatan wisatawan. 

Keunikan dan kekhasan andong dan becak menjadikannya bukan hanya transportasi biasa melainkan sudah merupakan bagian dari atraksi wisata yang cukup digemari wisatawan di Kawasan Malioboro.

Akan tetapi, transportasi andong dan becak memiliki permasalahan di balik daya tariknya yang luar biasa bagi wisatawan. Hasil sementara wawancara kami kepada beberapa wisatawan lokal dan mancanegara pada hari Rabu tanggal 18 November 2015, mereka mengeluhkan bahwa tarif andong dan becak sangat mahal, untuk andong mencapai Rp 80.000 untuk tujuan dari Toko Progo hingga Jalan Tukangan yang jaraknya tidak terlalu jauh, atau Rp 50.000 dari Taman Pintar hingga ke Jalan Malioboro. 

Tarif tersebut lebih mahal dibanding naik taxi. Sedangkan becak untuk berkeliling saja disekitar malioboro dikenakan tarif Rp 20.000, belum lagi kalau diantar ke tempat oleh-oleh seperti bakpia dll.

Berdasarkan pemaparan di atas, kami ingin mengetahui mengenai minat wisatawan terhadap andong dan becak. Sehingga dapat diketahui faktor apa saja yang membuat wisatawan berminat terhadap andong dan becak. Kami melakukan survei langsung ke tempat wisata di Yogyakarta yang menjadi pusat dari transportasi andong dan becak tersebut, misalnya Malioboro-Km 0, Kraton, Alunalun, Taman sari dan tempat wisata lainya. Variabel yang digunakan dalam penelitian sebelumnya mengenai persepsi wisatawan terhadap transportasi wisata andong dan becak yang dilakukan oleh Maarif pada tahun 2014, adalah harga dan pelayanan.

Hasil Analisa

1. Alasan mengapa andong dan becak menjadi sarana transportasi tradisional yang dipertahankan di Yogyakarta.
Indonesia mempunyai banyak sejarah dan kultul kebudayaan tradisional, seperti alat transportasinya. Transportasi darat seperti. andong, becak, dan sepeda. Andong mempunyai kategori sebutan lain seperti: delman, dokar, bendi, cidomo dan sado. Bedanya, andong mempunyai empat roda, sedangkan yang lain seperti becak hanya mempunyai tiga roda.

a. Andong

Andong merupakan kendaraan tradisional beroda empat yang ditarik kuda, dan roda depan andong ini lebih kecil dari roda bagian belakangnya. Pengemudi andong disebut "kusir" yang menggunakan atau memakai pakaian tradisional. Andong ini dilengkapi dengan suara bel dengan bunyi yang khas dan dua buah lampu pada kedua belah sisi, bunyi atau irama derap langkah kuda atau cemeti yang digunakan untuk mengendalikan kuda akan menimbulkan suasana santai. Pada zaman dahulu, andong hanya digunakan oleh keluarga bangsawan, andong dapat ditemui pada daerah-daerah sekitar keraton Yogyakarta dan jalan Malioboro.

Andong merupakan alat transportasi tradisional yang ramah lingkungan, karena tidak menggunakan mesin sebagai bahan utama pengerak, disini andong menggunakan kuda sebagai alat utama pengeraknya, dan kusir sebagai pengemudi untuk mengerakkan kuda. 

Andong merupakan alat transportasi tradisional yang masih ada, keberadaanya masih banyak ditemui di Yogyakarta, andong saat ini hanya dikategorikan sebagai alat transportasi tradisional, pada saat ini andong hanya melainkan lebih dikhususkan sebagai sarana transportasi hiburan dan rekreasi pariwisata.

b. Becak

Becak merupakan kendaraan beroda tiga dengan tempat duduk bagi penumpang berada didepan yang memiliki kapasitas maksimum untuk dua orang, sedangkan pengemudi berada di belakang sambil mengayuh becak, dan becak mempunyai dua jenis, becak kayuh dan becak bermotor.
Salah satu alasan mengapa andong dan becak masih beroprasi dan menjadi sarana transportasi adalah karena andong dan becak merupakan sarana yang unik dan khas di Yogyakarta. 

