Berawal dari stereotip. "Jadi apa sebenarnya makna seorang wanita bagi mata laki-laki seutuhnya?"
Sebuah  pertanyaan krusial yang sangat abstrak dan sulit untuk ditemukan titik  temu tengahnya. Karena mindset masing-masing individu tidak terbentuk  dalam satu wadah yang sama. Meskipun tumbuh dan berkembang dalam tempat  yang sama pun, setiap kepala memiliki interpretasi unik yang tidak bisa  disamakan. Belum lagi ada dampak kuat dari stereotip umum di masyarakat.
Stereotip ini lah yang sebenarnya menakutkan. Stereotip ini yang banyak menghambat pola pikir dan logika. Seperti contoh :
Perempuan merokok itu nakal
Perempuan pulang malam pasti aneh-aneh
Perempuan supel itu murahan
Perempuan berpendidikan tinggi susah dapat suami
Perempuan rumahan punya mental represi dari keluarga
Perempuan pada akhirnya hanya menjadi istri
Perempuan lebih baik urus rumah daripada karir
Perempuan baiknya memasak ketimbang mencari nafkah
Perempuan itu lemah
Perempuan berjilbab punya batas kontak
Entah apa yang menginisiasi akar stigma dan stereotip pada perempuan ini    Â
![kopidaratsite.wordpress.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/12/19/femins-5a37fe79ab12ae6cfd060022.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Tentu tidak semua diantara kita memiliki pandangan khusus terhadap isu kesetaraan ini. Apakah kita berpikir bahwa laki-laki dan perempuan mesti setara? Apakah kita meyakini kesetaraan ini?
Meskipun  pada dasarnya, ada ''harga'' yang harus dibayar untuk keistimewaan yang  didapat laki-laki itu. Banyak tuntutan yang menjadi beban hidup untuk  ditebus sebagai seorang laki-laki di dalam hidup.Â
Jika melihat  daftar bebannya, tidak semua laki-laki bisa memenuhi daftar "ideal"  tersebut. Akibatnya, seringkali laki-laki harus melakukan tindak  kekerasan dan/atau diskriminasi terhadap orang lain demi menunjukkan  kelaki-lakiannya. Karena perempuan dianggap sebagai manusia kelas dua,  maka dialah yang menjadi sasaran.
Lelaki diintrepertasikan sebagai penguasa rumah karena beban nafkah yang diembanya sebagai laki-laki
Bagaimana yang harus dilakukan seorang laki-laki dalam isu kesetaraan ini
Sebelum berpikir untuk berperan dalam isu kesetaraan gender, yang paling pertama harus dilakukan laki-laki adalah belajar tentang feminisme. Tidak perlu membaca puluhan atau ratusan buku tentang teori-teori feminis, tetapi siaplah untuk membuka otak anda dengan wawasan yang baru.
Selalu  mulai dengan diri sendiri, lalu berlanjut ntuk belajar membangun  komunikasi yang sehat dengan orang lain, terutama dengan pasangan anda.  Mulai hindari penggunaan kata-kata yang seksis dan bias dalam komunikasi  sehari-hari. Saat melihat tindak pelecehan atau kekerasan terjadi, anda  sebaiknya mengambil sikap. Misalnya, jika ada kawan yang bercanda  seksis, anda bisa menegurnya atau mengingatkannya.
Cari informasi tentang persoalan ketidakadilan gender dan pelajari dengan saksama. Jangan lupa untuk berkontribusi dalam  bentuk apa pun, baik itu pikiran, waktu, bahkan donasi untuk mendukung  gerakan ini.
Tidak perlu menjadi aktivis! Kamu bisa berkontribusi dengan kemampuan yang kamu miliki.
![https://jogja.tribunnews.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/12/19/feminis-1304-1-20150413-195430-5a37febacaf7db6b793ee1a2.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Anggapan seperti ini lahir karena banyak orang gagal melihat persoalan sebenarnya.
Kalau  dilihat hanya dari perempuan sudah pernah jadi ini dan itu, sekarang  coba lihat berapa banyak perwakilan perempuan yang ada di legislatif?Â
Berapa banyak perempuan dan anak yang mengalami kekerasan seksual dan berapa banyak pelaku yang dibawa ke pengadilan? Atau, mengapa lebih  banyak perempuan menjadi buruh migran jika peran tradisional mengatakan  bahwa laki-laki adalah pencari nafkah utama?
Daripada  menghabiskan waktu nyinyir soal isu perempuan dan Pilkada Jakarta di  media sosial, ada baiknya mereka membaca lebih referensi di webiste kami. Jika masih kurang, kami dengan senang hati akan berdiskusi dengan kamu di sebuah warung kopi yang nyaman.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI