Di tengah gaya hidup modern yang serba cepat dan penuh dengan makanan olahan, banyak orang mulai mencari cara untuk kembali ke pola makan yang lebih alami dan sederhana.
Salah satu praktik kuno dari Jepang yang menawarkan pendekatan unik terhadap diet dan spiritualitas adalah mokujiki. Praktik ini bukan hanya tentang pola makan, tetapi juga tentang keseimbangan hidup, hubungan dengan alam, dan penyucian diri.
Mokujiki adalah diet ketat yang dijalankan oleh para biksu Buddhisme Jepang, di mana mereka hanya mengonsumsi makanan alami seperti buah-buahan liar, sayuran, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Praktik ini dipercaya membantu meningkatkan fokus dalam meditasi, memperkuat kendali diri, serta memperdalam hubungan dengan alam dan spiritualitas.
Namun, apakah praktik ini masih relevan di zaman modern? Mari kita telusuri lebih dalam tentang sejarah, implementasi, manfaat, dan relevansi mokujiki dalam kehidupan saat ini.
Apa itu Mokujiki?
Secara harfiah, mokujiki berarti "makan pohon". Istilah ini merujuk pada diet di mana seseorang hanya mengonsumsi makanan dari sumber alami tanpa melalui proses pemasakan atau pengolahan. Para biksu yang menjalankan mokujiki biasanya menghindari nasi dan makanan olahan lainnya, menggantinya dengan makanan yang diperoleh langsung dari alam.
Mokujiki bukan hanya sekadar diet, tetapi juga bagian dari latihan spiritual yang menekankan pengendalian diri, penyucian tubuh dan pikiran, serta penghormatan terhadap alam. Para praktisi percaya bahwa dengan membatasi asupan makanan dan hanya mengonsumsi yang alami, mereka dapat mencapai tingkat kesadaran yang lebih tinggi dan mendekatkan diri pada pencerahan.
Sejarah dan Asal Mula Mokujiki
Praktik mokujiki pertama kali diperkenalkan oleh seorang pendeta dalam sekte Shingon bernama Mokujiki Kankai. Ia meyakini bahwa diet ini adalah bentuk devosi dan pengendalian diri yang bisa membawa seseorang lebih dekat kepada pencerahan. Kankai mendorong para biksu untuk meninggalkan ketergantungan pada makanan yang disediakan oleh masyarakat dan beralih ke makanan yang mereka dapatkan sendiri dari alam.
Para biksu yang mengikuti mokujiki biasanya hidup di pegunungan atau hutan, jauh dari peradaban. Mereka tidak hanya menjalankan diet ketat ini, tetapi juga mengabdikan diri pada meditasi dan kehidupan sederhana. Beberapa dari mereka bahkan menjalankan shugyō, sebuah latihan spiritual yang melibatkan pertapaan dan ujian fisik ekstrem untuk mencapai ketenangan batin.
Cara Menerapkan Mokujiki
Bagi mereka yang tertarik untuk mencoba mokujiki, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan:
1. Persiapan Mental dan Fisik