Dari keunikan dan khas dari kedua transportasi tersebut adalah untuk menarik minat wisatawan lokal maupun mancanegara agar membuat mereka mengerti tentang keutuhan tradisional dari Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Strategi para andong dan becak untuk membuat para wisatawan mau menggunakan sarana transportasi tersebut.

Dalam hal ini para andong dan becak terkadang ada dua cara dalam menarik wisatawan agar mau menggunakan transportasi tersebut, yang pertama para andong jemput bola, yaitu mengikuti dan menawarkan para wisatawan lokal maupun mancanegara yang lalu lalang disekitar Malioboro agar mau menggunakan alat transportasi tersebut, kadang mereka hanya diam sembari menunggu para wisatawan yang datang untuk menggunakan andong dan becak, apalagi kalau dimusim liburan, maka para andong dan becak tidak harus jemput bola dalam menarik para wisatawannya, mereka malah antri untuk menggunakan sarana transportasi yang unik tersebut.

3. Persaingan diantara transportasi lainnya

Tidak ada persaingan antara andong dan becak, malah diantara becak dan andong saling membantu, apabila ada yang belum narik dikasihkan yang belum narik supaya dapat penghasilan. Begitupun juga Ojek Taksi dll, mereka fair dalam bersaing, fair dalam arti saling memahami dan memberikan kebebasan satu sama lain.

4. Asal usul dan latar belakang keluarga

Diantara sekian banyak para andong dan becak yang kami wawancarai, semua berasal asli dari daerah Yogyakarta, mereka mengutarakan bahwa mereka meneruskan pekerjaan dari orang tua mereka yang dahulunya juga menjadi pengendara andong dan becak, mereka meyakini apa yang diberikan dari pekerjaan orang tuanya dahulu harus ada generasi penerusnya. Jadi, untuk andong dan kuda nya memang milik pribadi, begitu pula dengan becak. Salah satu yang kita wawancarai kemarin bapak Sariono (Andong) Membiayai 4 anak, anak pertama SMP yang paling kecil masih 1 tahun. Rata-rata berumur 40 tahun keatas. Adapun yang masih muda berumur 20 tahun, melanjutkan usahanya demi membiayai kebutuhan keluarganya.

5. Penghasilan andong dan becak

Untuk penghasilan yang mereka dapatkan, dari hasil wawancara kita terhadap para andong dan becak rata-rata perhari Rp 50.000 -- Rp 200.000 untuk hari biasa, tetapi pada saat liburan mereka mengutarakan penghasilannya sekitar Rp 300.000 lebih perhari. Untuk harga yang ditawarkan kepada wisatawan lokal dan mancanegara saling tawar menawar guna mendapatkan harga yang pas untuk para wisatawan.

6. Respon Wisatawan

Kami juga mewawancarai beberapa wisatawan lokal maupun mancanegara, salah satu diantara mereka adalah Imam, wisatawan lokal asal Tegal, dan baru pertama kali berlibur ke Yogyakarta, "Sarana transportasi seperti andong dan becak memang harus dilestarikan, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta, karena disinilah yang masih kental dengan kebudayaan dan ketradisionalannya". Ujar Imam. 

Adapun Steve wisatawan dari Perancis, dia berkunjung ke Yogyakarta hanya untuk melihat kebudayaan yang masih ada di Indonesia, yaitu di Yogyakarta, "Banyak yang hilang di Indonesia tentang kebudayaannya, tetapi tidak dengan Yogyakarta, kota ini seakan bercerita kepadaku tentang kebudayaan Indonesia yang sangat istimewa".

Ujar Steve. Wisatawan yang paling banyak dan minat dengan andong dan becak kebanyakan dari jawa timur dan luar jawa, sumatra dan kalimantan, untuk wisatawan banyak berdatangan pada waktu liburan sekolah dan musim panas untuk mancanegara. Adapun dari para wisatawan juga mengeluhkan tentang harga yang tinggi untuk andong dan becak, tetapi meskipun dengan harga yang tinggi, mereka masih mau untuk menggunakan andong dan becak, karena faktor keunikan dan kenyamanan dari transportasi tersebut.

7. Kerjasama antara Pemerintah Daerah, Dinas Perhubungan dan Kepolisian

Ada kebijakan dari pemerintah daerah dan Dinas Perhubungan dalam pembersihan dan pemerataan parkir andong di kawasan Malioboro. Dari kepolisian menertibkan lalu lintas bagi para andong dan becak supaya tidak sembarangan dalam mengendarai transportasi tersebut, Sekitar 430 andong yang beroprasi di Yogyakarta, berdasarkan data dari ketua paguyuban andong. Dan ada ribuan becak yang ada di Yogyakarta. 

Maka dari itu setiap 1 bulan sekali para andong dan becak dikumpulkan oleh Pemda, Dishub dan Kepolisian bergiliran untuk mendapatkan pengawasan dan tata tertib yang harus dipatuhi oleh kedua transportasi tersebut. Untuk saat ini sudah diberlakukan plat untuk andong, dan berlaku sampai 3 tahun, supaya mudah untuk dikoordinir, adapun pemasangan dan perpanjangan dari plat untuk andong semua gratis dari pemerintah daerah Yogyakarta. 

Untuk harga dan tarif yang dikenakan andong dan becak kepada wisatawan memang murni dari inisiatif dari organisasi dan paguyuban, dan tidak diatur oleh pihak pemerintah daerah.

8. Kendala yang dihadapi para Andong dan Becak

Banyak Kendala dari andong yaitu kuda yang menarik andong adalah ketika berhenti dan melaju kadang kuda tersebut tidak mau dan malah kebanyakan sulit untuk diatur. Untuk makan dari kuda nya tidak menentu, kadang 1 hari sekali kadang 2 kali sehari kadang siang jam 2 atau jam 5 sore, tergantung banyak nariknya, makanan kuda nya yaitu daun kacang tanah dan dedak. 

Berbeda dengan becak, becak berkendala pada saat hujan yang kadang membuat wisatawan kehujanan meskipun sudah ada penutup, tetapi memang diakui kendala tersebut terjadi karena mereka kurang persiapan untuk menyiapkan penitup becak yang rapat, agar penumpang/wisatawan tidak kehujanan.

9. Organisasi/Paguyuban Andong dan Becak

Ada organisasi dan paguyuban diantara para andong, seperti daerah alun alun A alun alun B, daerah terminal, dan ada arisan sebulan sekali dan terjadwal. Ada absennya diantara andong, 2 minggu sekali adapun 1 bulan sekali kadang setengah bulan sekali, arisannya di rumah-rumah para andong bergiliran sesuai jadwal. Iuran Arisan nya Rp 50.000 -- Rp 100.000 perbulan. Dari becak pun demikian, ada paguyuban nya, mereka mengakui diantara para becak dan andong sudah terjalin keluarga dikarenakan seringnya berkumpul dan bekerjasama.

G. Penutup

Andong dan becak merupakan transportasi tradisional yang tetap dipertahankan untuk beroperasi di kota Yogyakarta khususnya kawasan wisata Malioboro dan harus dilestarikan keberadaanya. Selain sebagai angkutan penumpang, di kawasan Malioboro andong dan becak diarahkan sebagai transportasi wisata guna mendukung berbagai kegiatan wisatawan. Keunikan dan kekhasan andong dan becak menjadikannya bukan hanya transportasi biasa melainkan sudah merupakan bagian dari atraksi wisata yang cukup digemari wisatawan di Kawasan Malioboro.

Referensi :

Maarif, S. 2014. Persepsi Wisatawan Terhadap Transportasi Wisata Andong Di Kawasan Malioboro Kota Yogyakarta Tahun 2013-2014. Skripsi. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.

Danar Widianto, Yogyakarta, Artikel http://krjogja.com/read/247685/andong-dan-becak-di-kawasan-malioboro-dibuatkan-ruang-khusus.kr.

Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1990).

Drs. Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan. PT Rhineka Cipta 2000.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun